• Home
  • Kilas Global
  • Integrasi Pelabuhan, Tingkatkan Efisiensi dan Daya Saing Topang Sektor Riil Pacu Pertumbuhan Ekonomi
Sabtu, 11 September 2021 14:58:00

Integrasi Pelabuhan, Tingkatkan Efisiensi dan Daya Saing Topang Sektor Riil Pacu Pertumbuhan Ekonomi

kapal tanker sandar dan masuk ke pelabuhan umum pelindo dengan kapasitas 40 ribu GT dan 80 ribu GT. F/riauonecom

Pemerintah mengambil langkah strategis, melakukan integrasi (penggabungan) BUMN Pelabuhan, PT Pelabuhan Indonesia I, II, III, dan IV dalam suatu entitas. Jelas langkah ini akan memberi nilai tambah bagi bisnis kepelabuhanan yang muara akhirnya meningkatkan pendapatan Negara. Lantas  apa keuntungan rencana itu bagi daerah? Berikut tulisannya

DI lorong perumahan yang sepi, Jumat  malam terlihat begitu bersahaja. Suara binatang malam  mengalun pelan dari balik rerimbunan  pepohonan. Seorang lelaki duduk di teras menyampingi jalan. Ia asyik memainkan  laptop. Sementara di gelas kaca berukuran sedang  berisi teh hangat menemani malam yang begitu sejuk dengan angin sepoi-sepoi berhembus manja.

          Malam yang senyap tak membuat teras-teras rumah warga Komplek Perumahan Griya Pulai Sakinah, Kelurahan Mundam, Kecamatan Medangkampai, Kota Dumai, Provinsi Riau, sepi.

Masih ada juga warga menimakti malam seraya merancang angan untuk esok tatkala sang surya terbangun dari peraduan.

Akan tetapi ada juga yang memilih membungkus asa di  peraduan seraya  memetik sepenggal mimpi ditiap detik waktu di balik pintu kamar yang sunyi.

   Agus Budiyanto yang juga Ketua Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) Pelabuhan PT Pelindo I Cabang Dumai tetap asyik memainkan perangkat komputer keluaran terbaru.

Pria bertubuh tinggi tegap ini tidak sadar akan kehadiran penulis. Sebuah kalimat salam yang terlontarkan dari penulis menghentankannya.

Ya, malam itu sengaja penulis mendatangi kediamannya untuk melakukan wawancara  seputar penggabungan atau merger PT Pelindo I-IV.

Lantas apa komentar Agus -begitu panggilan akrab Agus Budiyanto, pen- menyikapi rencana itu? Pria yang dikenal aktif dalam sejumlah kegiatan di komplek perumahan itu mengaku setuju dengan langkah besar itu.  

Bukan tanpa sebab, Agus memaknai salah satu esensi dari langkah besar ini, yaitu adanya arus perubahan pada bisnis kepelabuhanan dikaitkan dengan persaingan global.

" Ya, kita harus berubah, kalau tidak kita akan dilibas, karena persaingan global yang begitu ketat,  "katanya.

Lantas perubahan seperti apa yang ia maksud? Agus menjelaskan, dalam seumlah kesempatan dia mewanti-wanti rekannya untuk terus melakukan perubahan-perubahan kearah yang lebih baik.

Salah satunya, sambung dia, masalah sertifikasi. Lebih jauh Agus menjelaskan, untuk semua pekerjaan jika memang dituntut untuk memiliki sertifikasi dalam hal pekerjaan tertentu "Untuk operator forklift, ini misal, telah mengantongi sertifikat. Dan itu tuntutan. Ya, kita berusaha memenuhi standar internasional. Memang, masih ada yang belum itu pun dikarenakan di Dumai tidak ada, dan harus ke Jakarta. Tapi, perlahan tapi pasti kita menuju ke sana," terang Agus.

Agus pun melanjutkan, dirinya setuju bukan lantaran  institusi itu  dibawah binaan PT Pelindo I Cabang Dumai. Namun semata-mata output yang dihasilkan akan berdampak positif terhadap kemajuan sektor kepelabuhanan. "Seperti memudahkan koordinasi,  efisiensi, jasa logistik akan lebih kompetitif dan sebagainya, tentu kita dukung. Apalagi ini menyangkut periuk nasi kami," katanya.

   Memang, rencana pemerintah melakukan sinergi dan integrasi  terhadap  PT Pelindo I s/d PT Pelindo IV disambut positif segenap elemen masyarakat Kota Dumai jika itu bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah yang nantinya diharapkan bergeraknya sektor riil.

      Namun dibalik rencana itu ada juga yang kuatir terhadap persoalan nasib tenaga kerja (Naker). Kekuatiran yang tidak berlebihan, mengingat salah satu output rencana besar pemerintah itu yakni terciptanya efisiensi. Kata yang ada di benak sebagian masyarakat identik dengan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Yang terang rencana tersebut tidak menimbulkan PHK dikemukakan Pemerhati Sosial dan Kemasyarakatan Kota Dumai, Irmen Sani.

Aktivis yang juga mantan Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Kota Dumai ini berharap gebrakan yang dilakukan pemerintah dengan melakukan integrasi terhadap sejumlah perusahaan plat merah disektor pelabuhan tidak memakan korban seperti PHK, misalnya.

" Pada dasarnya kita mendukung rencana pemerintah yang terbilang strategis itu jika salah satunya  akan meningkatkan daya saing dan sebagainya. Sebab, kita memahami di era globalisasi seperti saat ini maka terjadi persaingan ketat antara satu Negara dengan Negara lainnya," kata Irmen Sani kepada penulis, Selasa .

Kendati begitu, Irmen Sani mewanti-wanti pemerintah untuk tidak mengambil langkah terbilang pahit bagi pekerja. Diantaranya PHK.


Foto: Pekerja memuat minyak kelapa sawit mentah atau CPO ke dalam kapal tanker di Pelabuhan Dumai, Dumai, Riau, 3 Februari 2021 f -Aswaddy Hamid-Antara

" Wajar jika ada yang kuatir. Sebab, jika kita berbicara efisiensi maka PHK biasanya menyertakan kata itu. Ya, kita berharap itu tidak terjadi. Apalagi di tengah pandemi seperti ini dimana kehidupan kian sulit, karena berpengaruh besar terhadap ekonomi masyarakat,"  ingatnya.

Memang, lanjut Irmen,  menurut Undang-undang (UU) No. 17 Tahun 2008 Tentang  Pelayaran, pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat berkegiatan pemerintah dan perusahaan.

Kendati begitu, ingat dia, pelabuhan memiliki fungsi sosial dan ekonomi. Secara ekonomi, pelabuhan berfungsi sebagai salah satu penggerak roda perekonomian karena menjadi fasilitas yang memudahkan distribusi hasil-hasil produksi termasuk transaksi jual beli dan lainnya.

" Dan ini terjadi sebelum negeri ini merdeka. Bahkan daerah pesisir yang identik dengan pelabuhan tidak hanya berfungsi sebatas ekonomi. Dari sana terbentuklah perkampungan dan selanjutnya berubah menjadi kota atau pusat peradaban baru," ingatnya.

Secara sosial, tambah dia, pelabuhan menjadi fasilitas publik tempat berlangsungnya interaksi antar pengguna (masyarakat) karena adanya aktivitas perekonomian. Alih-alih tak jarang terjadi transformasi nilai-nilai budaya, prilaku dan lainnya.  

" Sejak dulu fungsi pelabuhan sangat sentral terlebih menyangkut ekonomi, karena terjadi jual beli yang juga menyerap tenaga kerja  dan dampak multiplier efect lainnya, ini tidak saat terjadi di Dumai tapi begitu juga dengan pelabuhan di kawasan pesisir di tanah air," katanya. 

