- Home
- Kilas Global
- Ancur-ancuran, Dolar Hajar Terus Rupiah, Industri Manufaktur Bisa Babak Belur
Rabu, 26 Juni 2024 09:39:00
Ancur-ancuran, Dolar Hajar Terus Rupiah, Industri Manufaktur Bisa Babak Belur
DUNIA, - Nilai tukar rupiah terus melemah terhadap dolar AS. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menilai industri manufaktur bakal menjadi salah satu sektor yang paling terdampak karena hal tersebut. Apa alasannya?
Direktur Eksekutif INDEF, Esther Sri Astuti mengatakan, bahwa industri manufaktur bakal merasakan dampak besar karena mayoritas bahan baku yang berasal dari luar negeri.
"Karena nilai tukar Rupiah terhadap dolar terdepresiasi, sehingga industri manufaktur yang menggantungkan diri pada bahan baku impor akan sangat terdampak," kata Esther dalam agenda Seminar Nasional Kajian Tengah Tahun INDEF 2024: Presiden Baru, Persoalan Lama di Hotel Le Meridien, Jakarta Pusat, Selasa (25/6/2024).
Walhasil, Esther berpesan agar pemerintahan mendatang dapat menjaga stabilitas rupiah dan memperkuat fundamental perekonomian Indonesia. Di sisi lain, ia mengatakan bahwa industri manufaktur juga tertantang karena fungsi intermediasi sektor keuangan domestik yang belum optimal. Pasalnya, pemberian kredit usaha masih tersegmentasi alias terbatas pada kalangan dan sektor tertentu.
Lagipula, ia mengatakan bahwa margin bunga yang ditanggung oleh pengusaha relatif tinggi. Walhasil, berbagai hal ini disebutnya berpotensi mengancam keberlangsungan iklim usaha di dalam negeri.
"NIM (net-interest margin perbankan) kita masih relatif tinggi, apalagi ini dengan adanya kebijakan tingkat suku bunga tinggi, nilai tukar sangat volatile, ini jadi beban yang nanti harus diurai pada pemerintahan presiden terpilih," imbuh Esther.
Meskipun demikian berdasarkan catatan detikcom, di tengah fenomena melemahya nilai tukar rupiah, Menteri Perindustrian Agus Gumiwan Kartasasmita, mengaku masih optimis industri atau manufaktur tidak akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Ia menilai industri masih mempunya resiliensi yang cukup atau masih berdaptasi.
"Berkaitan pelemahan rupiah, industri atau manufaktur resilience. Pada dasarnya seperti itu," kata Agus di Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin (24/6/2024).
Tapi, ia tidak menampik beberapa perusahaan manufaktur tengah berjuang menghadapi tantangan besar. Hal ini terutama di industri tekstil, seperti PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) yang terancam bangkrut. Meski begitu, kondisi tersebut belum tentu menggambarkan industri tekstil RI secara keseluruhan saat ini.
"Memang ada challenge, tapi saya kira resilience-nya cukup tinggi," ujar dia.
"Itu harus kita pelajari kenapa bangkrut. Kita musti lihat model bisnisnya seperti apa Sritex Grup itu. Apakah murni karena tekstil atau karena ada masalah-masalah yang lain," sambungnya.
Adapun mengutip data RTI, Selasa (25/6), nilai tukar rupiah terhadap dolar terpantau masih melemah dan berkisar di atas Rp 16.000. Hingga pukul 11.05 WIB, dolar kembali menguat ke level Rp 16.375, mata uang 'Negeri Paman Sam' bergerak dalam rentang terendah Rp 16.338 dan tertinggi Rp 16.390. Secara bulanan dolar AS sudah menguat 1,80% dan dari awal tahun 6,37%. **
Share
Komentar