• Home
  • Kilas Global
  • Buka Lapangan Kerja Topang Sektor Riil Pacu Pertumbuhan Lokal dan Regional
Selasa, 16 November 2021 10:16:00

Menakar Multiplier Effect Keberadaan PT RAPP di Mata Seorang Jurnalis

Buka Lapangan Kerja Topang Sektor Riil Pacu Pertumbuhan Lokal dan Regional

Presiden Jokowi resmikan pabrik APR di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. f setkab.go.is - republika

MATAHARI  baru saja keluar dari peraduan. Tetesan embun masih menggelayut diujung dedaunan akasia  menunggu hembusan angin nakal agar jatuh ke bumi. Ya, waktu menunjukan sekitar pukul 05.10 WIB  seorang pria bujang sedang meregangkan otot. Usai berolahraga sekedarnya lelaki berambut lurus ini memanaskan mobil.

Ya, pria itu bernamaYon Rizal Solihin hampir setahun dia tinggal di Pangkalan Kerinci ibu kota Kabupaten Pelalawan tepatnya 2001 atau dua tahun setelah daerah otonomi baru (DOB) hasil pemekaran Kabupaten Kampar ini lahir.

Yon - begitulah panggilan akrab Yon Rizal Solihin - sebelumnya dibesarkan di tanah Jawa. Entah garis tangan atau memang sang takdir menuntunya akhir tahun 1999 menyeberang Selat Sunda menuju pulau Andalas.

Kota Pangkalan Kerinci adalah wilayah kedua yang disinggahinya di  bumi lancang kuning  sebelum Pekanbaru dan akhirnya berlabuh di kota pelabuhan Dumai.

Yon terbilang lelaki beruntung, dia mendapatkan tumpangan di kerabatnya seorang petinggi  di PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP). Lebih beruntung lagi, kerabatnya itu multi talenta, seabrek-abrek gelar disandangnya, mulai dari dosen,  penyair, sastrawan, budayawan, jurnalis, novelis dan lain-lainnya yang punya nama di Riau. Dari kerabatnya itulah Yon belajar jurnalis sebelum terjun menjadi wartawan.

gubernur riau bersama pt rapp. f riau goid

Kendati tinggal di Pangkalan Kerinci hanya seumur jagung. Namun Yon memprediksi wilayah baru itu bakal maju dan berkembang. Meski tidak melakukan penelitian, apalagi riset tapi dari kasat mata dia bisa lihat itu.

Prediksinya itu berdasarkan pengamatannya. Meski tinggal dalam komplek perusahaan. Namun dia bisa lihat denyut jantung wilayah tersebut. Paling tidak wartawan terbilang senior di Kota Dumai itu melihat bagaimana tatkala dipagi hari ribuan pekerja berlalu-lalang di pos depan menggunakan bis, kendaraan roda empat, motor dan lainnya.

"Waktu itu saya tinggal di komplek perumahan, saya melihat ribuan pekerja. Ini jelas salah satu penggerak sektor riil. Karena mereka menerima upah dan selanjutnya dibelanjakan. Berapa uang yang berputar di tengah masyarakat. Saya rasa tanpa perlu menjadi pengamat ekonomi secara kasat mata itu bisa dilihat," terang Yon saat berbincang-bincang dengan penulis, Minggu (14/11) disebuah kafe yang terletak di Jalan Janur Kuning,  Kecamatan Dumai Timur, Kota Dumai, Provinsi Riau.

Tak hanya ribuan pekerja yang berseliweran di areal pabrik. Namun  kondisi komplek perumahan juga tidak luput dari pengamatannya. "Di komplek PT RAPP itu terdapat ribuan rumah karyawan, ada hotel, pasar, rumah ibadah, sekolah, fasilitas kesehatan, pusat kuliner dan sebagainya. Ya, seperti kota satelit di daerah Jabotabek di Jawa sana. Ini juga menggambarkan bagaimana multiplier effect yang tercipta," terangnya.

Lazimnya seseorang yang sedang belajar jurnalistik maka Yon pun mengasah kemampuannya terlebih dalam hal komunikasi. Untuk mengasah mental maka setiap  ada kesempatan dia pun melakukan wawancara. Meski tidak diterbitkan ayah dua putri tetap menulisnya dalam bentuk hard news. "Ya, waktu itu saya menganggap bahwa saya sudah menjadi wartawan dan bekerja disebuah media," seloroh Yon tertawa lepas seolah-olah dia masuk ke mesin lorong waktu dan melemparkannya kemasa sekitar 20 tahun silam.

Masih teringat bagaimana dia melakukan wawancara kali pertama saat berada di luar komplek perumahan PT RAPP. Kala itu, Yon menelpon disalah satu Warung Telpon (Wartel). Memang, disaat itu bisnis Wartel bak cendawan di musim hujan. Sebelum telpon seluler menjadi teknologi "sejuta umat".  Nyaris dipelosok   negeri ini mudah dijumpai Wartel. Bahkan hingga sampai ke pelosok gang.

Direktur RAPP, Mhd Ali Shabri  di acara silahturahmi dan Temu Mitra Small Medium Entreprise SME Community Development atau CD RAPP di Balai Pelatihan dan Pengembangan Usaha Terpadu BPPUT, Townsite 2, Pangkalan Kerinci, Kamis. F/antara

Entah insting atau naluri jurnalis mulai terasah. Layaknya seorang wartawan dengan jam terbang tinggi, Yon pun mewawancara Iwan pemilik Wartel usai menghubungi kerabatnya di luar kota.

Iwan menjelaskan bahwa dirinya baru membuka Wartel. Sebelumnya, dia membuka usaha yang sama di Kota Pekanbaru. Lantas apa yang membuat pria berperawakan sedang ini 'hijrah' ke wilayah yang dijuluki negeri amanah itu?

Iwan pun menjelaskan bahwa dirinya yakin bahwa Pangkalan Kerinci akan maju pesat menyusul kehadiran PT RAPP. Alasannya pun teramat sederhana tapi hasilnya tidak sederhana lagi, yakni perusahaan besar yang mempekerjakan ribuan orang itu menjadi jaminan bahwa perputaran uang besar dan banyak di tengah masyarakat.

"Meski daerah baru, tapi dengan melibatkan ribuan pekerja tentu ini menjadi jaminan bahwa perlahan tapi pasti wilayah ini bakal maju," terang Iwan sembari menambahkan baginya Kabupaten Pelalawan dengan  ibu kota Pangkalan Kerinci itu menjadi tanah harapan baginya.

Kabupaten Pelalawan dengan PT RAPP-nya sebagai tanah harapan tidak hanya dirasakan Iwan. Tapi, Agus begitulah nama pria itu juga merasakan hal serupa.

Tiba-tiba tangan Yon mengambil gelas kopi. Usai  menengguk kopi Yon pun melanjutkan pengalamannya saat belajar menjadi seorang jurnalis terlebih kisah Agus yang sempat terputus demi setengguk kopi kegemarannya.

Usai menamatkan SMP, tutur Yon,  Agus melangkahkan kaki ke Pekanbaru. Tujuannya apalagi kalau bukan mengubah nasib menjadi lebih baik.

Selanjutnya dia menetap disalah satu kerabatnya sambil bersekolah di SMA swasta.

Di benak Agus senantiasa terbayang pekerjaan yang mapan, rumah mungil berikut pekarangan yang asri, sesuatu yang  sulit didapat jika masih di kampung. "Impian saya sederhana saja bang (Yon, pen), punya rumah dan keluarga. Ya, seperti orang kebanyakan ," terang Agus seperti ditirukan Yon.

Menristek dikti M Nasir resmikan Prodi Pulp dan Kertas di kampus Unri. F merdeka.com

Sebelumnya, dia membantu ayahnya menjadi buruh bangunan saat kerabat atau tetangga meminta tolong Memperbaiki atau membangun rumah kepada mereka

Demi menggapai asa sekitar tahun 1997 agus meninggalkan kampung halaman disalah satu wilayah di provinsi sumatera barat (Sumbar).

Lazimnya para perantau asal Sumbar dan daerah lainnya di tanah air. Bermodal tekad baja pantang menyerah dia meninggalkan kampung menuju tanah harapan.