Lantas bagaimana dengan asa Irmen Sani dan sejumlah elemen masyarakat terkait kekuatiran adanya PHK menyusul mergernya empat PT Pelindo yakni I- IV.

Rasa-rasanya Irmen Sani dan elemen masyarakat lainnya Kota Dumai bisa bernapas lega. Sebab,   ketua Organization Committee (OC) Integrasi Pelindo Arif Suhartono memastikan penggabungan BUMN pelabuhan itu tidak ada rasionalisasi pekerja.

       Arif Suhartono mengatakan serikat pekerja dan manajemen Pelindo I - IV telah menandatangani kesepakatan terkait dengan  status dan kebijakan yang berlaku baik selama dan setelah integrasi  dilakukan.

Kesepakatan ini, tegasnya,  juga telah mendapat dukungan penuh dari seluruh karyawan dan Serikat Pekerja keempat Pelindo. Setidaknya ada enam poin penting yang telah disepakati oleh manajemen Pelindo dengan serikat karyawan.

" Ini [merger] memang menyangkut  kepentingan ekonomi logistik dan nasional tapi juga ada benefit kepada  korporasi. Kami sampaikan kepada pegawai tidak ada rasionalisasi atau PHK. Kedua terkait perubahan status masa kerja tidak mulai dari nol dan tak ada pengurangan," katanya, dirilis  Kamis.


Foto : dok Pelindo,  salah satu lokasi Pelabuhan Dumai dilihat dari udara 

       Berkaitan dengan status pekerja tersebut, Arif pun memperjelas status karyawan beralih menjadi pekerja di perusahaan penerima penggabungan dengan tetap memperhitungkan masa kerja dari masing-masing pekerja.

Poin ketiga, lanjutnya, tak ada pengurangan penghasilan dan kesejahteraan pegawai. "Memang saat ini ada gap penerimaan penghasilan antara Pelindo I - IV.Pada merger akan disamakan dan tidak ada perbedaan dan pengurangan. Tunjangan THR juga kan disamakan. Pada awal integrasi, skala manfaat mungkin belum bisa instan didapatkan tapi yang jelas sudah ada penaikan yaitu ada adjustment tunjangan kepada pegawai setelah integrasi," imbuhnya sebagaimana dilangsir bisnis.com.

Ada yang menarik statemen Ketua Organization Committee (OC) Integrasi Pelindo Arif Suhartono bahwa gap penerimaan penghasilan antara PT Pelindo I - IV, maka pada merger akan disamakan dan tidak ada perbedaan dan pengurangan termasuk  THR juga akan disamakan.

Menurut hemat penulis ini akan menciptakan kebersamaan yang positif. Paling tidak - mungkin- jika sebelum penggabungan terjadi ego sektoral maupun kecemburuan antar karyawan salah satunya dipicu perbedaan penghasilan notabene - dugaan penulis- menjadi pengganjal saat melakukan koordinasi antar perusahaan.

 Namun dengan adanya persamaan dalam hal  pendapatan maka yang ada yakni kebersamaan untuk meningkatkan laba perusahaan melalui pelayanan prima.  

Tingkatkan Kontribusi Pertumbuhan

       Adalah wajar jika sebagian publik di tanah air bertanya-tanya apa manfaatnya penggabungan PT Pelindo I - IV terlebih dikaitkan dengan kepentingan nasional.

       Jawaban atas pertanyaan itupun muncul  saat digelar acara sarasehan media massa bersama Pelindo yang digelar di Medan, Kamis (1/7/21) Arif Suhartono yang ditunjuk menjadi Ketua Organizing Committe (OC) Integrasi Pelindo menjelaskan bahwa  langkah ini dimaksudkan menciptakan sinergi BUMN Pelabuhan dengan  standarisasi operasional untuk meningkatkan efisiensi logistik nasional.

       Lebih jauh Arif Suhartono yang juga Direktur Utama (Dirut) PT  Pelindo II ini meyakini bahwa lankah Integrasi dan sinergi diyakini menjadi solusi untuk biaya logistik nasional yang masih tergolong tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara lain yakni sekitar 23 persen dari total Gross Domestic Product (GDP) Indonesia.

       " Hal itu disebabkan oleh operasi dan infrastruktur pelabuhan yang belum optimal," katanya.

 Dengan kondisi tersebut, lanjut Arif, pemerintah akan melakukan integrasi  Pelindo untuk meningkatkan konektivitas nasional dan standarisasi pelayanan pelabuhan, layanan logistik yang terintegrasi, serta  meningkatkan skala usaha dan penciptaan nilai BUMN Layanan pelabuhan  melalui keunggulan operasional serta komersial dan keuangan.


Foto:  Ekspor  sejumlah komoditas pertanian  menyambut hari kemerdekaan, Sabtu 14 Agustus 2021, f istimewa - riau.go.id

" Nantinya dengan integrasi ini akan ada pengelompokan atau klaster untuk  kegiatan bisnis sejenis, yang akan dibagi menjadi empat, yaitu: peti kemas, non peti kemas, logistik, serta marine and equipment. Dengan adanya klaster bisnis ini diharapkan nantinya untuk setiap kegiatan ini memiliki layanan dan performansi yang sama sehingga mampu mengelola asset lebih efisien dan menurunkan biaya logistik," jelas Arif

Lantas ada pertanyaan menarik mengemuka mengapa dipilih skema integrasi ketimbang holding, misalnya?

Arif pun menjelaskan, beberapa alasan skema integrasi dipilih dibanding dengan holding seperti BUMN-BUMN lainnya. Mulai dari potensi penciptaan nilai yang efisien dan terkoordinasi secara sistematis, fokus kompetensi yang dimiliki saat ini, tingkat disrupsi yang tidak terlalu tinggi karena  terdapat penyesuaian sinergi secara bertahap dari business as usual, cost  of fund dapat dioptimalkan.

" Dengan sebagai entitas yang lebih besar dan  kuat, entitas penerima penggabungan (surviving entity) bisa mengelola  aset lebih baik dan efisien, serta penggabungan ini bisa segera  diwujudkan karena bisnis yang dimiliki serupa," jelasnya.

Tak sampai disitu manfaat intergrasi perusahaan plat merah itu,  tambah Arif, ke depannya juga diharapkan dapat mendukung pengembangan industri di Kawasan sekitar pelabuhan, hingga lebih jauh mendorong  peningkatan konektivitas hinterland (daerah atau tempat produksi yang terletak di sekitar pelabuhan), volume ekspor impor, dan trafik pelabuhan.

Penggabungan ini, tambah dia, akan meningkatkan posisi Pelindo terintegrasi menjadi operator terminal peti kemas terbesar nomor 8 dunia dengan target throughput peti kemas sebesar 16,7 juta TEUs.

"Melalui efek multiplier ekonomi, integrasi ini akan menumbuhkembangkan distribusi barang dan jasa antar wilayah, yang pada gilirannya disebabkan  oleh indeksi kepuasan pelanggan yang makin tinggi, akan menciptakan investasi-investasi baru. Seiring itu, tenaga kerja bakal terserap lebih banyak, " ujarnya.

Di lain sisi, lanjut Arif, standarisasi produktivitas dan kapabilitas SDM juga ditingkatkan notabene integrasi ini akan meningkatkan kontribusi Pelindo bagi pertumbuhan ekonomi nasional.

Sementara itu Direktur Utama (Dirut) PT Pelindo I, Prasetyo menambahkan, penggabungan ini akan memberikan potensi yang besar terlebih bakal  lahirnya kreativitas baru.

