• Home
  • Kilas Global
  • Berkat Amal Usaha Muhammadiyah, Zen pun Tak Lagi Galau Merengkuh Masa Depan
Sabtu, 30 Mei 2020 16:18:00

Berkat Amal Usaha Muhammadiyah, Zen pun Tak Lagi Galau Merengkuh Masa Depan

Oleh : Yon Rizal Solihin
yon rizal solihin
Muhammad Zen (17), salah seorang penghuni Panti Asuhan (PA) Halimatussa’diyah Muhammadiyah Kota Dumai membawa sumbangan masyarakat berupa beras dan telur.

Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah.
KH Ahmad Dahlan

Oleh : Yon Rizal Solihin
SEJATINYA fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara. Begitulah amanat the founding father bangsa  yang tertuang dalam  Pasal 34 Ayat 1 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.

Tapi apa daya,  sampai saat ini negara belum mampu sepenuhnya menjalankan amanat itu. Beruntung, negeri ini kumpulan orang baik.  Mereka pun bergotong- royong bahu membahu menolong sesama anak bangsa  yang kurang beruntung.
 Untuk yang satu ini, melalui Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), organisasi ini  bisa dikatakan menjadi garda terdepan bergerak di bidang pendidikan, kesehatan, sosial dan ekonomi yang menyentuh langsung hajat  orang banyak.

 Ya, mereka sadar bahwa tunas-tunas bangsa itu harus mendapat pendidikan yang layak demi kehidupan lebih baik kelak. Disamping  sejalan dengan visi dan misi  serta tujuan organisasi itu berdiri. Berikut tulisannya?  

Hari  itu, Rabu (20/5) siang menjelang sore. Beberapa orang bocah duduk-duduk di  kursi tamu di ruang Tata Usaha (TU), Panti Asuhan (PA)  Halimatussa'diyah Muhammadiyah yang berlokasi di Jalan SM Amin, Kelurahan Jaya Mukti, Kecamatan Kota Dumai, Provinsi Riau.

    Tidaklah terlalu sukar untuk mencari PA Halimatussa'diyah Muhammadiyah. Selain berlokasi di pinggir jalan. Belum lagi  plang besar yang terbuat dari besi  dengan lambang Muhammadiyah, berbentuk matahari yang memancarkan dua belas sinar yang mengarah ke segala penjuru dengan sinarnya yang putih bersih bercahaya, tentu memudahkan mencari alamat tersebut.

Kendat begitu,      PA Halimatussa'diyah Muhammadiyah terletak di sisi  belakang komplek gedung pendidikan SD, SLTP dan SLTA yang dikelola organisasi masyarakat (Ormas) Islam yang  lahir 8 Dzulhjjah 1330  H atau 18 November 1912 M. 

Sehingga orang harus terlebih dahulu melewati bagunan sekolah yang sisi kiri dan kanan jalan ditumbuhi hijaunya reruputan yang ditata rapi  sebelum sampai ke panti.

Meski  sang surya merangkak 'garang' menyinari bumi lazimnya wilayah pantai atau pesisir - Kota Dumai berada di bibir pantai dan menghadap ke jalur internasional, Selat Malaka, pen. Namun tidak terpancar wajah letih di wajah mereka, kendati  hampir seharian menahan rasa lapar dan haus menjalankan puasa Ramadan. Sebaliknya mereka tetap ceria. 

Dari beberapa anak-anak panti asuhan yang dibangun  sekitar tahun 1974 itu, ada sosok remaja yang memiliki raut wajah tampan dengan sorot mata bersahabat. Ya, dia Muhammad Zen (17) -Zen begitulah dia akrab disapa. Alih-alih penulis pun terlibat perbincangan dengan remaja berhidung mancung ini.

Nasib Zen bisa dikatakan  kurang beruntung. Kedua orang tuanya meninggal tatkala dia berusia sekitar empat tahun.
Tragisnya lagi, Zen tidak tahu persis apa yang menjadi penyebab orang tuanya   itu meninggal dunia. Apakah mengalami kecelakaan atau sakit?

