• Home
  • Kilas Global
  • Jadi Rujukan Negara Lain, Presiden Jokowi: Sudah Jadi Takdir Allah Bahwa Kita Beragam
Kamis, 27 April 2017 06:47:00

Jadi Rujukan Negara Lain, Presiden Jokowi: Sudah Jadi Takdir Allah Bahwa Kita Beragam

Presiden Jokowi hadir dalam acara peringatan Isra Mi'raj tahun 2017 di Pondok Pesantren Al-Hikamussalafiyah
NUSANTARA, - Presiden Joko Widodo (Jokowi)  meyakini, dengan ibadah salat yang sungguh-sungguh, yang khusyuk, maka kita akan dapat mencapai kesalehan individu atau kesalehan pribadi dan kesalehan sosial, sehingga hubungan dengan sesama manusia menjadi harmonis, penuh solidaritas, karena melampui sekat-sekat geografis, sekat-sekat bahasa, dan sekat-sekat golongan.
 
“Hubungan seperti itu sangat diperlukan, terlebih saat ini mata dunia sekarang sedang memandang Indonesia,” kata Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada acara peringatan Isra Mi’raj tahun 2017 di Pondok Pesantren Al-Hikamussalafiyah Cipulus, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (25/4) siang.
 
Presiden menjelaskan, Indonesia banyak dipakai sebagai rujukan dalam mengelola keberagaman. Ia menyebutkan, beragam suku, beragam agama, beragam ras, beragam golongan, sudah menjadi anugerah dari Allah kepada kita Indonesia.
 
“Sudah menjadi takdir Allah, sudah menjadi hukum Allah, sudah menjadi kehendak Allah, bahwa kita memang beragam,” tegas Presiden Jokowi.
 
Kalau dibandingkan dengan negara-negara yang lain, lanjut Presiden, kita bisa melihat paling satu negara itu hanya satu, dua, tiga suku paling banyak. Sedangkan negara kita memiliki 714 suku.
 
“Bayangkan, memiliki 1.100 lebih bahasa lokal, memiliki agama yang berbeda, memiliki 17.000 pulau yang dihuni tadi oleh bermacam-macam suku, memiliki 516 kota dan kabupaten dan 34 provinsi,” tutur Presiden seraya menambahkan, tidak ada negara di dunia sebesar Indonesia.
 
Presiden Jokowi merasa perlu mengingatkan hal itu, kenapa kita perlu menjaga persatuan dan kesatuan, menjaga negara kita Negara Kesatuan Republik Indonesia.
 
“Jangan sampai ada gesekan sekecil apapun, jangan sampai,” tegas Presiden.
 
Presiden Jokowi lantas mengisahkan cerita yang disampaikan oleh Presiden Ashaf Ghani dari Afghanistan, yang dulu negaranya juga sama rukun. Namun, begitu ada pertikaian, akhirnya sekarang sulit dipersatukan kembali karena sekarang sudah ada 40 kelompok di Afghanistan.
 
“Beliau malah meminta apakah bisa dikirim delegasi ulama dari Indonesia, dikirim delegasi dari pemerintah Indonesia, untuk ikut mendamaikan apa yang terjadi di Afghanistan,” ungkap Presiden seraya menjelaskan, beliau melihat kekaguman persatuan yang ada di negara kita.
 
Jadi, lanjut Presiden, jangan sampai ada di antara kita ini yang gampang di kompor-komporin, gampang dipanas-panasin. “Lihatlah kalau sudah bertikai itu 714 suku kita ini. Inilah yang perlu saya ingatkan,” ujarnya.
 
Bergantian
 
Sebelumnya pada awal sambutannya, Presiden Jokowi mengutip laporan Menteri Agama, bahwa biasanya peringatan Isra Mi’raj itu dilakukan sudah berpuluh tahun selalu di Istana.
 
Yang hadir biasanya kurang lebih 150 sampai 200 orang. Yang hadir biasanya dan selalu semua para menteri, semua pimpinan lembaga tinggi negara, dan semua duta besar.
 
Presiden lantas menanyakan ke Menteri Agama, rakyatnya kapan? Terus dirinya bisa bertemu ulama kapan? Terus dirinya bisa bertemu para guru ngajinya kapan? Apalagi pas peringatan bertemu dengan santri kapan?
 
“Jadi ya sudah, kadang-kadang di Istana, kadang-kadang di pondok pesantren, jadi mungkin bisa bergantian. Tetapi saya minta Pak Menteri Agama kalau pas di istana, para ulama, para habaib, para santri juga diundang (disambut tepuk tangan yang hadir),” tutur Presiden.
 
Peringatan Isra Mi’raj yang digelar bertepatan juga dengan Istighotsah Akbar dan dialog kebangsaan Forum Silaturahmi Guru Ngaji (FSGN) itu mengangkat tema “Bersama Guru Ngaji Merawat NKRI”. dilansir dari laman seskab.
 
Tampak hadir dalam acara itu antara lain Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar, Bupati Purwakarta, dan Pimpinan Pondok Pesantren Al-Hikamussalafiyah Abah K.H. Adang Badruddin. (zar/roc).
Share
Berita Terkait