- Home
- Kilas Global
- Gegara Masukan Tangan ke Saku, Ajudan PM Jepang Minta Maaf, Berkaitan dengan Akhlak? Etika?
Selasa, 24 Januari 2023 12:50:00
Gegara Masukan Tangan ke Saku, Ajudan PM Jepang Minta Maaf, Berkaitan dengan Akhlak? Etika?
DUNIA, Tokyo, - Seorang ajudan dari Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida meminta maaf setelah tertangkap kamera sedang berdiri dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana. Ini dilakukan saat PM Kishida sedang berbicara kepada awak media dalam kunjungan ke Washington, Amerika Serikat (AS), belum lama ini.
Wakil kepala sekretaris kabinet Jepang, Seiji Kihara, mengaku menyesal atas perilakunya. Ia mengatakan ibunya telah menelepon untuk mengatakan bahwa dirinya "malu" atas perilaku sang anak di negara lain.
Mencoba mencegah peristiwa serupa di masa mendatang, sang ibu menyarankan Kihara agar menjahit saku celananya.
Mengutip dari laman Independent, Senin, 23 Januari 2023, Kihara tertangkap kamera sedang berdiri di dekat PM Kishida dengan kedua tangan masuk ke saku celananya. Di waktu bersamaan, PM Kishida sedang mengatakan kepada para jurnalis bahwa pertemuannya dengan Presiden AS Joe Biden telah memungkinkan dirinya untuk " lebih memperdalam hubungan kepercayaan pribadi saya" dengan mitra AS.
Kala itu, PM Kishida dan Biden membahas berbagai isu kerja sama bilateral, termasuk di bidang keamanan.
Bagi masyarakat Barat, mungkin gestur memasukkan kedua tangan ke saku celana bukan sesuatu hal yang perlu diributkan. Namun dalam budaya Jepang, memasukkan kedua tangan dianggap sebagai sikap ofensif karena terkesan bersikap terlalu santai atau meremehkan, terlebih jika dilakukan di acara-acara formal.
Cuplikan wawancara PM Kishida saat kunjungan ke AS dibagikan kantor berita The Asahi Shimbun pada 13 Januari lalu. Warganet pun mengkritik sikap Kihara yang dianggap "memalukan," "tidak sopan," dan "sombong." Ibu Kihara juga melihat cuplikan wawancara itu dan langsung menegur sang anak.
Dalam pembelaannya, Kihara mendeskripsikan dirinya sebagai "tipe orang yang memasukkan kedua tangan ke saku dan berjalan sembari berpikir."
"Saya sedang berpikir, bagaimana caranya menyampaikan perihal hubungan damai antara Jepang dan AS," ungkapnya.
Pada Maret 2019, insiden serupa terkait etiket melanda Gubernur Tokyo Yuriko Koike, yang dinilai telah melakukan pelanggaran tata krama saat berdiri di garis finis sebuah acara maraton. Kala itu, Koike terus memasukkan tangannya ke dalam kantong mantel di tengah cuaca musim semi yang dingin.