" Dengan adanya integrasi ini akan lebih banyak penciptaan kreativitas  atau bisnis baru akan semakin besar potensinya. Dan nantinya di line bisnis akan menjadi satu misalnya di bisnis sektor peti kemas, standarisasi menjadi satu, sehingga pelayanan akan menjadi standar baik di Belawan maupun di Makassar", tambah Prasetyo.


Foto : aktifitas bongkar di Dermaga D Pelindo Dumai. F/riauone

Menariknya Prasetyo menjelaskan belum masksimalnya penguasaan  Selat Malaka sebagai jalur tersibuk perdagangan  dunia selama ini dikuasai negara tetangga. Padahal dengan letak geografis  yang dekat dari Pulau Sumatera.

" Ada 100 ribu kapal lebih di Selat Malaka setiap tahunnya. Penguasaan kita kurang dari dua persen. Sementara Singapura 60 persen dan Malaysia 38 persen. Dengan integrasi, itu  memungkinkan kita bisa lebih meningkatkan pelayanan hingga 10 sampai 15 persen dan seterusnya secara bertahap," bebernya.

Dengan adanya integrasi PT Pelindo I-IV sejumlah kalangan optimis bahwa penguasaan perusahaan plat merah itu terhadap kapal yang melintas di Selat Melaka sekitar dua persen perlahan tapi pasti akan meningkat.

Prediksi mereka tanpa bukan alasan karena hasil penggabungan itu antara lain,  standarisasi operasional untuk meningkatkan efisiensi logistik nasional yang muara akhirnya menekan biaya logistik nasional notabene kopetitif bersaing dengan dua Negara jiran Indonesia, Singapura dan Malaysia.

Dengan merger itu infrastruktur pelabuhan yang belum optimal menjadi optimal karena terciptanya konektivitas dan koordinasi yang baik tanpa perlu melalui birokrasi lantaran PT Pelindo I-IV menjadi satu atap.

Lantas bagaimana PT Pelindo I Cabang Dumai menyikapi perubahan-perubahan itu? Seperti diuraikan di atas salah satu hasil merger itu yakni terciptanya efisien dan terkoordinasi secara sistematis, fokus kompetensi. Karena bisnis yang dimiliki PT Pelindo I-IV  serupa.

Untuk PT Pelindo I Cabang Dumai, manajemen perusahaan itu akan terus memperluas pasar marine services yang selama ini menjadi bisnis unggulan, guna menggenjot kinerja perseroan.

 Hal ini dikemukakan General Manager PT Pelindo I Cabang Dumai, Jonedi Ramli menyatakan bahwa selama kurun waktu semester I / 2020, perusahaan mencatatkan trafik  kunjungan kapal sebanyak 1.796 call atau 15.753.386 Gross Tonnage (GT), untuk di pelabuhan umum dan terminal khusus (Tersus) serta Terminal untuk Kepentingan Sendiri (TUKS).

"Pendapatan usaha Pelabuhan Dumai sampai dengan semester I tahun ini sebesar Rp271,74 miliar, dengan salah satu bisnis unggulannya yakni marine services, baik di pelabuhan umum maupun di Tersus/TUKS seperti: Kawasan Industri Dumai (KID), Lubuk Gaung, dan Pertamina," ujarnya melalui siaran pers, Rabu .

Sejumlah peluang bisnis baru yang bisa dioptimalkan  sebelum integrasi dilakukan ,lanjut dia, seperti pemanfaatan aset-aset yang dimiliki PT Pelindo I untuk area depo peti kemas dan container storage, pengoperasian jembatan Sungai Dumai dengan melakukan kerja sama dengan BUMD, pengoperasian terminal peti kemas internasional dan depo.

 " Serta pemanfaatan reception facilities yang akan bekerja sama dengan perusahaan pengelola limbah untuk penanganan limbah dari kapal yang berkunjung ke Pelabuhan Dumai dan limbah yang dihasilkan Pelabuhan Dumai," jelas Jonedi.

 Tak bisa dipungkuri Pelabuhan Dumai menjadi salah satu pelabuhan yang memiliki terminal curah cair terbesar di Indonesia dengan throughput CPO tertinggi di Indonesia, yang memiliki  tiga dermaga yakni Dermaga A sepanjang 348 meter untuk general cargo dan  20 meter untuk pelabuhan penumpang.

Sedangkan dermaga B sepanjang 800 meter untuk terminal curah cair, serta Dermaga C sepanjang 700 meter untuk kapal  kontainer dan komoditi curah kering.

Sementara komoditas dominan untuk curah cair di Pelabuhan Dumai yaitu Crude Palm Oil (CPO) yang diekspor ke India, China, dan Eropa. Sedangkan untuk curah kering yaitu Palm Kernel Ekspeller (PKE) dan Palm Kernel Shell (PKS) yang banyak diekspor ke Asia Timur dan Eropa.

Lalu seberapa jauh respon positif dari stakeholder sektor pelabuhan menyikapi langkah besar merger itu? Salah satunya datang dari Ketua DPC Indonesian National Shipowners' Association (INSA) Kota Dumai, Herman Buhari.

Kepada penulis, Rabu, Herman Buhari mengatakan INSA sangat  mendukung rencana Pelindo I, II, III dan IV itu untuk bergabung guna menstandarkan dan menyederhanakan pelayanan di pelabuhan.

" INSA men-support penuh rencana PT Pelindo itu yang membuat standar pelayanan di tujuh pelabuhan di Indonesia salah satunya Pelabuhan Dumai ," ujarnya.

Menurut dia, langkah tersebut merupakan sinergi dan kolaborasi antar BUMN untuk membuat standar dan menyederhanakan pelayanan agar menurunkan biaya logistik nasional. Karena tidak dipisah-pisahkan lagi.

INSA selaku mitra kepelabuhanan menilai integrasi itu diharapkan dapat memberikan pelayanan yang berstandar sama, seperti  standar minimum kedalamaan alur dan kolam pelabuhan, standar  produktivitas, standar kekuatan tenaga kapal tunda sesuai kebutuhan disyaratkan, dan standar lainnya.

Dengan demikian terjadi efisiensi yang diyakini dapat menekan biaya operasional dalam mata rantai logistik nasional.

 Seperti diketahui banyak fungsi pelabuhan diantaranya  handling bongkar muat (peti kemas, curah cair, curah kering, general cargo, RoRo), embarkasi dan debarkasi penumpang.  Termasuk fungsi   bunkering (mengisi perbekalan seperti air kapal, BBM) sertareception, alat, lahan industri. 

Selain strategisnya fungsi pelabuhan notabene menjadi salah satu meningkatkan pendapatan Negara. Tidaklah mengherankan banyak Negara yang mengandalkan sektor pelabuhan sebagai penopang ekonomi mereka di tengah minimnya Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki.

Contoh kongkritnya adalah Singapura, bagaimana jiran Indonesia itu menjadikan jasa pelabuhan sebagai pendapatan devisa utama Negara.

Hal yang sama juga bisa dilakukan Indonesia melalui sejumlah regulasi yang muara akhirnya efisiensi dan meningkatkan daya saing melalui jasa kepalabuhanan yang kompetitif dengan standarisasi memenuhi persyaratan yang dituntut dunia internasional .

 Dengan kata lain bukanlah mimpi jika suatu saat Indonesia menguasai jalur Selat Malaka yang saat ini dikuasai Singapura (60 persen) dan Malaysia (38 persen). Sebab integrasi bertujuan untuk mengembangkan konektivitas maritim, standardisasi pelayanan pelabuhan serta akan berdampak pada peningkatan kinerja dan efisiensi bagi BUMN pelabuhan.