"Saya tidak tahu," kata Zen, kalimat yang nyaris tidak terdengar itu  meluncur dari bibirnya  menjawab pertanyaan penulis.
Zen pun bertutur, saat dia berusia empat tahun sejumlah tetangga mengantarnya ke    PA  Halimatussa'diyah Muhammadiyah  sekitar tahun 2007. "Yang saya tahu katanya tetangga yang mengantar ke sini (PA  Halimatussa'diyah, pen)," terangnya.

Nasib malang seorang Zen tidak sampai disitu, ternyata remaja bertubuh sedang ini tidak memiliki saudara mau pun kerabat di wilayah  yang terletak sekitar 200 kilometer arah utara Kota Pekanbaru.

"Saya punya satu adik, diasuh orang lain,"  ujar Zen pelan,  ada duka menggayut dikedua bola matanya.

Ketika sebagian anak-anak penghuni   PA  Halimatussa'diyah Muhammadiyah kembali ke rumah keluarga atau kerabat pasca diliburkannya  sekolah menyusul pandemik Covid-19, misalnya, Zen dan beberapa anak lainnya memilih menetap di panti. Ini  karena mereka tidak memliki kerabat di wilayah yang dihuni lebh 300 ribu jiwa.    

Lamanya Zen tinggal di panti asuhan membuat dia dinobatkan menjadi pengasuh dan pembimbing anak-anak panti asuhan lainnya.

" Ya, Zen ikut membimbing anak-anak panti asuhan terutama dalam belajar,"  ujar pegawai  Tata Usaha (TU), Panti Asuhan (PA)  Halimatussa'diyah Muhammadiyah, Yuhelpi, angkat bicara.

Menjawab pertanyaan penulis seputar biaya pendidikan Zen yang saat ini mengenyam jenjang pendidikan Diploma (DIII) disebuah akademi plus anak-anak panti asuhan lainnya, Yuhelpi menjelaskan bahwa  semuanya ditanggung      PA  Halimatussa'diyah Muhammadiyah.

"Biaya semua jenjang pendidikan ditanggung panti.  Kecuali SD karena gratis, termasuk uang saku," terang perempuan paruh baya yang hari itu menggunakan hijab bewarna hitam.

Lebih jauh  Yuhelpi menjelaskan bahwa setakat  ini jumlah anak di   PA  Halimatussa'diyah Muhammadiyah berjumlah 29 orang.
Dengan rincian,  22 anak tinggal di panti asuhan. "Selebihnya tinggal di keluarga, tapi kebutuhan pendidikan dari panti -status anak yatim atau dari keluarga kurang mampu, pen - istilahnya anak asuh keluarga . Dan semuanya lak-laki,"  terangnya.

Anak-anak yang diasuh PA  Halimatussa'diyah Muhammadiyah, lanjut Yuhelpi, berasal dari Kota Dumai. Sebelum mereka masuk ke panti terlebih dahulu dinas sosial melakukan survei.

"Kalau ada yang mengantar anak ke sini maka kami menyarankan ke dinas sosial dulu. Selanjutnya, tergantung penilaian mereka apa layak atau tidak. Kalau layak selanjutnya mereka mengantar ke panti," jelas Yuhelpi seraya menambahkan anak-anak yatim tinggal di gedung berlantai dua yang disekat menjadi delapan ruangan.

Untuk memenuhi makan ke 22 anak panti itu maka dibutuhkan sekitar 10 kilogram beras per hari berikut lauk pauk.
Disinilah penulis merasakan kebesaran Allah SWT. Kendati      PA  Halimatussa'diyah Muhammadiyah belum atau tidak mempunyai donatur tetap. Namun kebutuhan makan minum mereka lazimnya seperti anak-anak di luar sana yakni makan tiga kali sehari.

"Kalau donatur  yang dijemput itu ya Pak? -Yuhelpi balik bertanya kepada penulis, penulispun mengiyakan- kalau disini tidak ada, yang ada orang mengantar ke sini. Ya, sumbangan masyarakat," katanya.

Menyoali kiprah Muhammadiyah di Kota Dumai, aktivis dan cendikiawan muda, Irmen Sani, tidak menampik peran Ormas Islam itu sangat signifikan. Tidak hanya di Dumai tapi di tanah air.

