- Home
- Kilas Global
- Dunia Uang, Dolar Terus Hantam Rupiah, Ini Efek ke Kantong Orang RI
Senin, 09 Oktober 2023 12:13:00
Dunia Uang, Dolar Terus Hantam Rupiah, Ini Efek ke Kantong Orang RI
DUNIA, - Kalangan ekonom di Indonesia mengingatkan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) beberapa waktu ke belakang dapat menekan daya beli masyarakat, seiring dengan tingginya harga-harga barang impor.
Kepala Ekonom Bank Syariah Indonesia Banjaran Surya Indrastomo mengatakan, setidaknya ada dua barang impor yang menjadi komoditas utama bagi masyarakat Indonesia, yaitu minyak mentah atau petroleum yang menjadi bahan baku bahan bakar minyak (BBM), serta beras.
"Terdapat tekanan dari harga barang impor dua komoditas utama Indonesia, yaitu minyak mentah dan harga beras yang berpotensi menekan inflasi. Padahal, kebutuhan impor beras sedang tinggi karena berkurangnya produksi nasional," kata Banjaran dikutip Senin (9/10/2023).
Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede bahkan mengatakan, pelemahan rupiah juga akan mendorong tekanan inflasi pangan berlanjut, terutama bila pemerintah mendorong impor-impor pangan strategis di tengah fenomena kekeringan berkepanjangan atau el nino yang membuat gagal panen.
"Hal ini jelas akan berdampak negatif pada daya beli dan tingkat permintaan masyarakat. Selain itu, impor minyak juga akan lebih mahal, sehingga harga bahan bakar non-subsidi akan meningkat pula yang juga berujung pada menurunnya daya beli dan tingkat permintaan masyarakat," tegas Josua.
Apalagi, pelemahan rupiah menurutnya juga akan berdampak negatif pada kinerja pelaku usaha yang bergantung pada bahan baku impor, seperti industri farmasi atau industri petrokimia, makanan dan minuman, hingga tekstil.
"Akan terdampak dari adanya pelemahan rupiah yakni sektor yang mengandalkan bahan baku impor seperti Makanan dan Minuman, terutama yang banyak bahan baku impor seperti Gandum, Gula, dan Kedelai, lalu sektor Farmasi, Elektronik dan Barang Elektrikal, dan Tekstil," tegas Josua.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Adhi S. Lukman membenarkan tidak sedikit produsen di industri makanan-minuman yang mengandalkan bahan baku impor. Alhasil ketika kurs dolar AS naik, maka harga bahan baku pun ikutan naik.
"Memang ini pasti akan berpengaruh terhadap bahan baku impor, baik bahan baku maupun barang modal seperti mesin-mesin dalam proses pemasangan baru. Yang agak mengkhawatirkan ada kenaikan harga pokok karena bahan baku kita banyak impor," kata Adhi.
Dia melanjutkan, kenaikan kurs dolar AS juga berdampak pada biaya logistik, sewa kapal hingga kontainer. Beban peningkatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS itu akan menjadi tambahan ke biara produksi, sementara kondisi dalam negeri tidak memungkinkan naik harga karena daya beli sedang minim.
Mau tidak mau perusahaan mengorbankan margin agar tidak terlalu berpengaruh berat terhadap penjualan. Selain itu, mengurangi berat atau resizing juga menjadi opsi bagi industri makanan dan minuman.
"Opsi ke sana selalu ada (resizing), kita berupaya bagqimana supaya enggak rugi, tentunya efisiensi, pencarian alternatif bahan baku dan resizing ukuran menjadi alternatif juga. Ya (resizing) seperti Chiki dan sebagainya," tutur Adhi.
Kurs rupiah memang tengah mengalami volatilitas cukup tinggi pada 2023. Pergerakan rupiah tahun ini berada di rentang Rp 14.665-15.630/US$ dengan level terburuk menyentuh Rp15.630/US$ awal tahun (6/1), walaupun tidak lama berselang rebound menjadi Rp14.875/US$ pada (2/2).
Rupiah kembali melemah menjadi Rp 15.445/US$ pada bulan setelahnya (10/3). Lalu kembali menguat menjadi Rp14.665/US$ pada awal kuartal II (28/4). Sejak Mei, rupiah menunjukkan tren pelemahan dan terus bergerak hingga tembus ke atas Rp 15.600 /US$ saat ini, mendekati level tertinggi awal tahun ini.
Melihat efek pelemahan rupiah, Mantan Menteri Keuangan di era Presiden SBY M. Chatib Basri mengingatkan pemerintah akan urgensi untuk mempercepat belanja.
"El Nino adalah soal serius untuk Indonesia, kenaikan harga beras harus diantisipasi. Kenaikan harga beras punya dampak yang signifikan utk kelompok miskin dan rentan," ujarnya.
Chatib menilai jika harga beras terus naik, dan pasokan dunia terbatas, maka subsidi untuk kelompok rentan perlu diberikan.
Selain itu, perluas coverage BLT, PKH dan perlindungan sosial.
"Prioritas fiskal menjadi sangat penting. Belanja pemerintah perlu diarahkan untuk membantu kelompok menegah bawah dan rentan," ungkapnya. sc:cnbc