Motor Penggerak

Seperti diketahui nilai ekspor minyak kelapa sawit mentah dan produk turunannya melalui Pelabuhan Dumai sepanjang tahun 2020 yaitu sebanyak 14,680 juta ton dengan nilai transaksi perdagangan sebesar 8,203 miliar dolar AS atau naik 14,5 persen (YoY) dibanding tahun 2019 sebesar 7,167 miliar dolar AS dengan nilai ekspor sebanyak 15 juta ton.  Jelas ini menambah pundi-pundi devisa Negara. Lantas apa peranan pelabuhan Dumai bagi Riau terlebih Dumai?

Terkait pertanyaan ini, Komisaris Utama PT Pelindo I Achmad Djamaludin menyebutkan bahwa peran Pelabuhan Dumai sebagai motor penggerak ekonomi bumi lancang kuning.


Foto: tug boat milik PT Pelindo Dumai salah satu nya berfungsi untuk memaksimalkan jasa pandu dan labuh untuk kapal yang masuk ke pelabuhan dumai. F/riauone

" Pelabuhan Dumai dan Pelabuhan Perawang, Pekanbaru merupakan salah satu urat nadi perekonomian Provinsi Riau, dan kinerjanya sejauh ini dapat bertahan meskipun di tengah pandemi Covid-19,"  jelas Achmad Djamaludin dalam rilisnya.

       Ya, salah satu pelabuhan utama di Provinsi Riau adalah Pelabuhan Dumai. Pendapatan usaha Pelabuhan Dumai sampai dengan Juli tahun ini 2020 sebesar Rp 324,16 miliar, dengan salah satu bisnis unggulan di Pelabuhan Dumai yakni marine services baik di pelabuhan umum maupun di tersus/TUKS.

Diantaranya Kawasan Industri Dumai (KID), Lubuk Gaung, dan Pertamina. Selain marine services, layanan unggulan di Pelabuhan Dumai yaitu layanan bongkar muat curah cair dan curah kering.

Pelabuhan ini juga merupakan salah satu pelabuhan dengan terminal curah cair terbesar di Indonesia. Di tengah pandemi Covid-19 Dumai tetap menjadi pelabuhan umum yang tertinggi dalam pengapalan CPO dan turunannya di Indonesia yaitu rata-rata 400.000 ton tiap bulannya. Dengan sejumlah keunggulan yang dimilikinya notabene berimbas terhadap pergerakan ekonomi di 12 kabupaten/kota lainnya di provinsi itu.

              Masih kata dia aktivitas ekonomi pelabuhan memiliki peran vital bagi perekonomian Provinsi Riau dan sistem logistik nasional Indonesia, salah satunya melalui pelabuhan utama  salah satunya di  Dumai.

       Tak hanya CPO dan turunannya, namun Kota Dumai memegang peranan penting dalam rantai pendistribusian hasil produksi minyak mentah dari lapangan-lapangan Migas di Provinsi Riau.

Wilayah yang didiami berbilang suku ini  memiliki pelabuhan di mana kapal-kapal tanker merapat untuk membawa dan mendistribusikan minyak mentah baik ke dalam negeri maupun tujuan ekspor ke belahan dunia lain. Aktivitas ekspor CPO dan komoditas lainnya plus Migas menjadi motor penggerak bumi lancang kuning.

Menurut hemat penulis ini tidaklah berlebihan, mengingat bergabungnya  Batam ke Provinsi Kepulauan Riau (hasil dari pemekaran Provinsi Riau tahun 2002, pen) maka peran pulau yang digagas mantan Presiden (alm) BJ Habibi melalui Otorita Batamnya diambil alih oleh Dumai yang terletak di wilayah bagian utara Provinsi Riau.

       Letaknya di pantai timur pulau Sumatera terasa pas dengan prediksi Proklamator RI, Muhammad Hatta, yang menyebutkan bahwa pantai timur pulau Andalas adalah masa depan Indonesia, mengingat berhadapan langsung dengan Selat Malaka.

              Salah satu bukti bahwa Pelabuhan Dumai sebagai motor penggerak ekonomi Riau adalah acara pelepasan ekspor dari 17 pintu pengeluaran ekspor di Indonesia, Sabtu (14/8),  salah satunya Pelabuhan Dumai untuk Provinsi Riau. 

        Hari itu Presiden RI Joko Widodo melepas Merdeka Ekspor komoditi pertanian senilai 7.193 triliun rupiah. Pelepasan ekspor dilaksanakan serentak secara virtual melalui 17 pintu ekspor di Indonesia. 

" Hari ini kita akan lakukan ekspor komoditas pertanian secara serentak dari 17 pintu ekspor, melalui bandar udara dan pelabuhan laut di berbagai daerah di Indonesia sebagai momentum penguatan ekspor komoditas pertanian Indonesia dan menandai kebangkitan ekonomi nasional di tengah pandemi," kata Kepala Negar Joko Widodo, Kepala Negara hadir dari Istana dari Istana Kepresidenan Bogor, Provinsi Jawa Barat secara virtual, Sabtu (14/8/21)

Untuk Riau ini terbilang penting, mengingat dari Pelabuhan Dumai memiliki nilai ekspor produk pertanian terbesar kedua di Indonesia yaitu  Rp1,052 triliun rupiah.

" Riau mendukung program ini dan siap melakukan ekspor hasil pertanian ke luar negeri," tegas Gubri diacara bertajuk "Merdeka Ekspor" yang dipusatkan di pelabuhan PT Pelindo I Cabang Dumai

Sebelumnya Walikota Dumai H Paisal SKM mengaku menyambut baik program tersebut. Bukan tak beralasan, sebab kata orang nomor satu  Kota Dumai memang memiliki potensial hasil pertanian yang dapat diekspor ke manca negara.

" Kita memiliki 20 andalan produk, ternyata Dumai pengekspor terbesar se Riau dengan nilai Rp1 triliun lebih. Kita memiliki potensi padi, keladi dan jagung yang sangat menjanjikan," jelas Paisal

       Kedua pejabat ini sepakat bahwa kegiatan ekspor terlebih produk pertanian akan berdampak terhadap mebaiknya Nilai Tukar Petani (NTP). Oleh karena itu, peran kepelabuhan sangat penting bagi Riau sebagai motor penggerak ekonomi.

       Menyangkut membaiknya NTP melalui kegiatan ekspor, Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Kota Dumai, Angga Andika Putra, mengatakan bahwa naiknya indeks NTP berdampak terhadap sejumlah variabel. Diantaranya meningkatnya daya beli, termasuk konsumtif dan lainnya dikalangan petani.

" Ketika daya beli petani dan masyarakat meningkat otomatis ekonomi bergerak, karena ada perputaran uang untuk melakukan jual beli," kata Angga kepada penulis, Rabu.

Dengan jumlah petani terbilang banyak di Riau apakah yang bergerak di sektor pertanian dan perkebunan  maka membaiknya NTP menjadi salah satu indikasi meningkatnya kesejahteraan masyarakat terlebih yang bergerak dikedua sektor itu.

" Memang, peran dan fungsi kepelabuhan  seolah-olah tidak terlihat. Akan tetapi dengan adanya ekspor maupun pintu masuk untuk membawa hasil produk ke manca Negara bisa dirasakan adanya perbaikan incame bagi petani," terangnya.

Terkait integritas dan konekvisitas PT Pelabuhan I-IV, Angga mengingatkan bahwa seyogianya elemen masyarakat memanfaatkan momen itu untuk meningkatkan pendapatan.

" Tak hanya sektor pertanian, tapi perikanan, perkebunan dan lainnya mengoptimalkan usaha mereka dengan orientasi ekspor. Salah satu hasil dari integrasi itu yakni kepuasan konsumen, biaya logistik yang kompetitif dan lainnya yang menguntungkan," terangnya.