"Kalau kita bicara soal kiprah Muhammadiyah melalui apa yang dinamakan amal usaha Muhammadiyah luar biasa. Mulai dari pendidikan, kesehatan sosial keagamaan, ekonomi dan sebagainya. Bahkan informasi terakhir disejumlah media bahwa BPJS Kesehatan pun konon katanya memiliki hutang kepada Rumah Sakit (RS) yang dikelola Muhammadiyah," jelasnya.

Hanya saja, lanjut mantan Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ini, untuk Kota Dumai ke depan Ormas Islam itu lebih fokus atau menekankan kepada pemberdayaan ekonomi umat terlebih bagi  masyarakat akar rumput.

Sebab, sambung Irmen, mengingat mereka kesulitan mendapatkan akses untuk menambah permodalan mereka disejumlah bank konvesional. Diantaranya kesulitan memenuhi syarat  anggunan, slip gaji dan sebagainya termasuk polemik seputar bunga yang dinilai sebagai kalangan masuk ke dalam riba yang diduga menjadi salah satu pemicu mereka enggan berurusan dengan bank.

"Dengan kuatnya ekonomi umat terlebih masyarakat akar rumput  maka dengan sendirinya mengurangi angka kemiskinan. Saya rasa ini sesuai dengan visi dan misi serta maksud dan tujuan Muhammadiayah berdiri," terangnya.

Menurut hemat penulis apa yang dikemukan Irmen Sani ini tidak berlebihan, mengingat sebagian besar pedagang menengah dan kecil di Kota Dumai berasal dari Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) yang notabene mayoritas warga Muhammadiyah.
Terlepas dari hal itu, penelusuran penulis di lapangan untuk memperoleh atau menambah modal usaha  ada diantara mereka terpaksa berurusan dengan rentenir. Faktor mudahnya memperoleh pinjaman tanpa birokrasi berbelit-belit ditengarai menjadi pemicu mengapa mereka mau berurusan dengan rentenir. Meski mereka sadar bahwa bunga uang yang dibayar  terbilang besar atau tinggi.      

 Menyusul perkembangan Muhammadiyah serta perlunya penekanan sejumlah program organisasi di Kota Dumai, penulis pun mewawancarai Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Dumai, Drs H Syawir Kasim.

Kepada penulis, Syawir Kasim  berharap warga dan simpatisan  organisasi yang kelahirannya 'dibidani' KH Ahmad Dahlan itu lebih peduli terhadap kegiatan dan program Muhammadiyah.

"Yaitu mau membantu dibidang pendidikan sosial, ibadah atau keagamaan bahkan pembangunan kesehatan. Artinya mau bersinergi dengan PDM bahu membahu untuk kemajuan perserikatan dan umat," imbaunya.

Dirangkum dari sejumlah sumber, Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) adalah suatu usaha dan media da'wah persyarikatan untuk mencapai maksud dan tujuan persyarikatan yakni menegakkan dan menjunjungtinggi Agama Islam sehingga terwujud Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

 Amal usaha Muhammadiyah itu sendiri  merupakan milik persyarikatan dan persyarikatan bertindak sebagai badan hukum/yayasan dari seluruh amal usaha itu.

Sedangkan jenis-jenis Amal Usaha Muhammadiyah  meliputi: Pendidikan. sosial. kesehatan dan ekonomi.

Soal  amal usaha Muhammadiyah ini, ada hal menarik dari statemen Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, yang waktu itu dijabat Dahnil Anzar Simanjutak dalam sebuah acara beberapa waktu lalu.

Menurut Dahnil, sejak awal keberadaan amal usaha Muhammadiyah merupakan manifestasi dakwah Muhammadiyah untuk membebaskan Indonesia dari kebodohan dan kemiskinan menuju Indonesia berkemajuan.

 " Berkemajuan itu adalah watak tajdid. Jadi sejak masa KH Ahmad Dahlan, gerak Muhammadiyah memiliki dimensi memajukan," kata Dahnil Anzar Simanjutak, saat mengisi tabligh akbar di aula At-Taqwa Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Bojonegoro, Jawa Timur, Ahad (18/6 17) seperti dilangsir www.republika.com.