Entah Dewi Fortuna menaunginya atau memang peruntungannya lagi baik. Usai tamat SMA dia pun bekerja disalah satu sub kontraktor PT RAPP. "Kalau di kampung susah mencari kerja. Lahan milik orang tua juga terbatas. Ya, nekat merantau mana tahu nasib berubah. Beruntung dapat pekerjaan di Pangkalan Kerinci," kata Yon lag-lagi menirukan ucapan Agus.

Dari sejumlah kesempatan Yon pun melakukan wawancara. Wartawan salah satu media cetak ini menyimpulkan bahwa magnet PT RAPP luar biasa bagi sejumlah orang mengadu peruntungan di Kabupaten Pelalawan.  "Ya, dapat disimpulkan PT RAPP itu ibarat gula. Wajar banyak orang berbondong-bondong ke sana," terang Yon.

Bupati Meranti Irwan Nasir didampingi Manajemen PT RAPP foto bersama usai meresmikan jalan. f antara

Memang, awalnya penulis ingin berkunjung ke Pangkalan Kerinci untuk mendapatkan narasumber demi tulisan komperhensif. Namun, kesibukan tugas jurnalistik di Kota Dumai plus pandemi Covid-19 keinginan itu terpaksa diurungkan.

Kendati begitu, penulis beruntung bisa mendapatkan nara sumber yang pernah atau tinggal di Pangkalan Kerinci. Paling tidak penuturan mereka bisa dijadikan referensi. Toh di era digital seperti saat ini wawancara diskusi dan sebagainya tidak melulu harus berhadap-hadapan.

Ya, teknologi memungkinkan seseorang dan kelompok menggelar pertemuan melalui virtual, video call, misalnya. Bahkan sebuah lembaga pers pernah mengeluarkan edaran bahwa wawancara secara langsung sedapat mungkin dihindari dan melakukan melalui perangkat teknologi. Langkah ini sebagai antisipasi memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19.

Seperti daerah terbuka lainnya pasca kehadiran PT RAPP, perlahan tapi pasti kota Pangkalan Kerinci pun menjadi miniatur Indonesia. Berbagai anak bangsa di negeri ini menetap diwilayah itu demi kehidupan yang lebih baik.

Beragamnya suku bangsa mendiami Pangkalan Kerinci dituturkan Nanang Juanda seorang wartawan media cetak yang bertugas di Kabupaten Pelalawan. "Sekarang sudah berdiri sekitar 30 forum yang terdiri dari berbagai suku yang ada di Pangkalan Kerinci. Sangat hetorogen sekali," ungkap Nanang.

Menurut hemat penulis keanekaragaman suku atau etnis mendiami sebuah wilayah berdampak positif. Selain mengingat persatuan sesama anak bangsa maka yang tak kalah pentingnya terjadi tranformasi nilai-nilai baik diantara komunitas.

Bukankah salah satu penyebab Amerika maju karena wilayah itu didiami berbagai bangsa? Bahkan konon pemangku kebijakan kerap membuka kran migrasi terhadap suatu bangsa demi menjaga plularisme.

Ya, kehadiran PT RAPP sekitar tahun 1993 mengubah wajah Pangkalan Kerinci. Syahdan  wilayah tersebut   rumah bagi 200 kepala keluarga (KK). Seiring perjalanan waktu tahun 2010 populasi ini tumbuh menjadi lebih dari 200.000 jiwa, menjadikan dearah ini sebagai salah satu pusat sosial, bisnis dan komersial di bumi lancang kuning.

Ini tidak berlebihan mengingat PT RAPP selain  pabrik pulp dan kertas bagian dari  Grup APRIL itu  juga berinvestasi secara signifikan pada bidang sarana dan prasarana, termasuk jalan raya, pelabuhan dan bandara, untuk memungkinkan perusahaan membawa hasil produksinya ke pasar.

Ya, infrastruktur ibarat urat nadi yang mengalirkan darah segar untuk menghidupkan raga. Keberadaan infrastruktur diperlukan untuk menghidupkan sebuah wilayah beserta manusia yang berada di dalamnya. Peran inipula yang dimainkan PT RAPP. Bisa dibayangkan Kabupaten Pelalawan tanpa industri pulp, kertas dan rayon?

Sebab, tanpa infrastruktur tidak akan ada pembangunan. Sehingga wilayah tersebut akan selamanya tertinggal dari daerah lainnya. Tidaklah berlebihan seiring perjalanan waktu Pangkalan Kerinci yang dulunya  perkampungan kecil. Selanjutnya berubah menjadi titik  pertumbuhan perekonomian baru di Provinsi Riau.

Andil Besar

Lantas  muncul pertanyaan mengemuka seberapa besar andil PT RAPP menyusul terbentuknya Kabupaten Pelalawan?

Jawaban atas pertanyaan ini datang dari mantan Bupati Pelalawan HM Haris. Menurut tokoh berpengaruh ini keberadaan PT. RAPP di Kabupaten Pelalawan menpunyai peran yang sangat besar terhadap kemajuan daerah ini.

Ditambahkannya, sebagai perusahaan bubur kertas terbesar di Asia Tenggara, peran PT RAPP sangat dominan dalam terbentuknya Kabupaten Pelalawan, 12 Oktober 1999 lalu.

Bahkan ketika tokoh pendiri Kabupaten ini bersusah payah mengajukan permohonan ke pemerintah pusat, agar daerah ini dapat pisah dari kabupaten induk yaitu Kabupaten Kampar dan berdiri sendiri, PT RAPP selalu berperan aktif dan dukungan sangat besar  dalam memberikan kontribusi kepada para tokoh dan masyarakat sehingga Pelalawan bisa menjadi kabupaten sendiri.

"Kontribusi PT. RAPP terhadap Kabupaten kita ini bisa dibilang sangat banyak. Dulu waktu kita pemekaran, namanya di kampung sekecil apapun bantuan orang, kita terima kasih. Apalagi seperti PT RAPP, bukan kita membela perusahaan ya, tetapi dia (RAPP) sudah banyak memberikan kontribusi sejak kabupaten ini berdiri," terang Harris di laman  www.riaubernas.com

Masih kata Harris, sejak pertama kali para pendiri Pelalawan mengadakan rapat pertemuan untuk mencapai berdirinya Kabupaten Pelalawan baik di daerah maupun di Jakarta, perusahaan selalu ambil bagian dan berperan aktif.

"Yang jelas, PT. RAPP mempunyai andil yang besar terhadap terbentuknya Kabupaten Pelalawan, sehingga Pelalawan bisa berdiri menjadi kabupaten sendiri," pungkasnya.

Apa yang dikemukakan mantan Bupati Pelalawan itu diaminkan tokoh pemuda Dumai asal kabupaten itu, Amiruddin Jalaini Penyalai.

Lebih jauh Amir - begitu Amiruddin Jalaini Penyalai disapa - mengatakan pemekaran Kabupaten Pelalawan dan wilayah lainnya di tanah air merupakan hasil reformasi tahun 1998, yakni derasnya desakan publik agar sentralisasi yang berlaku  di era itu direformasi dengan jalan selain moneter/ fiskal, pertahanan, pertanahan dan agama maka kewenangan diserahkan ke daerah.

Ini sejalan diberlakukannya UU No 32 tahun 1999, yang kemudian disusul dengan UU No 32 tahun 2004 mengenai Pemerintahan Daerah, daerah diberi hak otonomi yang lebih luas ketimbang era sebelumnya.

"Meski begitu kita harus akui bahwa untuk itu diperlukan dukungan semua pihak tidak terkecuali dunia usaha. Apalagi perusahaan skala nasional bahkan dunia sekelas PT RAPP," terangnya.

Sebab, lanjut dia, ketika berbicara pemekaran notabene tidak bisa lepas dari ranah politik. Karena semua keputusan atau kebijakan nantinya   dalam bentuk perundang-undangan.

"Artinya bagaimana daerah yang ingin mekar bisa meyakinkan pemerintah pusat maupun DPR RI salah satunya seperti apa prospek wilayah itu setelah lepas dari kabupaten induk terlebih masalah ekonomi dan kemandirian. Nah, disinilah letak pentingnya dukungan semua pihak," ingatnya.

Menyoali pemekaran wilayah, wartawan senior Kota Dumai Yon Rizal Solihin yang pernah tinggal di Pangkalan Kerinci  mengatakan bahwa dari sebuah artikel yang  pernah dibacanya lebih dari 70 persen daerah baru sejak tahun 1999 hingga 2009 gagal mandiri.