Masih kata dia, disisi lain dengan ekspor memiliki nilai lebih. Diantaranya, perbedaan kurs rupiah ke mata uang asing seperti dollar AS, Singapura mapupun mata uang utama dunia lainnya

Lantas bagaimana pendapat Walikota Dumai Paisal terkait rencana integrasi dan konekvisitas PT Pelabuhan I-IV bergabung menjadi satu atau merger? Orang nomor satu Dumai menyambut baik langkah besar perusahaan plat merah itu.

" Kita mendukung rencana itu. Apalagi pelabuhan menjadi pintu keluar atau ekspor hasil pertanian Kota Dumai dan sejumlah daerah di Riau termasuk  hasil dari sektor Migas," terang Paisal kepada penulis, Kamis.

Lebih jauh mantan Kadinkes Kota Dumai menjelaskan bahwa sektor kepelabuhanan memegang peran penting dalam tumbuh kembang wilayah yang berjarak sekitar 200 kilometer arah utara Pekanbaru itu.

" Apakah itu pelabuhan yang dikelola PT Pelabuhan I Cabang Dumai, BUMD dan pelabuhan rakyat (Pelra) semuanya memberikan multiplier effect  bagi daerah," tambahnya.

         Paisal   mengatakan letak geografi  Dumai terbilang strategis, yakni berada di jalur pelayaran paling sibuk di dunia notabene  wilayah itu memiliki potensi pertumbuhan ekonomi dari bidang kelautan plus potensi mendukung program kemaritiman yang digagas Presiden Joko Widodo (Jokowi), yakni poros maritim .

       Catatan penulis sektor jasa dan kepelabuhanan terbilang urgen bagi wilayah yang dihuni lebih 300 ribu itu. Bahkan dalam setiap suksesi atau Pilkada setiap kandidat memasukan sektor jasa dan kepelabuhan dalam visi dan misi mereka .

Sinergisitas Jalan Tol dan Kepelabuhan

Seperti   diketahui Ketua Organizing Committe Integrasi PT Pelindo I-IV Arif Suhartono Arif menjelaskan, salah satu alasan skema integrasi ke depan diharapkan dapat mendukung pengembangan industri di kawasan sekitar pelabuhan, hingga lebih jauh mendorong  peningkatan konektivitas hinterland (daerah atau tempat produksi yang terletak di sekitar pelabuhan) termasuk daerah yang jauh dari pelabuhan namun memiliki potensi besar dengan komoditas ekspor  , volume ekspor impor, dan trafik pelabuhan.

Masih kata dia, melalui efek multiplier ekonomi, integrasi ini akan menumbuhkembangkan distribusi barang dan jasa antar wilayah, yang pada gilirannya disebabkan  oleh indeksi kepuasan pelanggan yang makin tinggi, akan menciptakan investasi-investasi baru. Seiring itu, tenaga kerja bakal terserap lebih banyak.

       Asa yang dikemukan Arif menyusul penggabungan PT Pelindo I-IV menurut hemat penulis tidak berlebihan. Sebaliknya bisa direalisasikan. Paling tidak, dengan beroperasi Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) seksi Pekanbaru-Dumai (Permai) sepanjang 130 kilometer yang diperkirakan merubah wajah Dumai terlebih sektor ekonomi pada investasi dan kepelabuhanan.

       Dibalik minimnya Sumber Daya Alam (SDA) Kota Dumai dibanding 11 kabupaten/kota di Provinsi Riau ternyata alam memberikan berkah tersendiri bagi wilayah yang dihuni lebih 300 ribu jiwa itu. Paling tidak, daerah  tersebut memiliki pelabuhan yang bisa disinggahi kapal setiap tahun tanpa dilakukan pengerukan.

Tak sampai disitu, bibir pantai yang berhadapan lansung dengan jalur internasional terpadat kedua setelah Terusan Suez,  Selat Malaka, menjadi adventive comperative tersendiri bagi wilayah ini.

Itu pula yang mendorong pengamat ekonomi Kota Dumai, Annora Arsan SE, optimis bahwa kolabarasi dan   integrasi yang dilakukan Kemeneg BUMN terhadap  PT Pelindo I s/d  IV disekor kepelabuhanan dengan JTTS sepanjang 2.700 kilometer  disektor darat akan berdampak luar biasa bagi Provinsi Riau terlebih Kota Dumai plus provinsi tetangga seperti Sumatera Utara (Sumut), Sumatera Barat (Sumbar) dan Jambi.

Lebih jauh eksekutif muda itu mengatakan, jalur transportasi darat berstandar dunia seperti jalan tol membuat pergerakan manusia dan barang terjadi dalam waktu yang pendek.

 Fenomena ini, lanjut dia,  merupakan  apa yang dikenal dengan istilah infrastructurenomics yakni  luput dari pengamatan atau penglihatan banyak orang, tapi berpengaruh besar terhadap perekonomian satu kawasan termasuk sektor pelabuhan dan turunannya.

Tidak sampai disitu, sambung penyandang Dan II Kempo itu,  dengan sudah terbentuknya segitiga pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Thailand (IMT)  Growth Triangle (IMT-GT) sebagai upaya awal liberalisasi dan integrasi ekonomi di ASEAN. Ini membuat ekonomi kian menggeliat. Karena memudahkan lintas manusia, modal dan barang. Dan ini lagi-lagi tidak dipisahkan dari peran dan fungsi kepelabuhan.

Seperti diketahui IMT-GT menyediakan kerangka sub-regional untuk mengakselerasi kerjasama dan integrasi ekonomi di 32 negara bagian dan provinsi (10 provinsi di Indonesia meliputi Pulau Sumatera bergabung dalam kerjasama regional ini, pen, yang merupakan rumah bagi lebih dari 54 juta orang pada tiga negara itu).

Masih kata dia,  perpaduan infrastruktur di darat dan sektor kepelabuhan  di laut  mengakselerasi pembangunan ekonomi Sumatera.

" Dengan beroperasinya Jalan Tol Permai dan langkah strategis pemerintah melakukan merger terhadap PT Pelindo I s/d IV disektor pelabuhan akan menjadi kombinasi luar biasa bagi ekonomi regional meliputi nasional terlebih Sumatera khususnya Riau," pungkasnya.

    Sinergisitas itu, sambung Annora, akan berdampak kian positif kearah peningkatan ekonomi ketika JTTS ruas Pekanbaru-Rengat sepanjang 206,7 kilometer dan ruas Rengat-Jambi sepanjang 81,5 kilometer beroperasi.

" Wilayah yang dilalui dua ruas tol ini dikenal sebagai penghasil komoditas sawit, bubur kertas (pulp), dan perkebunan tanaman keras seperti karet dan sebagainya. Jelas mereka membutuhkan pelabuhan untuk  membawa hasil itu, apakah untuk ekspor maupun ke wilayah lainnya di tanah air," terangnya.

Lebih jauh Annora menjelaskan keberadaan pelabuhan Dumai kian strategis mengingat rencana pembangunan kawasan industri baru berbasis Cruide Palm Oil (CPO) dan turunannya seperti oleokimia di sisi kiri dan kanan jalan tol.

Lantas mengapa kawasan industri baru itu idealnya CPO dan turunannya? Annora menjelaskan karena sektor perkebunan sawit menjadi gantungan hidup mayoritas masyarakat Riau.

"Ya, mulai dari PKS, pabrik pengelolahan hingga sampai turunannya yakni oleochemical terintregritas disatu tempat atau lokasi," katanya.

Dengan dibangunnya  kawasan industri baru notabene memudahkan akses untuk menuju ke pelabuhan Kota Dumai melalui jalan tol.

