- Home
- Kilas Global
- Ekspor Indonesia Bergantung kepada Sawit
Kamis, 26 Mei 2016 20:54:00
Ekspor Indonesia Bergantung kepada Sawit
Dari Peluncuran Buku Mitos vs Fakta Industri Minyak Sawit Indonesia.
PEKANBARU-Untuk melakukan counter issue terhadap black campaigne terhadap kelapa sawit. Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) meluncurkan sebuah buku yang menunjukkan fakta sebenarnya tentang industri kelapa sawit.
Buku yang berjudul “Mitos vs Fakta: Industri Minya Sawit Indonesia dalam Isu Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Global” menguraikan fakta dan gosip sebenarnya yang terjadi tentang kelapa sawit, khususnya pengembangan kelapa sawit di Indonesia. Kegiatan peluncuran tersebut dilaksanakan di Rektorat Universitas Riau, Kamis (26/05/2016). Dihadiri oleh Akademisi, Mahasiswa, LSM, dan stake holder yang berkaitan dengan industri sawit.
Direktur Eksekutif PASPI, Dr. Tungkot Sipayung menyebutkan bahwa banyak mitos atau cerita yang tidak benar yang selama ini berkembang tentang kelapa sawit ini. Cerita tersebut berhembus kencang terutama di negara-negara non penghasil minyak sawit yang notabene tidak mengetahui proses industri minyak sawit tersebut. Dalam buku tersebut, dia menyebutkan bahwa kelapa sawit tidaklah berseberangan dengan berbagai kepentingan baik itu issue lingkungan, sosial dan ekonomi.
“Issue miring tentang kelapa sawit ini banyak dialamatkan ke sektor lingkungan hidup. Disebutkan bahwa Kelapa sawit tidak ramah lingkungan. Menyebabkan kekeringan, dan lainnya. Padahal, itu tidak benar sepenuhnya. Terutama, apalagi kita bandingkan dengan komoditas nabati lainnya seperti kedelai, Tebu, biji bunga matahari, dan lainnya. Masih banyak komoditas nabati lainnya yang lebih tidak ramah lingkungan”ucap Tungkot.
Issue tentang minyak sawit yang boros air menurut buku tersebut adalah mitos. Dari penelitian yang dimuatdalam Journal Ecological Economics menemukan bahwa kelapa sawit termasuk paling hemat air (setelah tebu). Ditambah Tungkot lagi, seharusnya kita sebagai rakyat indonesia berterimakasih kepada kelapa sawit, karena yang kelapa sawit termasuk salah satu sumber ekspor yang menyelamatkan net ekspor indonesia dalam 2 tahun terakhir.
“Ketika ekspor migas dan non migas (diluar kelapa sawit), menurun tajam, kelapa sawit terus memperlihatkan tren positifnya. Untuk itu, kita harus yakin bahwa kelapa sawit adalah komoditi yang harus kita pertahankan”tegas Tungkot.
Dua panelis yang memberikan tanggapan terhadap peluncuran buku tersebut yaitu Dr Almasydi Syahza dan Prof. Dr Hasan Basri Jumin sangat mengapresiasi kehadiran buku ini. Menurut mereka, kekurangan indonesia selama ini adalah kurangnya karya ilmiah yang dapat mendukung sektor ekonomi kita.
Menurut Almasydi Syahza, Kelapa sawit telah menumbuhkan ekonomi indonesia khususnya di Riau. Banyak kawasan ekonomi baru yang tumbuh di sumatra ini akibat pengembangan kelapa sawit ini.
“Kita yakin, jika pengembangan kawasan ekonomi baru ini kita letakkan ke pundak dana APBD dan APBN, maka saya yakin kawasan tersebut takkan terbentuk. Untuk itu, saya kira ke depannya kelapa sawit ini harus kita kembangkan. Baik dari sisi profesionalitas pengembangannya maupun menepis issue-issue miring tersebut”terang Almasydi.
Selain itu, Prof Dr. Hasan Basri Jumin, menyarankan buku ini dialihbahasakan ke berbagai bahasa internasional dan terus dikembangkan untuk menepis issue baru.
Disamping kegiatan peluncuran buku tersebut. Juga diadakan milad Fakultas Pertanian UR dan Launching Forum Dosen Peneliti Sawit dan Mahasiswa Peminat Sawit Riau. (rls)