Lantas apa penyebabnya? Yon menjelaskan beragam. Diartikel yang dibacanya itu   daerah baru yang lahir itu prematur dan abnormal, karena tidak ada pengawasan pemerintah serta lainnya.

 

Masih kata dia, agar sebuah daerah baru bisa menjadi daerah yang layak, setidaknya membutuhkan 3000 orang PNS, jika kurang, maka daerah tersebut akan kesulitan melayani masyarakat.

Ditambahkannya, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau APBD sebenarnya  investasi pemerintah.

"Namun dengan keterbatasan APBD. Sementara disatu sisi program pebangunan banyak. Nah, disinilah letak peran besar sebuah industri besar yang bersifat melibatkan atau menyerap tenaga kerja besar agar sektor riil bergerak. Dan ini ada di PT RAPP," pungkasnya.

Seperti diketahui pembentukan Kabupaten Pelalawan atas dasar Kesepakatan dan kebulatan tekad bersama yang dilakukan melalui musyawarah besar masyarakat Kampar Hilir pada tanggal 11 s/d 13 April 1999 di Pangkalan Kerinci. Rapat tersebut menghadirkan seluruh komponen masyarakat yang terdiri dari tokoh masyarakat, tokoh pemuda, lembaga-lembaga adat, kaum intelektual, cerdik pandai dan alim ulama.

Dari musyawarah besar tersebut ditetapkan Pelalawan yang bermula dari Kerajaan Pekantua, yang melepaskan diri dari Kerajaan Johor tahun 1699 M, kemudian berkuasa penuh atas daerah ini.

Meminjam kata pribahasa "Tak Kenal maka Tak sayang" maka dalam tulisan ini penulis menginformasikan  letak geografis dan demografi Kabupaten Pelalawan.

Dikutip dari halaman Wikipedia Indonesia.   Kabupaten Pelalawan dengan ibu kota Pangkalan Kerinci. Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Kampar.

Jumlah penduduk kabupaten ini pada tahun 2021 berjumlah 381.949 jiwa, dengan luas wilayah 13.067,29 kilometer persegi, dan kepadatan penduduk 29 jiwa/kilometer persegi.

Sementara luas Kabupaten Pelalawan dengan luas 13.067,29 kilometer persegi, dibelah oleh aliran Sungai Kampar, serta pada kawasan ini menjadi pertemuan dari Sungai Kampar Kanan dan Sungai Kampar Kiri.

Kabupaten Pelalawan memilik beberapa pulau yang relatif besar yaitu: Pulau Mendol, Pulau Serapung dan Pulau Muda serta pulau-pulau yang tergolong kecil seperti: Pulau Tugau, Pulau Labuh, Pulau Baru Pulau Ketam, dan Pulau Untut

Struktur wilayah merupakan daratan rendah dan bukit-bukit, dataran rendah membentang ke arah timur dengan luas wilayah mencapai 93 % dari total keseluruhan.

Secara fisik sebagian wilayah ini merupakan daerah konservasi dengan karakteristik tanah pada bagian tertentu bersifat asam dan merupakan tanah organik, air tanahnya payau, kelembaban dan temperatur udara agak tinggi.

Utara:    Kabupaten Siak dan Kabupaten Kepulauan Meranti

Timur: Kabupaten Karimun dan Kabupaten Indragiri Hilir

Selatan: Kabupaten Kuantan Singingi dan Pasir Penyu, Indragiri Hulu

Barat:Kabupaten Kuantan Singingi, Kabupaten Kampar dan Kota Pekanbaru

Kabupaten Pelalawan dibentuk berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 53 Tahun 1999. Pada awalnya terdiri atas 4 wilayah kecamatan, yakni: Langgam, Pangkalan Kuras, Bunut, dan Kuala Kampar.

Kemudian setelah terbit Surat Dirjen PUOD No.138/1775/PUOD tanggal 21 Juni 1999 tentang pembentukan 9 (sembilan) Kecamatan Pembantu di Provinsi Riau, maka Kabupaten Pelalawan dimekarkan menjadi 9 (sembilan) kecamatan, yang terdiri atas 4 kecamatan induk dan 5 kecamatan pembantu.

Tetapi berdasarkan SK Gubernur Provinsi Riau No. 136/TP/1443, Kabupaten Pelalawan dimekarkan kembali menjadi 10 (sepuluh) kecamatan. Namun, setelah terbitnya Peraturan Daerah Kabupaten Pelalawan Nomor 06 Tahun 2005, maka Kabupaten Pelalawan terdiri atas 12 kecamatan.

Kabupaten ini diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 12 Oktober 1999. Sementara peresmian operasionalnya dilakukan oleh  Gubernur Riau pada tanggal 5 Desember 1999.

Segala Lini dan Konsisten

Sebagai perusahaan yang memiliki filosofi sederhana namun hasilnya tidak lagi sederhana, yakni apa yang terbaik bagi masyarakat, bangsa dan Negara maka itu terbaik mereka, tidak terkecuali dalam mengaplikasikan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL)  atau Corporate Social Responsibility (CSR) yang tertuang dalam UU No 40 tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UUPT).

Namun pengamatan penulis untuk yang satu ini, PT RAPP  terbilang aktif dan masuk disegala lini . Paling tidak, tatkala berselancar di dunia maya maka akan keluar kiprah perusahaan itu, mulai dari kesehatan, pendidikan, Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), budaya, olahraga dan lain-lainnya.

Ambil contoh Fitri Rahmadani,   warga Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan Fitri Rahmadani merasakan betul betapa keberadaan perusahaan telah mampu meningkatkan taraf ekonomi mereka. Ia mendapatkan modal awal sebesar Rp50 juta berupa bahan baku seperti kain, lilin dan pelatihan-pelatihan sebagai pembatik.

"Saya diajak ke Yogyakarta, belajar juga ke Pekalongan, ke Padang, serta didatangkan pembatik pembatik dari Yogya untuk desain dan warna serta ada juga guru dari Solo yang mengajari berbagai macam motif serta warna cerah," ujarnya.

Masih kata dia, dari bantuan RAPP ini ada puluhan ibu-ibu di Pangkalan Kerinci yang bekerja sebagai Pembatik. Menurut Fitri, para ibu rumah tangga ini mendapat upah dari tiap lembar yang dikerjakannya sebesar Rp 100-200 ribu sementara batik tulis dijual dengan harga Rp350-500 ribu dan semi tulis Rp200-300 ribu.

 

"Kalau pendapatan bersih saya perbulan Rp2-2,5 juta. Banyak ibu-ibu bisa kuliahin anaknya, ada juga yang kredit rumah atau kredit motor," kata Fitri yang suaminya kerja serabutan ini seperti dilansir antara.

Namun ada sepenggal kisah seputar program CSR PT RAPP yang menurut penulis terbilang inspiratif

Bagi sebagian besar orang, tidak mudah meninggalkan zona nyaman dan memulai hal yang baru. Ternyata hal ini tidak berlaku bagi Rafi, pria berumur 42 tahun yang nekat meninggalkan pekerjaan yang sudah ditekuninya selama 15 tahun di PT RAPP demi mengejar panggilan jiwanya.

"Saat itu saya sudah menjabat sebagai supervisor dengan penghasilan yang lebih dari cukup. Wajar saja bila akhirnya rekan-rekan saya menyebut saya gila," ujar pria asli Kabupaten Pelalawan ini sembari terkekeh.

Dikutip dari www.aprilasia.com. Keputusan besar tersebut diambilnya pada tahun 2014, tidak lama setelah ia mendengar kabar bahwa PT RAPP berencana melakukan pengembangan pabrik.

Saat itu ia merasa bahwa inilah waktu yang tepat untuk mewujudkan keinginan terpendamnya untuk menjadi pengusaha, Rafi pun enggan melewatkan peluang. Bermodal nekat, ia menggunakan tabungan yang telah terkumpul selama 15 tahun untuk memulai perusahaannya, PT Riau Dua Berlian.

Jatuh bangun pun tidak luput dari perjalanan Rafi. Ia bahkan mengalami kerugian finansial hingga harus menutup sementara perusahaannya yang masih berumur jagung.

Saat itulah Rafi merasa dukungan terbesar datang dari keluarga dan program pengembangan pembinaan UMKM yang dicanangkan oleh PT RAPP.

Rafi mendapatkan pelatihan manajemen bisnis hingga panduan untuk mendapatkan pinjaman bank sehingga ia bisa membangun lagi usahanya yang mati suri.