   Adalah hal yang wajar jika sebagian publik bertanya berapa asset Muhammadiyah? Mengingat dalam keseharian mereka kerap mejumpai plang berlogo Muhammadiyah. Mulai dari TK hingga perguruang tinggi. Dari klinik sampai rumah sakit. Belum lagi yang bergerak disektor ekonomi. Diantaranya mini market, koperasi, Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) dan lain-lannya.

Untuk mengetahui jawaban ini, dalam siaran persnya, Ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) PP Muhammadiyah, Syafruddin Anhar sebagaimana dituls  republika.com Kamis (21/8/14). menyebutkan bahwa dari segi pendidikan misalnya Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) memiliki 3.370 TK, 2901 SD/MI, 1.761 SMP / MTs, 941 SMA/MA/SMK, 67 Pondok Pesantren (Ponpes), dan 167 perguruan tinggi.

 Pada sektor kesehatan tercatat sebanyak 47 Rumah Sakit (PKU), 217 Poliklinik, 82 klinis bersalin.
     Sementara di sektor ekonomi ada 1 bank syariah (saham Muhammadiyah 2,5  persen), 26 BPR/BPRS dan 275 BMT/BTM, 1 Induk Koperasi BTM, 81 Koperasi Syariah, 22 Minimart dan 5 kedai pesisir.

Sedangkan pada wilayah sosial, Muhammadiyah memiliki lebih 400 buah panti asuhan, rumah singgah dan sejenisnya.

Dari 400 lebih panti asuhan itu salah satunya adalah    Panti Asuhan (PA)  Halimatussa'diyah Muhammadiyah Kota Dumai tempat Muhammad Zen berteduh, menempa mental dan ahlak serta belajar  ilmu agama, hidup dan kehidupan serta pelajaran umum.

Itupula yang membuat Zen -begitulah Muhammad Zen disapa- tidak menampik andil  amal usaha Muhammadiyah teramat  besar dalam kehidupannya. Sehingga dia bisa menikmati jenjang pendidikan akademi.

  Dengan adanya amal usaha Muhammadiyah yang salah satunya mendirikan panti asuhan membuat remaja yang bercita-cita ingin menjadi pengusaha sukses ini tidak lagi galau merengkuh cita-cita itu.

Karena pendidikan sebagai salah satu pintu masuk untuk menata masa depan dan kehidupan yang lebih baik sudah digenggamnya.

 Zen pun tidak bisa membayangkan apa yang terjadi pada dirinya, jika saja 13 tahun silam sejumlah tetangga tidak mengantar remaja itu ke   Panti Asuhan  Halimatussa'diyah Muhammadiyah Kota Dumai.

Yang terang tidak hanya Zen yang tidak lagi galau menatap masa depan. Tapi, ribuan anak yatim-piatu yang tersebar dilebih 400 panti asuhan di tanah air juga mengalami hal yang sama.

Ini adalah buah keseriusan pengurus mulai dari pusat hingga daerah meaktualisasikan warisan semangat hidup  KH Ahmad Dahlan yang dipegang warga Muhammadiyah.

Mereka pun memegang teguh pesan KH Ahmad Dahlan yang sangat populer dan sering diucapkan warga  Muhammadiyah, yakni hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah. Ya, sebuah pesan yang teramat sederhana tapi hasilnya  tak lagi sederhana..***

Share
Berita Terkait
  • 2 tahun lalu

    Peletakan Batu Pertama Pembangunan Gedung SMP dan SMA Muhammadiyah Ujungbatu Pasca Musibah Kebakaran

    Rokan Hulu, RiauOne.Com - Kapolres Rokan hulu yang diwakili oleh Kabag Ops AKP. Aditya Reza Syaputra SE., M.Ak, hadir dalam peletakan batu pertama pembangunan slekolahan  S

  • Komentar
    Copyright © 2012 - 2024 riauone.com | Berita Nusantara Terkini. All Rights Reserved.Jasa SEO SMM Panel Buy Instagram Verification Instagram Verified