" Seperti di Pulau Jawa, sisi kiri dan kanan jalan tol biasanya akan berdiri sejumlah kawasan industri baru juga terjadi di Tol Permai. Ini memungkinkan karena dengan dekat akses jalan tol memudahkan mereka mambawa hasil produksi, dan selanjutnya menuju ke pelabuhan untuk dibawa ke mancanegara maupun wilayah lainnya di tanah air," terangnya.

       Berkah dari sinegisitas jalan Tol Permai dan kepelabuhan juga dikemukakan Ketua  Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Provinsi Riau, Wijatmoko Rahtrisno

Dia  menyebut Tol Permai memicu produktivitas usaha sawit serta efisiensi bagi industri minyak sawit (CPO) ini terlihat pada beban biaya transportasi. 

" Sebagian besar minyak sawit di Riau itu ditampung di pelabuhan Dumai. Sejumlah perusahaan besar juga punya pelabuhan di sana. Nah, tol itu sendiri akan membantu kelancaran mengirim muatan," ungkapnya melalui sambungan seluler, Ahad, dilansir gatra.com. 

Wijatmoko menaksir tol Permai  dapat mengurangi ongkos Rp1000 per kilogram minyak sawit menuju Pelabuhan Dumai.

Dibagian lain Annora Arsan mengemukakan bahwa sinergisitas jalan tol dan pelabuhan membuat Dumai paling diminati investor di Provinsi Riau.

Ya, hasil sinergisitas jalan tol dan  pelabuhan ditenggarai menjadi salah satu penyebab dimininatinya Dumai oleh investor dikemukakan Plt Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Dumai, Yusmanidar.

Pejabat ini mengatakan realisasi investasi di Kota Dumai selama tahun 2020 melebihi target yang sudah ditentukan yakni sebesar Rp12.961.297.980.000 meskipun dalam kondisi pandemi.

Seperti triwulan kedua dan ketiga  tahun 2020 lalu, nilai investasi Kota Dumai paling tertinggi di Provinsi Riau. Dengan nilai sumbangsih mencapai 26,11 persen dari pencapaian realisasi investasi Provinsi Riau sebesar Rp49,64 triliun.

       Adapun hasil realisasi investasi sebesar Rp12,9 triliun lebih itu dengan rincian penanaman modal dalam negeri (PMDN) Kota Dumai mencapai Rp7,1 triliun. Untuk penanaman modal asing (PMA) mencapai Rp5,8 triliun.

Angka-angka ini diungkapkan Yusmanidar usai rapat realisasi investasi triwulan ke IV di kantor DPMPTSP Provinsi Riau, Kota Pekanbaru, Jumat.

       "Perkembangan realisasi investasi di Kota Dumai terus berkembang meskipun di situasi pandemi saat ini. Terbukti pada hasil realisasi investasi tahun 2019, Kota Dumai hanya mencapai Rp5,9 triliun saja, sedangkan tahun 2020 melonjak signifikan sampai Rp12,9 triliun," terannya kepada awak media, Selasa.

       Dapat disimpulkan bahwa keberadaan jalan tol sangat dibutuhkan industri berbasis CPO dan turunannya plus  industri manufaktur lainnya dalam kerangka menekan biaya transportasi, kecepatan dan sebagainya. Disisi lain,  mereka sangat membutuhkan pelabuhan untuk mengakut hasil produksi. Artinya ketiga komponen ini, industri, transportasi darat dan laut memiliki korelasi atau bersimbiosis mutualisma.

Sektor Riil Bergerak   

       Pagi yang hangat dibiarkan saja oleh Kamihur nenek 14 cucu. Perempuan ini sedang beres-beres di Rumah Makan (RM) Lembah Gumanti milik anaknya, Aldinari alias Ajo yang berlokasi di Jalan Sei Rokan, tepatnya di sisi depan kawasan Pelabuhan Dumai, Jalan Datuk Laksanamana, Senin.

       Bagi Kamihur keberadaan pelabuhan berikut pernak-perniknya menjadi berkah tersendiri. Adanya aktivitas di wilayah pertanda bahwa rupiah demi rupiah masih bisa diraup.

       Kamihur pun menjelaskan saat aktivitas pelabuhan ramai, misalnya, maka dia bisa memasak nasi tiga kali dalam sehari. Bahkan terkadang ada yang pesan hingga 100 bungkus itu belum termasuk makan ditempat.

       "Ya, keberadaan rumah makan kami ini tidak bisa dipisahkan dari pelabuhan,semakin ramai ya akan membawa peruntungan," katanya.

Sayang, tak jauh dengan kondisi wilayah lainnya di tanah air  bahkan dunia seiring pandemi Covid-19 ekonomi lesuh dan daya beli rendah, alih-alih  pendapatan pun menurun. Apalagi di Kota Dumai diberlakukan    Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mulai tanggal 2 Agustus 2021 dan deperpanjang hingga 23 Agustus 2021 menyusul status level 4 wilayah itu.

    "Ya, saya berharap pandemi  Covid-19 berlalu biar pelabuhan bisa seperti dulu lagi," harapnya.

Berkah pelabuhan juga dirasakan Benny yang sehari-hari berprofesi  sebagai pengojek. Menariknya, dia memiliki sejumlah pelanggan mulai dari  Anak Buah Kapal (ABK) maupun warga lainnya yang pulang dari sejumlah wilayah lainnya di Provinsi Riau mau pun Provinsi Kepualuan  Riau atau Kepri.

"Biasanya sebelum sampai di pelabuhan (di atas kapal, pen)   mereka sudah mengasih tahu. Ya, saya tinggal jemput di pelabuhan," katanya.

Dari proesi ini, tak jarang dia membawa uang antara Rp100 ribu hingga Rp150 ribu. Sayang semenjak pandemi Covid-19 mendera tanah air termasuk Dumai pendapatan Benny pun berkurang. Ini karena pembatasan keberangkatan kapal menuju wilayah lain serta banyak warga lebih memilih tinggal di rumah. " Ya, pendapatan kita berkurang," ujarnya kepada penulis Sabtu. 

    Tak hanya Kamihur  dan  Benny berharap banyak dengan pelabuhan,  J Silaban (38), misalnya, salah seorang pedagang sayur-mayur di Pasar Pagi Bundaran, Kelurahan Bukit Batrem, Kecamatan Dumai Timur, Kota Dumai, Provinsi Riau ini pun mengakui bahwa peran pelabuhan mempengaruhi volume jual beli di lapaknya.

       Ayah satu putri ini menjelaskan, tidak jarang para agen kapal membeli sejumlah sayur-mayur yang dia jual untuk lauk-pauk kru kapal saat mengarungi lautan sebelum singgah di pelabuhan berikutnya.

"Biasanya mereka berbelanja pakai mobil mini bus. Dan membeli dalam jumlah banyak untuk stok di kapal," terangnya.

 Namun dimasa pandemi Covid-19 aktivitas para agen berbelanja di lapaknya  berkurang  dibanding sebelum virus yang kali pertama menjangkiti Wuhan, Tiongkok ini sampai di tanah air awal tahun 2020 lalu.

 "Ya, dimasa  pandemi seperti ini semuanya terkena imbas," ungkapnya.

Namun Silaban bisa menarik napas lega, Disisi lain, kedatangan para agen mendatangi lapaknya berkurang. Namun disisi lain membaiknya harga Cruide Palm Oil (CPO) menjadi berkah tersendiri. Apalagi setakat ini harga Tandan Buah Segar (TBS) di Riau  sedang membaik yakni kisaran Rp2000 s/d 2500 tergantung lokasi kebun. Kian dekat dengan jalan dipastikan  harga sawit kian bernilai atau mahal.  