PT Riau Dua Berlian kini banyak merekrut penduduk setempat yang baru saja lulus dari sekolah dan datang kepada Rafi untuk bekerja.

"Awalnya perusahaan saya memasok empat karyawan ke PT RAPP, sekarang saya punya 90 orang yang bekerja untuk mereka," ujar pemilik PT Riau Dua Berlian yang kini omset per tahunnya mencapai Rp2,4 miliar.

Kisah inspiratiff lainnya juga datang dari mantan pembalak liar.  Ini bermula pada tahun 1993, minimnya lapangan pekerjaan di Kabupaten Pelalawan memaksa Mahyuddin untuk menjadi pembalak liar. Bersama kawan-kawannya yang berasal dari daerah yang sama, mereka menebang pohon secara illegal untuk dijual kepada pengumpul kayu.

Namun di tahun 2002, regulasi ketat mengenai ekspor kayu dan tindakan tegas bagi para pelaku deforestasi hutan yang dikeluarkan pemerintah Indonesia menggiring Mahyuddin untuk berurusan dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam. Akibatnya, beberapa peralatan miliknya pun disita, bisnis kayu ilegal miliknya otomatis dibredel.

Belajar dari insiden tersebut, Mahyuddin mendatangi PT RAPP dan tak gentar meyakinkan mereka agar mau bekerja sama dengannya. Hingga sekarang ia dipercaya untuk menjadi kontraktor penyedia jasa transportasi untuk PT RAPP.

Mahyuddin memulai kerja samanya dengan PT RAPP dengan menjadi kontraktor pengadaan truk untuk pengairan di Nursery PT RAPP pada awal 2005.

"PT RAPP lalu meminta kami membuat badan usaha yang kemudian dibentuk dalam CV Mitra Pelalawan Setia (MPS)," ungkap pria berusia 43 tahun itu.

"Awalnya kami merasa ragu, apakah kami mampu menjaga kepercayaan sebesar ini dari pihak PT RAPP. Selain mental, kami harus belajar melakukan administrasi keuangan. Tapi berkat bimbingan dari program pembinaan UMKM PT RAPP, kami bisa menjalaninya hingga sekarang," tambahnya.

Bagi Mahyuddin, tidak sulit mengubah haluan hidupnya menuju arah yang lebih baik karena setiap langkahnya selalu mendapat dukungan berupa pelatihan yang menyeluruh dari PT RAPP.

Tak berhenti di situ, Mahyuddin juga mencari peluang di bidang lain. Ia pun merambah bidang jasa bongkar muat dan lagi-lagi berhasil mendapatkan kepercayaan untuk menjadi mitra UMKM PT RAPP sejak tahun 2006.


Terkait sejumlah sukses itu, Manajer CSR PT. RAPP Sundari mengatakan bahwa tujuan dilaksanakannya program CSR RAPP yaitu ingin meningkatkan kesehjahteraan masyarakat di wilayah operasi dan menciptakan hubungan yang harmonis dengan masyarakat dan pemerintah selaku pemangku kepentingan (Stake holder) serta ingin membangun image yang lebih baik.

 

Sementara data dari bagian CSR Responsibility PT RAPP, kegiatan program itu terbagi ke dalam beberapa kelompok kegiatan, yaitu bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan serta infrastruktur sosial yang semuanya dijalankan di lima kabupaten wilayah operasinya, yaitu Pelalawan, Siak, Kuantan Singingi, Meranti dan Kampar.

Tak ayal atas suksesya program tersebut, apresiasi datang dari Wakil Bupati Pelalawan, H Zardewan, mengakui bahwa PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) selama ini turut membantu menyukseskan visi "Emas" Pelalawan yang merupakan singkatan dari Ekonomi, Mandiri, Aman dan Sejahtera.

"Dukungan RAPP cukup baik terhadap pembangunan daerah. Kami berharap program CSR terus meningkat," kata Zardewan di Pangkalan Kerinci.

Sehingga pada kesempatan itu Pemerintah Kabupaten memberikan penghargaan terbaik terhadap program community development (CD) yang dijalankan oleh RAPP.

Penghargaan serupa juga diterima oleh RAPP dari Pemerintah Kabupaten Siak, RAPP meraih piagam penghargaan sebagai perusahaan yang terus berkomitmen dan berkontribusi dalam melaksanakan program CSR di Kabupaten Siak. Penghargaan tersebut diterima oleh pada perayaan Hari Ulang Tahun Kabupaten Siak yang ke 18.

Menyinggung sentuhan humanis ala PT RAPP terkait program  CSR mereka terhadap masyarakat, wartawan senior Kota Dumai yang pernah tinggal di Pangkalan Kerinci, Yon Rizal Solihin menilai, sejatinya pendekatan yang dilakukan  produsen pulp dan kertas terbesar kedua di dunia ini patut dicontoh dalam mengaplikasikan program kemitraan dan lainnya.

"Bantuan itu tidak hanya sekedar melepas kewajiban yang diatur Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, tapi idealnya dibina melalui pendampingan sehingga bantuan itu memiliki nilai tambah dalam meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar perusahaan,"  ingatnya.

Lebih jauh Yon - begitu ia akrab disapa- mengingatkan dengan meningkatnya perekonomian masyarakat sekitar perusahaan  melalui sentuhan program CSR  dan lainnya  diharapkan akan terjadi persebatian antara masyarakat dengan perusahaan.

"Diharapkan warga sekitar atau daerah operasional perusahaan mempunyai  rasa memiliki. Sehingga bisa meredam jika terjadi "gesekan". Intinya mereka dikasih kail, bukan ikan. Jangan sampai saat menyalurkan bantuan dipublikasikan media. Sayang, tanpa pembinaan dan pendampingan yang memadai. Ya, terasa kurang bermakna, karena kita tidak tahu apakah berhasil atau tidak," pungkasnya.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan besarnya kontribusi yang diberikan perusahaan serta efek berantai yang sangat luas dalam perbaikan ekonomi warga setempat, keberadaan RAPP ternyata telah mampu menunjukkan betapa sebuah usaha mampu memberikan manfaat besar melalui sinergisitas, konsistensi dan komitmen  yang dibangun perusahaan itu kepada mitra mereka, baik pemerintah, masyarakat maupun stakeholder lainnya.

Tentu, ini dilatar belakangi bahwa perusahaan itu menyadari pentingnya pengembangan masyarakat sebagai bagian dari pendekatan jangka panjang untuk bisnis yang berkelanjutan.

Terbesar

Seperti diketahui kehadiran PT RAPP di Kabupaten Pelalawan berimbas terthadap terbuka lebarnya lapangan kerja. Bahkan puluhan ribu orang menggantungkan periuk nasinya di perusahaan produsen kertas, bubur kertas dan rayon  pasca selesainya pembangunan pabrik kertas ketiga milik mereka di Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.

Seperti diketahui sebelumnya RAPP sudah memiliki dua pabrik kertas dengan total kapasitas produksi 3.500 ton per hari atau sekitar 850 ribu ton per tahun. Dengan selesainya pembangunan pabrik ketiga, kapasitas produksi kertas di pabrik milik RAPP nantinya akan mencapai 1,1 ton per tahun.

Alhasil, ini menjadikan mereka sebagai produsen kertas terbesar kedua di dunia setelah International Paper, produsen kertas asal Amerika Serikat.

Terserapnya puluhan tenaga kerja yang berimbas terhadap bergeraknya sektor riil ini adalah buah dari investasi.

Ya, salah satu definisi investasi adalah  salah satu indikator yang cukup vital untuk menjadi salah satu penentu apakah pembangunan ekonomi nasional ke depannya akan terus meningkat atau tidak, sehingga dengan berbagai macam kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dapat membantu para investor maupun calon  investor.

Oleh karena itu sejumlah kalangan menilai bahwa peningkatan investasi  diyakini dapat memberikan andil yang besar terhadap pembangunan ekonomi suatu negara.

Tak hanya itu, investasi juga memiliki peran sebagai salah satu komponen dari pendapatan nasional, Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP). Investasi ini akan saling terkait terhadap PDB maupun pendapatan nasional, apabila investasi mengalami kenaikan, maka PDB pun akan meningkat, begitu pula sebaliknya.

Betapa besarnya pengaruh sebuah investasi tergambar dari apa  yang dilakukan PT Asia Pacific Rayon (APR) yang baru saja diresmikan presiden Jokowi.

