riauonecom, roc, - Akhirnya Badan Anggaran (Banggar) DPR dan Pemerintah menyepakati subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan elpiji dalam RAPBN 2015 sebesar Rp 276 triliun atau membengkak hampir Rp 30 triliun dibanding dengan APBN-P 2014 yang hanya Rp 246,5 triliun.

 

Namun, meski subsidi BBM dan elpiji membengkak, total subsidi energi dalam RAPBN 2015 turun sekitar Rp 5,6 triliun menjadi Rp 344,7 triliun. Bila dibandingkan APBN-P 2014 yang mencapai Rp 350,3 triliun. Hal itu dikarenakan, subsidi listrik dipangkas Rp 35,1 triliun dari Rp Rp 103,8 triliun menjadi Rp68,7 triliun.

 

"Banyak argumen dalam pembahasan sehingga Banggar menyepakati anggaran subsidi BBM dan elpiji dalam RAPBN 2015 sebesar Rp 276 triliun," kata Wakil Ketua Banggar DPR, Tamsil Linrung seperti yang diberitakan Investor Daily, Jakarta, Selasa (23/9).

 

Tamsil menjelaskan, dari subsidi BBM dan elpiji sebesar Rp 276 triliun, sekitar Rp 194 triliun merupakan anggaran subsidi BBM, dengan kuota 46 juta kilo liter (Kl) atau lebih rendah dari usulan awal 48 juta Kl. Kuota tersebut meliputi premium 29 juta Kl, minyak tanah 850.000 Kl dan solar 15,6 juta kl. Adapun anggaran untuk subsidi elpiji 3 kg mencapai Rp 55 triliun dan LGV sebesar Rp 4,2 triliun.

 

"Anggaran subsidi juga meliputi limpahan (carry over) sebesar Rp 45 triliun dan pajak pertambahan nilai (PPN) bahan bakar jenis tertentu Rp 25 triliun," tuturnya.

 

Sementara itu, tambahnya, Banggar DPR dan Pemerintah belum menyetujui perkiraan kekuarangan subsidi 2015 yang sebesar Rp3,7 triliun. Selain itu, rapat juga telah menyepakati biaya insentif investasi sebesar Rp 19,97 triliun. Biaya tersebut masuk dalam belanja subsidi listrik sebagai pengganti margin yang digunakan untuk investasi pembangunan sistem kelistrikan.  (et/*)