       Masih kata dia, rendahnya harga sawit ternyata tidak saja berdampak terhadap pendapatan dan kesejahteraan petani. Namun berimbas ke sektor lainnya. 

Silaban mengaku bahwa anjloknya harga sawit yang terjadi beberapa waktu lalu  membuat jual-beli di lapaknya sepi.

"Ini sangat terasa. Kalau harga sawit bagus, para petani sering ke pasar. Selain membeli banyak, mereka juga tidak pakai menawar lagi main timbang. Ya, ketika harga baik uang mereka tidak berseri (istilah Silaban untuk kata banyak uang, pen)," terang Silaban saat berbincang-bincang ringan dengan penulis Rabu.

Ya, dari penuturan Kamihur, Benny dan Silaban dapat disimpulkan bahwa ada korelasi tiga instrumen dalam sebuah mata rantai yang saling keterkaitan, sebut saja   industri hilir kelapa sawit mulai dari petani hingga pengumpul serta industri hulu meliputi pabrik berikut pekerjanya plus sektor kepelabuhanan .

   Menyinggung korelasi ini pemerhati ekonomi Kota Dumai Arif Azmi SE  menjelaskan bahwa   korelasi dari aktivitas industri  CPO dan kepelabuhan pada dasarnya menggerakan sektor riil.

       " Sektor riil salah satu definisinya  adalah sektor ekonomi yang ditumpukan pada sektor manufaktur dan jasa juga menggambarkan kondisi perekonomian  dipandang  dari sisi permintaan dan penawaran barang serta jasa. Oleh karena itu sektor riil bisa disebut  juga dengan istilah pasar barang. Ya, contohnya warung, rumah makan, jasa transportasi serta lain-lainnya," papar  Arif kepada penulis Rabu.

Artinya, sambung cendikiawan muda ini, sektor itu akan bergerak jika ada pemasukan atau uang dan seterusnya beredar di tengah  masyarakat.  

Lantas darimana uang itu datang? Arif menjelaskan bahwa uang itu berasal dari para pekerja di pelabuhan termasuk jasa angkutan seperti supir tangki, agen kapal, dan lainnya. Selanjutnya, sambung dia, mereka membelanjakan uang tersebut untuk keperluan konsumtif plus kebutuhan sekunder dan tersier.

Namun bergeraknya sektor riil, lanjut alumni salah satu perguruan tinggi terkemuka di Pekanbaru ini, adanya korelasi antara industri hilir dan hulu pada industri CPO yang dominan di Provinsi Riau dengan sektor kepelabuhanan.

" Dengan membaiknya harga Tandan Buah Segar (TBS) daya beli petani dan turunannya meningkat belum lagi ribuan pekerja  yang menerima gaji setiap bulannya juga menjadi pemacu bergeraknya sektor riil. Dan perlu dicatat mata rantai itu berakhir di pelabuhan melalui kegiatan ekspor ke manca Negara atau dibawa ke daerah lainnya di tanah air," terangnya.

Sebagai hasil produk pertanian, lanjut Arif, maka kelapa sawit dengan industri CPO dan turunannya  relatif stabil dibanding bisnis lainnya  di tengah  pandemi.

" Relatif stabilnya produk pertanian membuat pabrik CPO terus berproduksi dan muara akhirnya pelabuhan sebagai bagian elemen distribusi dan transportasi tetap menggeliat, meski pandemi," ujarnya.

Dibagian lain, Arif menilai, banyaknya pelabuhan di Indonesia yang bisa disinggahi sepanjang tahun dibawah pengelolahan PT Pelindo I-IV menjadi berkah sendiri bagi Indonesia.

Disisi lain, sabung dia, sektor pelabuhan tidak jauh berbeda dengan sektor pariwisata.  "Selama pariwisata itu jalan, selama itupula ada pemasukan atau perputaran uang. Begitu juga dengan sektor pelabuhan. Beda dengan Migas, ketika cadangan minyak bumi habis maka kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi," ingatnya.

Oleh karena itu, imbuh Arif, sudah saatnya publik mendukung penuh integrasi terhadap PT Pelindo I-IV karena ini menyangkut hajat orang banyak.

" Ya, kita dukung penuh integrasi itu salah satunya memberi kenyamanan dalam segala hal. Sebab, salah satu syarat agar bisnis maju dan berkembang  yakni  rasa nyaman dan aman bagi pelaku dunia usaha," ingatnya.

Pacu Pertumbuhan

Sejumlah kalangan berpendapat bahwa bergeraknya sektor riil berbanding lurus dengan pertumbuhan. Ya, pertumbuhan ekonomi adalah sebuah proses dari perubahan kondisi perekonomian yang terjadi di suatu wilayah atau negara secara berkesinambungan untuk menuju keadaan yang dinilai lebih baik selama jangka waktu tertentu.  

Boleh dikatakan kegiatan ekonomi sektor riil sangat penting, karena sangat erat kaitannya dengan konsumsi, pekerjaan dan pendapatan.

Dengan kata lain peningkatan kapasitas atau produksi di sektor riil akan mengurangi tingkat pengangguran dan meningkatan pendapatan, yang pada gilirannya akan memacu pertumbuhan ekonomi.

Pendapat ini diaminkan oleh pemerhati ekonomi Kota Dumai lainnya, Ilham Apanda SE.

Menurut dia industri hulu hingga hilir kelapa sawit tidak bisa dipisahkan dari sektor kepelabuhan yang menjadi pemantik  bergeraknya sektor riil  dan pemacu pertumbuhan ekonomi.

Ilham pun mengutip teori konsumsi James Dusenberry yang mengemukakan bahwa jumlah konsumsi seseorang dan masyarakat tergantung dari besarnya pendapatan.

" Ini salah satu efek bahwa  sektor tersebut  memberikan kontribusi dalam mendorong perkembangan dan pertumbuhan ekonomi," katanya

        Masih kata dia, akibat adanya pendapatan dan pola konsumtif dari para petani dan pekerja disektor industri hulu dan hilir kelapa sawit ditambah dari pekerja disektor kepelabuhan plus faktor ikutannya (agen kapal, ABK dan lain-lainnya, pen)  alih-alih sektor riil pun bergerak yang muara akhirnya memacu pertumbuhan ekonomi.

        "Karena itu semua sektor menjadi hidup, mulai dari pasar tradisional, modern, jasa angkutan, pemondokan termasuk hotel, kuliner dan sebagainya," terangnya.

          Menurut cendikiawan muda ini kehadiran sektor kepelabuhan sebagai muara akhir dari mata rantai industri hulu dan hilir CPO menjadi pemantik bagi pertumbuhan ekonomi daerah dan kawasan regional. Diantaranya jiran tetangga Dumai seperti Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Rokan Hilir (Rohil) dan sejumlah wilayah lainnya di Bumi Lancang Kuning.

        " Tidak hanya itu saja, imbasnya secara tidak langsung bisa dirasakan provinsi jiran Riau. Diantaranya, Provinsi Jambi, Sumatera Utara (Sumut) dan Sumatera Barat (Sumbar). Jika pertumbuhan ekonomi Dumai meningkat atau tinggi maka  daya beli masyarakat meningkat otomatis  produk pertanian dan sebagainya yang dihasilkan  kabupaten jiran Dumai mau pun provinsi tetangga akan mudah diserap pasar. Disisi lain memudahkan warga mereka untuk mencari peruntungan, apakah itu disektor formal mau pun informal," jelasnya panjang lebar. 

       Ilham berpendapat untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi disebuah daerah maka diperlukan empat aksi atau langkah. Pertama,  peningkatan usaha-usaha mikro kecil dan menengah yang berpotensial. Kedua, mendorong peningkatan usaha BUMD dalam memenuhi kesejahteraan sosial. Ketiga, membuka industri padat karya untuk mengurangi pengangguran dan terakhir meningkatkan investasi.