Pabrik itu berada di komplek PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) yang nilai investasinya mencapai Rp 15 triliun. Alih-alih Indonesia kini memiliki satu-satunya pabrik yang menghasilkan viscose rayon yang diproduksi PT APR.

Viscose rayon sendiri adalah  bahan dasarnya dari serat kayu yang dihasilkan Hutan Tanaman Industri (HTI) PT RAPP dan perusahaan mitranya. Seluruh unit usaha ini dibawah bendera Royal Gold Eagle.

Dari modal yang ditanamkan itu pabrik APR telah memproduksi Vicose dengan kapasitas 240 ribu ton itu  menciptakan 1.200 lapangan kerja baru.

Serat rayon itu diekspor ke Turki sebanyak 10.190 ton serta pengiriman ke Jawa Tengah sebesar 12 ribu ton.

"Devisa yang sudah dihasilkan setiap tahun mencapai 130 juta Dollar AS," beber Anderson Tanoto dalam sambutannya dihadapan Presiden RI Jokowi usai meresmikan sebagaimana dilansir riauonline.com.

Disamping itu, kata Anderson, APR telah mengimpor bahan baku tekstil mencapai Rp2 Triliun setiap tahunnya yang dihasilkan pabrik.

Anderson mengakui jika semua capaian itu tidak lepas dari dukungan dan arahan pemerintah daerah dan pusat. Khususnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) dan Kementerian Perindustrian. Termasuk juga Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau dan pemerintah kabupaten.

Soal investasi, tidak bisa dipungkiri bahwa PT RAPP jadi garda terdepan di bumi lancang kuning. Alhasil wilayah yang disebut-sebut tempat kelahiran Bahasa Indonesia melejit ke posisi keempat dalam  hasil investasi apakah Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

Prestasi ini pun menobatkan PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) sebagai perusahaan penyumbang Penanaman Modal Asing (PMA) terbesar di Provinsi Riau.

Penghargaan ini diserahkan langsung oleh Gubernur Riau Syamsuar dan diterima oleh Direktur RAPP Mulia Nauli dalam acara Rilis Realisasi Invetasi Triwulan III 2021 dan Sosialisasi Kemudahan Berusaha angkatan 8 dan 9 tahun 2021 yang digelar di Pekanbaru, Selasa (2/11).

Lantas bagaimana komentar perusahaan itu menyusul penobatan itu? Direktur RAPP, Mulia Nauli mengatakan penghargaan tersebut merupakan wujud dari komitmen perusahaan dalam mendukung pertumbuhan investasi di Provinsi Riau. Hal ini juga yang sejalan dengan komitmen APRIL 2030 sebagaimana yang telah disinergikan dengan sejumlah program Pemerintah Provinsi Riau.

"Penghargaan ini sebagai apresiasi dari Pemerintah Provinsi Riau kepada kami dan menjadi motivasi untuk terus berkembang dan beroperasi dengan baik yang berguna untuk masyarakat, negara, iklim, pelanggan kami yang pada akhirnya untuk perusahaan," ujar Mulia Nauli usai menerima penghargaan.

Sebelumnya Gubernur Riau (Gubri) Syamsuar  memberikan apresiasi kepada para pelaku usaha yang telah berkontribusi terhadap pencapaian realisasi investasi. Riau menduduki posisi 4 nasional pada Triwulan III Januari - September 2021.

"Kami juga memberikan apresiasi kepada kabupaten/kota yang telah memberikan layanan bagi terciptanya iklim investasi yang kondusif, sehingga investasi dari waktu ke waktu tumbuh signifikan," ujar mantan Bupati Siak dua periode itu.

Banyak publik menilai bahwa investasi sebatas pendirian atau pembangunan pabrik dan sebagainya. Pandangan ini tidak sepenuhnya salah.

Namun sejumlah kalangan menilai membangun sarana prasarana pendidikan termasuk infrastrukturnya seperti guru peralatan dan sebagainya termasuk   investasi.

Oleh karena itu taklah berlebihan jika mereka menilai bahwa  investasi paling berharga adalah investasi dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM). Salah satunya lewat jalur pendidikan.

Menurut hemat penulis apa yang dilakukan PT RAPP yang melakukan investasi yang tidak ternilai harganya  dibidang pendidikan sejalan tujuan pembangunan, yakni membangun manusia Indonesia seutuhnya merupakan hakikat pembangunan nasional Indonesia.

Sebab, membangun manusia Indonesia seutuhnya adalah titik pangkal sekaligus titik akhir dari setiap usaha dan kerja yang sedang diusahakan dan dikerjakan oleh seluruh manusia Indonesia.

Komitmen dan Konsisten

Seperti dipaparkan di atas bahwa peran PT RAPP disegala lini terbilang luar biasa mulai dari program CSR yang meliputi pemberdayaan masyarakat dibidang  kesehatan, pendidikan, kesajahteraan masyarakat dan sebagainya di areal operasional perusahaan.

Hanya saja sebagian besar publik ditanah air kadung menilai program yang awalnya bagus, namun ouputnya di luar estimasi. Mereka menuding salah satu penyebabnya adalah inkonsistensi.

Lantas bagaimana dengan komitmen dan konsistensi PT RAPP dalam menjalankan sejulah program  pemberdayaan itu? Untuk menjawab pertanyaan ini ada hal menarik dari tokoh multi talenta Riau, Fakhrunnas MA Jabbar    yang ditulisnya di www.berazam.com.

Menurut dia, kiprah PT RAPP sejak beroperasi hingga saat ini menunjukkan tren yang positif bagi kepentingan masyarakat Riau khususnya yang berada di wilayah operasional perusahaan yang berbasis di Pangkalan Kerinci kabupaten Pelalawan.

"Selain komitmen nya dalam membantu masyarakat dalam bidang sosial,  lingkungan maupun budaya, perusahaan ini juga setiap tahunnya berkomitmen dalam mengimplementasikan sejumlah program-program pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang menyentuh masyarakat sekitar," terangnya

Salah satu nya, sambung dia, mengembangkan produk unggulan lokal dengan menyiapkan anggaran  sebesar Rp15 Miliar setiap tahun.

Dari data yang diperoleh, untuk program permberdayaan ekonomi lokal ini mulai dari pertanian inti, kemudian pengembangan "One Village One" komoditi, hingga membantu memfasilitasi pemasaran produk.

Masih kata tokoh Riau ini, seiring perjalanannya, saat ini PT RAPP telah sukses memberdayakan 172 program yang berkaitan langsung dengan perusahaan. Mulai dari memberikan fasilitas akses permodalan kepada mitra usaha penyedia jasa bus, yang ditujukan bagi jasa angkutan karyawan PT RAPP dalam online.

"Selain itu ada juga 76 program lainnya berupa off line yang fokus pada pemberdayaan produk unggulan yang ditujukan bagi masyarakat yang bermukim di kampung-kampung, sekitar tempat perusahaan beroperasi dengan membagi komoditas tertentu," ulasnya.

Apalagi dari informasi yang ada, tambah dia, tahun 2018 PT RAPP memfokuskan diri untuk mengembangkan program pemberdayaan masyarakat secara off line: hilirisasi produk serta solusi pemasaran.

Oleh karena itu, tambah dia, masyarakat Riau khususnya Pemerintah kabupaten Pelalawan tentunya bersyukur dan patut memberi apresiasi yang tinggi terhadap komitmen serta kepedulian PT RAPP ini. "Masyarakat yang tadinya mengalami kesulitan mengembangkan produk dan memasarkan produknya, kini perlahan-lahan tapi pasti bisa keluar dari kesulitan tersebut," ingatnya.

Kendati begitu,  dia juga tetap berharap, komitmen serta kepedulian sosial ini terus berlanjut. Dan tidak hanya semata tanggung jawab dari PT RAPP, tapi juga semua stakeholder yang ada, termasuk Pemerintah kabupaten Pelalawan.

"Kiranya komitmen RAPP ini dapat menjadi contoh bagi perusahaan lain yang ada di Riau dan khususnya yang beroperasi di Pelalawan," harapnya.

Komitmen PT RAPP terhadap sejumlah program juga tercermin dari asa yang dilayangkan Usaha Kecil Menengah (UKM) pengelolahan pisang batu menjadi beraneka ragam makanan di Kabupaten Kuantan Singingi yang menjadi salah satu area operasional perusahaan itu.

