- Home
- Kilas Global
- Biar Jadul Demi Kesehatan Mental, Tren 'Dumbphone', Mundur Selangkah Demi Kesehatan Mental
Minggu, 11 Agustus 2024 07:27:00
Biar Jadul Demi Kesehatan Mental, Tren 'Dumbphone', Mundur Selangkah Demi Kesehatan Mental
Teknologi ponsel pintar atau smartphone terus berkembang hingga sekarang. Berkat kecanggihannya, banyak hal yang bisa kita lakukan hanya dengan menggunakan sentuhan jemari di layar.
"Pakai smartphone itu, serasa dunia dalam genggaman," ucap salah satu kawan saya saat pertama kali menggunakan smartphone sekitar 10 tahun silam.
Betul yang ia katakan. Kita dapat dengan mudah mengakses berita, terhubung dengan kerabat yang jauh lewat aplikasi perpesanan, berbagi dokumen, hingga layanan keuangan dari benda kecil bernama smartphone. Semuanya serba praktis, mudah, dan cepat.
Namun dibalik segala keunggulannya, teknologi smartphone juga memberikan dampak buruk bagi para penggunanya.
Kita mungkin sadar, setelah dimulainya era smartphone, rebahan sambil menatap layar smartphone jadi salah satu rutinitas harian. Tidak perlu bergerak pun, banyak urusan yang bisa diselesaikan dengan smartphone.
Pada kasus yang lebih ekstrim, paparan berlebih terhadap smartphone bahkan menyebabkan kecanduan internet, berkurangnya daya konsentrasi, gangguan tidur, hingga masalah kesehatan mental.
Dumbphone
Beberapa orang ada yang berhasil dalam mengatasi dampak buruk smartphone. Ada yang hanya memasang aplikasi yang penting-penting saja, hingga membatasi waktu bersama smartphone-nya.
Namun, sebagian orang menangani masalah tersebut dengan mundur selangkah, ke kondisi dimana semua belum serba terhubung seperti sekarang. Mereka menggunakan dumbphone, ponsel yang hanya memiliki fitur-fitur dasar, seperti berkirim pesan, telepon, kalender, dan pengaturan alarm.
Dumphone adalah kebalikan dari smartphone. Ponsel bodoh, begitu kira-kira. Jika smartphone bisa melakukan banyak hal, maka dumbphone adalah kebalikannya, dan memang tidak dirancang untuk serba bisa.
Dumbphone sama dengan ponsel Nokia jadul atau ponsel lipat di era awal 2000-an Layar hitam putih, fitur seadanya, dan mungkin punya kamera yang biasa-biasa saja. Hiburannya pun mungkin hanya sebatas main game sederhana seperti Snake, Bantumi, dan Bounce.
Sebenarnya, ponsel yang fiturnya jadul ini tidak benar-benar hilang dari pasar. Wilayah Timur Tengah, Afrika, dan India merupakan wilayah dengan penjualan feature phone -- sebutan untuk ponsel fitur jadul -- tertinggi hingga tahun 2022 menurut Counterpoint Research.
Namun, di Amerika Serikat dan Eropa, tren penggunaan feature phone justru meningkat, seiring dengan berkembangnya kekhawatiran terhadap kesehatan mental, terutama di kalangan muda.
Beberapa laporan menunjukkan penggunaan dumbphone terbukti dapat mengurangi durasi menatap layar ponsel dan potensi kecanduan media sosial.
Seorang anak di Kanada mengaku sebelum beralih ke dumbphone, screentime-nya bisa mencapai empat hingga 5 jam sehari. Setelah menggunakan dumbphone, screentime-nya turun drastis, hingga hanya 20 menit saja per hari.
Penggunaan dumbphone dapat dikatakan cukup efektif untuk mereduksi screentime.
Di Amerika Utara, umumnya penjualan dumphone tidak mengalami peningkatan atau penurunan yang signifikan. Akan tetapi, dengan melihat tren saat ini, bukan tidak mungkin penjualan dumbphone akan naik hingga 5 persen dalam 5 tahun kedepan.
Untuk mengatasi "kemunduran" yang terlalu ekstrim dan tetap merangkul teknologi masa kini, beberapa produsen membuat produk ponsel yang lebih minimalis dari smartphone, namun sedikit lebih banyak fiturnya dibandingkan dumbphone.
Light adalah salah satunya. Perusahaan yang didirikan Joe Hollier dan Kaiwei Tang ini menciptakan Light Phone, ponsel premium yang minimalis.
Light Phone memiliki fitur yang sangat terbatas, mirip ponsel Nokia jadul, tapi masih dapat terhubung ke internet untuk mendengarkan musik dan podcast.
Hollier menjelaskan, Light Phone memang tidak dirancang untuk sepenuhnya menjadi dumphone. Bukannya jadi ponsel anti teknologi terkini, Light Phone diharapkan mampu menjadi ponsel yang lebih intensional penggunaannya. Artinya, kita akan memiliki control lebih terhadap bagaimana dan kapan kita akan menggunakan ponsel. Dengan begitu, kita bisa lebih bijak memanfaatkan waktu dengan kembali terhubung ke dunia nyata, tempat dimana kita memang seharusnya saling berkomunikasi satu sama lain dan melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas hidup.
Kontra
Meski memiliki efek positif, terutama bagi ketergantungan kita terhadap smartphone, penggunaan dumbphone masih memiliki beberapa hal kontra.
Kita ambil contoh dalam kegiatan kita sehari-hari. Meski telah mengurangi screentime hingga Tingkat yang paling minimal, banyak urusan yang masih harus kita kerjakan dengan smarphone.
Seorang pekerja kantoran yang memerlukan akses terhadap dokumen-dokumen tertentu, tentu harus selalu rajin memantau aplikasi perpesanannya agar bisa dengan cepat merespon permintaan klien atau atasan.
Urusan perbankan yang mengharuskan kita mentransfer uang dengan cepat, pastinya membutuhkan smartphone untuk melakukannya.
Gaya hidup ini sudah melekat pada diri kita selama beberapa tahun belakangan, dan kemungkinan tidak akan bisa dengan mudah kita tinggalkan.
Meski begitu, keresahan terhadap kesehatan mental yang berhubungan dengan akses kita terhadap smartphone akan terus ada. Mungkin saja, tren penggunaan dumbphone ini akan terus berlanjut, atau bahkan jadi tren juga di negeri kita.
Sumber
https://tekno.kompas.com/read/2024/06/15/08020087/tren-baru-di-eropa-dan-amerika-ganti-smartpone-dengan-hp-bodoh-?page=all
https://www.bbc.com/future/article/20240515-the-dumbphones-people-want-are-hard-to-find
https://www.cnbc.com/2023/03/29/dumb-phones-are-on-the-rise-in-the-us-as-gen-z-limits-screen-time.html
Share
Komentar