       Untuk poin pertama, yakni peningkatan usaha-usaha mikro kecil dan menengah yang berpotensial, kata Arif, maka peran sektor kepelabuhan adalah hidupnya sektor riil disekitar areal pelabuhan mulai dari rumah makan, warung, tukang ojek dan sebagainya.

Tak hanya itu potensi pasar bagi kalangan komersil seperti restoran, hotel dan lainnya sangat berdampak positif bagi perekonomian daerah.

       Dengan meningkatnya margin keuntungan pelaku UMKM, hotel , restoran serta lainnya akibat dari transaksi jual beli maupun jasa yang bersumber dari pelaku kepelabuhan plus industri hulu dan hilir CPO notabene akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan daya beli terasuk lapangan kerja.

       "Dengan meningkatnya pendapatan para pekerja mau pun keuntungan yang diperoleh pemilik usaha yang masuk kategori UMKM otomatis meningkatkan daya beli mereka yang akhirnya berdampak kepada sektor usaha lainnya," jelas Ilham

       Sementara untuk poin kedua, yakni mendorong peningkatan usaha BUMD dalam memenuhi kesejahteraan sosial maka menurut alumni salah satu Perguruan Tinggi (PT) papan di Sumbar ini menilai peluang usaha baru bisa diambil Bada Usaha Milik Daerah (BUMD) melalui pengelolahan sektor jasa pelabuhan.

       Dia mengingatkan bahwa salah satu tujuan pendirian BUMD adalah untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dengan sendirinya laba yang tinggi otomatis menambah kas daerah.

" Dengan besarnya kas daerah otomatis volume pembangunan  terutama infrastrukur akan lebih banyak notabene para rekanan atau pihak ketiga banyak mempekerjakan orang. Upah yang dibayar ke pekerja selanjutnya akan dibelanjakan mereka ke pasar, membeli makanan dan sebagainya. Bisa ditebak sektor riil pun kembali bergerak," paparnya.

    Sedangkan poin ketiga, yakni membuka industri padat karya untuk mengurangi pengangguran, Ilham berpendapat kehadiran "tiga serangkai" sebagai sebuah mata rantai, industri hulu-hilir CPO dan sektor kepelabuhan menyerap tenaga kerja terbilang besar baik formal maupun informal .

       " Kita mengetahui bahwa industri berbasis CPO yang salah satu turunannya oleochemical . Tidak hanya semata-mata padat modal atau pun teknologi, juga padat karya. Karena melibatkan banyak elemen, mulai dari tukang dodos (buruh pemetik sawit, pen), buruh kebun, pengumpul sampai pemilik kebun termasuk sektor kepelabuhan yang juga menyerap pekerja," katanya.

    Menyoali investasi daerah sebagai poin keempat sebagai pemantik  atau pemicu pertumbuhan ekonomi disebuah daerah, Ilham pun mengingatkan bahwa Dumai adalah daerah minus Sumber Daya Alam (SDA) dibanding kabupaten/kota lainnya di Provinsi Riau. Namun melalui investasi diharapkan bisa menutup kekurangan tersebut.,

" Dengan semakin banyak berdirinya pabrik berbasis CPO imbas masuknya investor yang salah satunya dipicu karena Dumai memiliki dua transportasi yang memadai. Yakni jalan tol di darat dan kepelabuhanan di laut. Disisi lain, ekonomi mikro pun bergerak. Dan ujung-ujungnya berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi," jelasnya panjang lebar.

Menurut hemat penulis apa yang dikemukakan Ilham Apanda SE tidak berlebihan. Berkaca dari data yang dirilis Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2017 menyebutkan bawa total luas  perkebunan sawit di Riau mencapai 2.493.176 Ha.

Dari jumlah tersebut, luasan perkebunan  kelapa sawit rakyat Provinsi Riau mencapai 1.386.575 Ha atau 56persen. Dengan jumlah kepala keluarga petani mencapai 524.561 KK. Sementara jumlah orang yang tertanggung mencapai 2.098.244 jiwa. Dengan menyerap  tenaga kerja  sebesar 534.827 jiwa.

Data tersebut menunjukkan Riau merupakan provinsi yang terbesar dalam industri sawit nasional, baik dari segi luasan, dan jumlah petaninya.

Sementara itu data terakhir dari Kementerian Industeri RI menyebutkan di provinsi kaya itu terdapat 138 perusahaan CPO yang tersebar di 12 kabupaten/kota. Bisa dibayangkan berapa juta ton "emas hijau" yang dihasilkan belum lagi keterlibatan puluhan ribu pekerja, mulai dari petani dan sebagainya? Bisa dibayangkan jika satu orang saja membelanjakan uang  sebesar Rp50 ribu per hari berapa uang yang akan berputar di tengah masyarakat. Dan lagi-lagi peran pelabuhan kembali menjadi sentral untuk membawa CPO itu kemanca Negara selanjutnya pundi-pundi rupiah menambah devisa Negara. Disisi lainya, daerah kecipratan tingginya perputaran uang di tengah masyarakat.

Ya, pelabuhan Dumai menjadi saksi bagaimana wilayah itu yang dulu hanya kampung kecil seiring waktu menjelma  menjadi "naga" dibagian utara bumi lancang kuning bersamaan dengan berkembang dan majunya sektor kepelabuhanan. Setiap desahan denyut napas di pelabuhan adalah berkah. Karena dari sanalah rupiah demi rupiah mengalir ke kocek mereka.

Ya, bagi Kamihur, Benny, Silaban dan puluhan ribu orang yang bergerak disektor kepelabuhan serta di industri hulu dan hilir CPO termasuk petani sawit menjadikan pelabuhan sebagai pembungkus asa  memetik rezeki untuk kehidupan yang lebih baik bagi generasi penerus bangsa.  (yonrizalsolihin)

Sumber Tulisan: Disarikan dari Berbagai Sumber dan Wawancara


Share
Berita Terkait
  • 5 tahun lalu

    Diduga Hendak 'Kencing' BBM, Kapal Milik Pelindo Ditangkap Patroli Bea Cukai

    KEPRI, BATAM - Kapal Sei Deli III milik Pelindo Batam ditangkap tim Patroli Bea dan Cukai Karimun di Perairan Pulau Nipah, Kepulauan Riau, Senin (20/1/2020) dini hari. Diduga, k

  • 5 tahun lalu

    Pelindo Siak Ingkar Janji, Akibatnya Angkutan Barang Natal Tertahan Diblokir Warga

    RIAUONE.COM-SIAK- Masyarakat Kampung Pinang Sebatang Timur Kecamatan Tualang, Siak, Riau memblokir akses jalan kendaraan angkutan PT Pelindo 1 tepatnya di Jalan Pertiwi depan pa

  • 7 tahun lalu

    Kesibukan di Selat Malaka, Pelindo I Bakal Rekrut Pemandu Asing

    BISNIS, -- PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) bakal merekrut tenaga pemandu asing guna menggenjot layanan pemanduan kapal di Selat Malaka di mana layanan ini mulai digarap
  • 7 tahun lalu

    93 Calon Pegawai Baru Tinjau PT Pelindo I Cabang Dumai

    DUMAI, - 93 orang calon pegawai PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) I berkunjung ke Dumai. Tujuannya guna meninjau serta melihat dari dekat fasilitas yang dim
  • Komentar
    Copyright © 2012 - 2024 riauone.com | Berita Nusantara Terkini. All Rights Reserved.Jasa SEO SMM Panel Buy Instagram Verification Instagram Verified