Paling tidak, pelaku UKM itu  dalam  kurun waktu tiga tahun terahir ketergantungan mereka terhadap pisang dari luar perlahan tapi pasti berkurang. Tak hanya itu, berkat pisang dari daerah mereka harga jual menjadi kompetitif lantaran mereka memperoleh bahan baku lebih murah.

Menariknya penanaman pisang batu merupakan program Community Social Responbility (CSR) PT Riau Andalan Pulp And Paper (RAPP) dalam rangka pemanfaatan sungai dan bantaran sungai untuk meningkatkan perekonomian warga masyarakat.

Ini merupakan tindak lanjut Memorandum of Understanding (MoU) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kuansing dengan PT RAPP. Hebatnya sampai penghujung tahun 2021 para petani pisang kipas di Desa Talontam masih bertahan. Bahkan pengelolaan sudah dikoordinir oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Desa Talontam agar proses produksi dan pemasaran tetap stabil.

"Sekarang sudah dikelola oleh BUMDes," kata Kepala Desa Talontam, Raja Helpi Alfonso, dilansir haloriau.com Selasa (16/11).

Alfonso pun mengaku bahwa pasca  dicanangkan PT RAPP memberi bantuan stimulan kepada warga desanya untuk menanam pisang batu tersebut melalui bantuan bibit dan pupuk serta yang lainnya. RAPP juga membangun kemitraan dengan pengusaha di Pekanbaru agar hasil panen pisang batu petani di Desa Talontam dapat terserap.

Menurut hemat  penulis tentu komitmen yang dilakukan PT RAPP patut diapresiasi. Setidaknya, perusahaan itu membantu mulai dari hulu hingga hilir. Dengan kata lain, tidak hanya para petani, pelaku UKM dibidang makanan olahan komoditi itu terbantu sehingga memiliki nilai tambah yang menopang ekonomi keluarga.

Komitmen PT RAPP dalam bersinergis dengan Pemerintah Provinsi (Pemrov) Riau juga mendapat apresiasi dari Gubernur Riau (Gubri) Syamsuar.

Bahkan sebaliknya, orang nomor satu di bumi lancang kuning itu berharap sinergi antara pemerintah provinsi, kabupaten/kota dengan PT. Andalan Riau Pulp and Paper (RAPP) bisa menjadi contoh atau role model bagi perusahaan lainnya di Provinsi Riau.

Gubri menegaskan, dengan adanya sinergitas program antara pemda dan perusahaan, maka apa yang dilakukan perusahaan akan sejalan dengan kebutuhan masyarakat yang ada di lapangan.

"Ini sebenarnya ingin kami jadikan role model bagi perusahaan lain. Karena anggaran pemerintah terbatas, maka perusahaan lain kami harapkan juga begitu," ucapnya dalam pertemuan bersama PT. RAPP  di Gedung Daerah Balai Serindit, Jumat (15/10).

Gubri menambahkan, sebelumnya pihak manajemen PT. RAPP sudah bersilaturahmi dengan Pemprov Riau untuk membangun kerja sama antar perusahaan dengan mitra pemda yang berdekatan dengan usaha industrinya.

Menurutnya, program yang ditawarkan PT.RAPP ini sangat membantu program pemerintah provinsi maupun pemerintah daerah dalam membangun Riau. Karena programnya sejalan dengan apa yang diinginkan oleh masyarakat.

"Manajemen PT. RAPP sudah pernah bersilaturahmi dengan kami. Dan kami menyambut baik gagasan ini," ungkapnya.

Lantas apa yang melatarbelakangi PT RAPP komitmen dan konsiten dengan program kerjanya plus siap dengan bersinergi bersama pemangku kepentingan di daerah?

Rasa-rasanya filosofi pribahasa di mana bumi dipijak disitu langit dijunjung diimplementasikan  perusahan itu. Paling tidak   Direktur Utama PT RAPP, Sihol Aritonang menyampaikan, pihaknya merasakan bahwa PT. RAPP adalah bagian dari Riau.

"Salah satu pilar komitmen ini adalah kemajuan inklusif, artinya PT. RAPP atau April Group ingin maju, tapi kemajuan kita juga melibatkan masyarakat," ujarnya.

Selain merasa bagian tak terpisahkan dari Riau lalu apa lagi yang melatarbelakangi perusahaan itu begitu serius dan getolnya menjalankan program pemberdayaan masyarakat?

Ya, sebagai perusahaan swasta yang berkomitmen melaksanakan prinsip bisnis yang baik dan berkelanjutan, PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) berusaha menjunjung filosofi bisnis perusahaan,  yaitu apapun yang perusahaan lakukan harus baik bagi negara, masyarakat, dan perusahaan.

Dengan demikian, perusahaan juga memiliki komitmen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menanggulangi kemiskinan ekstrem di sekitar wilayah kerja perusahaan.

Tak sebatas itu, seiring dengan semangat APRIL, PT. RAPP beroperasi berdasarkan filosofi bisnis 5C yang dipegang  oleh sang pioneer dan perintis perusahaan itu Sukanto Tanoto.

Adapun 5C itu eliputi praktek bisnis harus membawa kebaikan bagi Masyarakat (Community), Negara (Country), Iklim (Climate), Pelanggan (Customer) dan pada akhirnya baik bagi Perusahaan (Company).: bahwa kegiatan operasionalnya harus baik untuk Masyarakat, Negara, Iklim, Pelanggan, dengan demikian akan baik pula bagi Perusahaan. Sebuah filosofi sederhana, tapi hasilnya tidak sederhana lagi.

Sektor Riil Bergerak

Lantas timbul pertanyaan menggelitik seberapa jauh eksistensi PT RAPP terhadap bergeraknya sektor riil?

Pertanyaan ini terbilang wajar mengingat hasil kajian peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia (UI) Widyono Soetjipto mengatakan, penelitian tersebut bertujuan untuk mengukur kontribusi RAPP terhadap perekonomian dalam negeri.

"Hal-hal yang dapat mendorong perkembangan ekonomi di daerah adalah sesuatu yang positif," kata Widyono.

Penelitian tersebut dilakukan lima tahun sekali guna mengukur dampak keberadaan RAPP terhadap ekonomi.

Data lain menyebutkan bahwa perusahaan juga berkontribusi menambah pendapatan daerah Riau Rp 758,59 miliar.

Dibagian lain, PT RAPP berkontribusi dalam pembentukan pendapatan rumah tangga sekitar Rp 33 triliun, atau setara 70,8 persen dari total pendapatan rumah tangga di Pelalawan.

Ini tidak berlebihan mengingat selama rentang waktu 1999-2004, RAPP telah mempekerjakan 85 ribu orang per tahun, dimana 65 ribu kesempatan kerja (81 persen) ada di Riau.

Sementara pada tahun  2000, RAPP membuka 42 ribu kesempatan kerja di Riau dan meningkat menjadi 59 ribu orang pada 2010, lalu naik menjadi 58 ribu kesempatan kerja pada 2014 serta mempekerjakan 5.500 tenaga kerja langsung.

Sebelumnya Direktur PT RAPP, Rudy Fajar mengatakan bahwa selama beroperasi sejak 1999, perusahaan itu telah berkontribusi terhadap negara sebesar Rp 2,45 triliun. Jumlah itu meliputi dengan komposisi penerimaan pajak Rp 1,92 triliun dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Rp 530 miliar.

Selain memberikan kontribusi pendapatan ke pusat, Pemerintah Daerah (Pemda) pun turut merasakan adanya penerimaan tambahan hingga Rp 758,59 miliar sepanjang 1999 hingga 2014. Selama 15 tahun beroperasi, salah satu unit usaha Royal Golden Eagle (RGE) atau Raja Garuda Emas milik konglomerat Sukanto Tanoto ini berkontribusi dalam penyerapan tenaga kerja secara nasional sebanyak kurang lebih 85.000 orang per tahun.

Dari jumlah itu, 65.000 atau 81 persennya berada di Riau. Pada 2000 lalu, misalnya, RAPP membuka 42.000 kesempatan kerja di Riau dan meningkat menjadi 59.000 orang pada 2010, lalu naik lagi menjadi 58.000 kesempatan kerja pada 2014.

"Sebanyak 60 persen kesempatan kerja muncul di Pelalawan dimana kami beroperasi," ujar Rudy Fajar.

Menyinggung peran PT RAPP sebagai penggerak seitor riil di regional meliputi Provinsi Riau dan jiran tetangga termasuk tanah air terlebih lokal Kabupaten Pelalawa, pemerhati ekonomi Riau, Arif Azmi SE  menjelaskan bahwa dari data-data yang  sudah diliris kepublik tak bisa dipungkiri peran perusahaan tersebut.

"Dari data yang ada termasuk penelitian yang sudah diliris kepublik, kita bisa melihat peran signiffikan dari PT RAPP," ingat cendikiawan muda asal Dumai ini.

Disisi lain salah satu definisi sektor riil   adalah sektor ekonomi yang ditumpukan pada sektor manufaktur dan jasa juga menggambarkan kondisi perekonomian  dipandang  dari sisi permintaan dan penawaran barang serta jasa.

Arif pun menyebutkan multiplier efect yang ditimbulkan menyusul kehadiran PT RAPP terlebih sektor riil meliputi lokal, regional dan nasional.

"Oleh karena itu sektor riil bisa disebut  juga dengan istilah pasar barang. Ya, contohnya warung, rumah makan, jasa transportasi serta lain-lainnya," papar  Arif kepada penulis Rabu.

Artinya, sambung cendikiawan muda ini, sektor itu akan bergerak jika ada pemasukan atau uang dan seterusnya beredar di tengah  masyarakat.

Lantas darimana uang itu datang? Arif menjelaskan bahwa uang itu berasal dari para pekerja di PT RAPP langsung maupun tidak langsung yang bekerja di sana.

Arif pun mengutip data yang menyebutkan bahwa ditahun  2000, RAPP membuka 42 ribu kesempatan kerja di Riau dan meningkat menjadi 59 ribu orang pada 2010, lalu naik menjadi 58 ribu kesempatan kerja pada 2014 serta mempekerjakan 5.500 tenaga kerja langsung.

"Jika satu orang pekerja dari puluhan ribu membelanjakan uang sebesar Rp100 ribu per hari berapa uang yang beredar di tengah masyarakat, dan berapa  uang yang berputar maka semakin cepat sektor riil bergerak. Ini apa yang dinamakan dari efek berganda bergeraknya sektor riil tingkat lokal ,"ingatnya.

Selain puluhan ribu karyawan dari data lainnya menyebutkan bahwa dari proyek hutan tanaman rakyat maka PT RAPP membantu masyarakat menggarap tanah hutan yang tak terurus, yang dimiliki masyarakat, agar memberi potensi pertanian.

Diperkirakan sudah lebih dari sekitar 25.000 hektar tanah yang digarap masyarakat dengan bantuan perusahaan, dimana pendapatan dari lahan pertanian baru tersebut bisa menghidupi hingga 10.000 keluarga.

"Karena masyarakat itu memperoleh penghasilan tentu mereka berbelanja, apalagi untuk 10 ribu keluarga. Jumlah itu terbilang besar, berapa uang yang beredar ," terangnya.

Dengan kata lain, sambung Arif, mereka membelanjakan uang tersebut untuk keperluan konsumtif plus kebutuhan sekunder dan tersier.

Tak mengherankan bergeraknya sektor riil menjadi denyut nadi pertumbuhan ekonomi. Karena  melibatkan banyak manusia  berinteraksi dengan beragam  motivasi.

Namun bergeraknya sektor riil, lanjut alumni salah satu perguruan tinggi terkemuka di Pekanbaru ini, adanya korelasi antara industri pulp yang melibatkan puluhan ribu orang apakah itu sebagai pekerja maupun imbas dari turunannya.

"Puluhan ribu pekerja  yang menerima gaji setiap bulannya menjadi pemacu bergeraknya sektor riil. Dan semua sektor menjadi hidup mulai dari pasar tradisional, kuliner, kedai atau warung, hotel dan penginapan termasuk jasa dan lainnya,  perlu dicatat mata rantai itu berakhir di pelabuhan melalui kegiatan ekspor ke manca Negara atau dibawa ke daerah lainnya di tanah air, tentu berpengaruh terhadap pelabuhan yang juga banyak elemen disana, mulai dari pekerja, agen kapal, kru kendaraan, pedagang diluar areal pelabuhan dan sebagainya," terangnya panjang lebar.

Sementara untuk regional, sambung Arif, banyaknya pekerja yang diserap PT RAPP dari berbagai wilayah di tanah air apakah berasal dari Provinsi Riau, Sumatera, Jawa dan lainnya membuat daerah asal para pekerja itu kecipratan berkah. Paling tidak, melalui kiriman atau transfer uang yang dilakukan para pekerja kepada handai taulan di kampung halaman mereka otomatis ada perputaran uang di wilayah itu.

"Imbasnya secara tidak langsung  dirasakan kabupaten/kota jiran Kabupaten Pelalawan termasuk tetangga Provinsi jiran Riau. Diantaranya, Provinsi Sumatera Utara (Sumut) dan Sumatera Barat (Sumbar). Jika pertumbuhan ekonomi di Pelalawan  tinggi maka  daya beli masyarakat meningkat otomatis  produk pertanian dan sebagainya yang dihasilkan  provinsi tetangga akan mudah diserap pasar. Disisi lain memudahkan warga mereka untuk mencari peruntungan, apakah itu disektor formal mau pun informal" jelas Arif.

Sementara untuk nasional, terang   Arif, banyak lapangan atau lowongan kerja yang pasca kehadiran PT RAPP  sangat diperlukan.

Arif pun mencontohkan bagaimana sejumlah Negara pasca perang dunia pertama dan kedua untuk menggerakan sektor riil maka mereka membuka pekerjaan  bersifat padat karya yang melibatkan banyak masyarakat.

"Pasca perang jelas ekonomi stagnan termasuk pandemi. Nah, agar daya beli masyarakat tidak terpuruk maka uang harus tetap beredar di tengah masyarakat agar transaksi jual beli tetap ada. Oleh karena itu padat karya diperlukan. Disamping jaringan pengaman sosial,  menurunkan suku bunga bank dan lainnya. Ya, lagi-lagi lapangan kerja menjadi salah satu instrumen penting supaya sektor riil tetap bergerak," katanya.

Kendati pandemi Covid-19 membuat ekonomi global stagnan jika tidak ingin dikatakan lumpuh. Namun Arif melihat hal itu tidak berdampak signifikan terhadap operasional PT RAPP yang berujung sector riil tetap bergerak di wilayah operasional perusahaan.

Arif menduga, tidak signifikan pandemik Covid-19 terhadap perekonomian di wilayah operasional PT RAPP   terjadi karena beberapa faktor. Diantaranya bahan baku tidak impor, kertas, rayon dan produk perusahaan itu menjadi kebutuhan yang belum bisa digantikan.

"Meski sekolah daring. Namun kertas masih diperlukan disegala aktivitas. Dengan sendirinya mesin pabrik masih beroperasi otomatis sector riil masih bergerak," katanya.

Sementara dari data rangkuman menyebutkan bahwa hasil  kajian Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia. Peneliti LPEM UI dalam  kurun waktu 15 tahun sejak 1999-2014, PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) sudah berkontribusi terhadap perekonomian nasional mencapai Rp557 triliun.

Selama periode tersebut, RAPP telah berkontribusi meningkatkan penerimaan APBN sebesar Rp 2,45 triliun, berupa penerimaan pajak Rp 1,92 triliun dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Rp 530 miliar.

Tak hanya itu  perusahaan tersebut  juga diketahui  berkontribusi menambah pendapatan daerah Riau Rp 758,59 miliar.

Pacu Pertumbuhan

Dibagian lain, sejumlah kalangan berpendapat bahwa bergeraknya sektor riil berbanding lurus dengan pertumbuhan. Ya, pertumbuhan ekonomi adalah sebuah proses dari perubahan kondisi perekonomian yang terjadi di suatu wilayah atau negara secara berkesinambungan untuk menuju keadaan yang dinilai lebih baik selama jangka waktu tertentu.

Boleh dikatakan kegiatan ekonomi sektor riil sangat penting, karena mengingat  erat kaitannya dengan konsumsi, pekerjaan dan pendapatan.

Dengan kata lain peningkatan kapasitas atau produksi di sektor riil akan mengurangi tingkat pengangguran dan meningkatan pendapatan, yang pada gilirannya akan memacu pertumbuhan ekonomi.

Pendapat ini diaminkan oleh pemerhati ekonomi lainnya , Ilham Apanda SE.

Menurut dia industri hulu hingga hilir kertas, pulp dan rayon tidak bisa dipisahkan dari penyerapan tenaga kerja besar-besaran yang menjadi pemantik  bergeraknya sektor riil yang muara akhirnya memacu pertumbuhan ekonomi.

Ilham pun mengutip teori konsumsi James Dusenberry yang mengemukakan bahwa jumlah konsumsi seseorang dan masyarakat tergantung dari besarnya pendapatan.

"Ini salah satu efek bahwa  sektor tersebut  memberikan kontribusi dalam mendorong perkembangan dan pertumbuhan ekonomi," katanya

Masih kata dia, akibat adanya pendapatan dan pola konsumtif dari para pekerja dan turunannya yang terlibat pada industri hulu dan hilir kertas, pulp dan rayon  alih-alih sektor riil pun bergerak yang  memacu pertumbuhan ekonomi.

"Karena itu semua sektor menjadi hidup, mulai dari pasar tradisional, modern, jasa angkutan, pemondokan termasuk hotel, kuliner dan sebagainya," terangnya.

Menurut cendikiawan muda ini kehadiran PT RAPP  juga menjadi pemantik bagi pertumbuhan ekonomi terlebih di daerah operasional mereka meliputi, Kabupaten Kampar, Kuantan Singgi (Kuansing), Siak, Meranti minus Kebupaten Pelalawan.

Ilham berpendapat untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi disebuah daerah maka diperlukan empat aksi atau langkah. Pertama,  peningkatan usaha-usaha mikro kecil dan menengah yang berpotensial. Kedua, mendorong peningkatan usaha BUMD dalam memenuhi kesejahteraan sosial. Ketiga, membuka industri padat karya untuk mengurangi pengangguran dan terakhir meningkatkan investasi.

Untuk poin pertama, yakni peningkatan usaha-usaha mikro kecil dan menengah yang berpotensial, maka ini telah terjadi di Kabupaten Pelalawan  karena hidupnya sektor riil disekitar areal perusahaan termasuk daerah operasional lainnya.

"Mulai dari rumah makan, warung, tukang ojek, pemondokan dan sebagainya. Menjadi hidup belum lagi UMKM binaan perusahaan tersebut juga menjadi penyumbang bergeraknya sektor riil," katanya.

Tak hanya itu, sambung dia,  potensi pasar bagi kalangan komersil seperti restoran, hotel dan lainnya sangat berdampak positif bagi perekonomian daerah.

Dengan meningkatnya margin keuntungan pelaku UMKM, hotel, restoran serta lainnya akibat dari transaksi jual beli maupun jasa yang bersumber dari pekerja industri hulu hinga hilir kertas, pulp dan rayon notabene akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan daya beli termasuk lapangan kerja.

"Dengan meningkatnya pendapatan para pekerja maupun keuntungan yang diperoleh pemilik usaha yang masuk kategori UMKM otomatis meningkatkan daya beli mereka yang akhirnya berdampak kepada sektor usaha lainnya," jelas Ilham

Sementara untuk poin kedua, yakni mendorong peningkatan usaha BUMD dalam memenuhi kesejahteraan sosial maka menurut alumni salah satu Perguruan Tinggi (PT)  di Sumbar ini menilai peluang usaha baru bisa diambil Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) melalui pola  kerjasama dengan PT RAPP.

Dia mengingatkan bahwa salah satu tujuan pendirian BUMD adalah untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dengan sendirinya laba yang tinggi otomatis menambah kas daerah.

"Dengan besarnya kas daerah otomatis volume pembangunan  terutama infrastrukur akan lebih banyak notabene para rekanan atau pihak ketiga banyak mempekerjakan orang. Upah yang dibayar ke pekerja selanjutnya akan dibelanjakan mereka ke pasar, membeli makanan dan sebagainya. Bisa ditebak sektor riil pun kembali bergerak," paparnya.

Sedangkan poin ketiga, yakni membuka industri padat karya untuk mengurangi pengangguran, Ilham berpendapat kehadiran  industri hulu-hilir kertas, pulp dan rayon menyerap tenaga kerja terbilang besar baik formal maupun informal .

"Kita mengetahui bahwa industri tersebut  tidak hanya semata-mata padat modal atau pun teknologi, juga padat karya. Karena melibatkan banyak pekerja," katanya.

Menyoali investasi daerah sebagai poin keempat sebagai pemantik  atau pemicu pertumbuhan ekonomi disebuah daerah, Ilham pun mengingatkan bahwa belasan triliun yang telah diinvestasikan PT RAPP pasti berdampak positi terhadap ekonomi

"Masuknya investsi ekonomi mikro pun bergerak. Dan ujung-ujungnya berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi," jelasnya panjang lebar.

Menurut hemat penulis apa yang dikemukakan Ilham Apanda SE tidak berlebihan. Kehadiran industri besar sekelas  PT RAPP di Kabupaten Pelalawan menjadi bukti bahwa terciptanya lapangan kerja besar-besaran bisa dikatakan menjadi titik awal bergeraknya roda ekonomi.

Menyusul kontribusi PT RAPP terhadap kemajuan ekonomi di Kabupaten Pelalawan, orang nomor satu di wilayah tersebut Zukri Misran mengatakan, sudah banyak bantuan dan kontribusi perusahaan itu terhadap masyarakat Kabupaten Pelalawan khususnya yang berada di areal operasional perusahaan, maupun kepada kelompok dan desa yang menjadi mitra binaan.

"Atas nama pemerintah dan pribadi, kami mengucapkan terima kasih atas dedikasi dan kontribusi PT. RAPP bagi kemajuan perekonomian di Pelalawan, apalagi baru-baru ini Kabupaten Pelalawan dan PT. RAPP mendapat penghargaan sebagai satu-satunya Kabupaten dan Perusahaan dengan investasi paling tinggi di Provinsi Riau," kata Zukri  di laman riaubernascom.

Terkait kontribusi PT RAPP di Kabupaten Pelalawan dan Riau pada umumnya, wartawan senior Kota Dumai, Yon Rizal Solihin yang pernah tinggal di Pangkalan Kerinci berpendapat bahwa perusahaan itu bisa dikatakan menjadi aset bersama.

"Melihat  multiplier effect atau efek berganda yang luar biasa dari kehadiran PT RAPP. Maka saya menilai perusahaan itu telah bermetamorfosis menjadi aset bersama karena menyangkut hajat hidup orang banyak. Ya, kita harus menjaganya," kata dia.

Meski begitu, Yon -sapaan akrab Yon Rizal Solihin, pen- mengutip sebuah pribahasa bahwa tak ada gading yang tak retak. Dengan kata lain, lanjut dia, kritikan bersifat mebangun atau konstruktif perlu dilakukan yang bertujuan kearah perbaikan.

"Walau saya sebentar tinggal di Pangkalan Kerinci. Tapi, paling tidak pernah melihat multiplier effect atau efek berganda pasca kehadiran PT RAPP. Dengan sendirinya saran, masukan maupun kritikan konstruktif diperlukan, dan saya yakin manajamen perusahaan akan menyambut hal itu dengan tangan terbuka," katanya.

Ya, untuk memajukan pertumbuhan ekonomi tidak hanya diperlukan investasi tetapi juga dibutuhkan pemerataan dalam menyerap SDM sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dan ini tercermin dari kehadiran PT RAPP di Kabapaten Pelalawan.

Memang, sejarah kontemporer   Kabupaten Pelalawan  tidak bisa dipisahkan dari sebuah revolusi dari kehadiran industri hulu dan hilir, kertas, pulp dan rayon. Semuanya bermetaformosis     membentuk komunitas lintas suku, agama dan ras yang memiliki tujuan sama, demi kehidupan  lebih baik bagi generasi penerus bangsa, dan itu tercipta tatkala manusia dan alam  saling memahami peran.

Ya, ketika daun akasia dan daun eucalyptus melambai diterpa angin maka setiap lambaian itu adalah rupiah atau berkah bagi puluhan ribu orang yang bergerak disektor industri hulu dan hilir kertas, pulp dan rayon termasuk  turunannya yang menjadi pembungkus asa  memetik rezeki untuk kehidupan yang lebih baik bagi generasi penerus bangsa. (Muhammad Nizar)

Sumber Tulisan: Disarikan dari berbagai sumber dan wawancara

Share
Komentar
Copyright © 2012 - 2024 riauone.com | Berita Nusantara Terkini. All Rights Reserved.Jasa SEO SMM Panel Buy Instagram Verification Instagram Verified