Rabu, 01 Desember 2021 07:49:00

Kisah "Sang Penyelamat" di Tengah Pandemi yang Mendera

F - yonrizal solihi : Honda Revo milik Rina tidak hanya menjadi alat transportasi. Namun menjadi penopang ekonomi keluarga.

PANAS yang gahar dengan angin berhembus kencang di tengah musim kemarau dengan suhu  Kota Dumai hangat dipenghujung bulan Juni dihiraukan begitu saja oleh sebagian masyarakat  Kota Dumai, Kamis (20/6).

        Sejumlah kendaraan roda dua dan empat serta pejalan kaki lalu lalang di seputaran Pasar Pagi Jayamukti, Jalan Kusuma, Kelurahan Jatamukti, Kecamatan Dumai Timur, Kota Dumai, Provinsi Riau. Memang, banyak diantara mereka sesekali mengibaskan tangan ke wajah mereka sekedar mengusap butiran keringat.

Ya, dalam beberapa hari ini, penulis terpaksa memanfaatkan jasa ojek online(Ojol) untuk menuju kantor yang berada di kawasan Kecamatan Dumai Barat. Bukan tanpa sebab, ya apalagi kalau bukan asam urat kumat. Alih-alih tangan kerap kebas sehingga tidak nyaman tatkala mengendarai Honda Revo kesayangan berwarna hijau tua.

Beruntung dijaman digital seperti saat ini bukanlah masalah pelik. Ya, tinggal pesan Ojol melalui aplikasi, menunggu sekian menit bahkan detik para pengojek Ojol yang mudah dikenali melalui atribut seperti jaket dan helm dengan warna tertentu menghampiri konsumen.


F/yon rizal solihin : Honda Beat menjadi tulkang punggung bagi Reni untuk menjual jamu keliling

Itupula yang terjadi pada penulis. Tanpa membutuhkan waktu banyak berteduh di teras sebuah toko,  satu unit Honda Vario warna coklat pun datang. Sang pengojek  Ojol menawarkan helm untuk dikenakan. Selanjutnya membelah keramaian kota menuju kantor.

Lazimnya seperti jurnalis lainnya. Naluri ingin tahu dan bertanya pun meluncur dari bibir penulis. Meski dengan posisi duduj di belakang serta bibir berbalut masker Ya, Andi nama pengojek Ojol itu.

 Lelaki berbadan tegap itu menceritakan bahwa dirinya sekitar enam bulan terakhir ini menekuni profesi pengemudi Ojol. Ini terkait Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang menimpanya menyusul pandemi Covid-19 mendera negeri ini.

" Omset turun, otomatis pendapatan perusahaan menurun. Ya, sebagian karyawan ada yang dirumahkan dan di PHK," ujar Andi sambil tetap fokus mengendarai Honda Vario miliknya.

Beruntung sebelum PHK menimpanya, Andi sempat mengambil Honda melalui sebuah leasing sekitar awal tahun 2020-masih bekerja, pen. Sehingga sambil menunggu pekerjaan baru dia pun mengandalkan produk yang memiliki tagline "Satu Hati" ini menjadi tulang punggung ekonomi keluarga.

Masih kata Andi, dari pengeluaran bulanan yang harus dikeluarkannya seperti cicilan motor sekitar Rp 1 juta dan rumah bisa tercukupi dari profesi barunya  pengemudi Ojol termasuk kebutuhan sehari-hari.

"Beruntung sebelum PHK saya mengambil Honda Vario ini, kalau ngga, waduh saya tidak bisa membayangi untuk  mencari nafkah," tuturnya.

Lantas apa yang menjadi alasan Andi memilih Honda ketimbang merek lain, misalnya?  Lelaki  ramah itu menjelaskan bahwa keluarganya terbilang fanatik dengan merek satu itu.

"Tidak fanatik buta, tapi ada alasannya. Seperti suku cadangnya tidak terlalu mahal, mudah dijumpai. Setiap bengkel paham. Tak hanya itu harga jualnya tidak jatuh betul," kilah Andi berargumen.

 Biasanya Andi keluar rumah sekitar pukul 10.00 WIB.  Selanjutnya dia menelusuri sudut-sudut kota sambil menunggu aplikasi memberitahunya ada konsumen maupun  pesan makanan.

" Sebelum magrib biasanya saya sudah pulang ke rumah untuk istirahat berkumpul sama keluarga," tuturnya.

Namanya juga peruntungan terkadang banyak terkadang pas-pasan. Begitupula uag yang dibawa Andi ke rumah. "Sekarang pandemik dan pembatasan orang serta kerumunan. Jadi penumpang agak sepi. Biasanya bisa membawa pulang uang antara Rp150 ribu hingga Rp200 ribu  Sekarang untuk mencapai segitu agak sulit. Ya, namanya juga rejeki sulit ditebak," ungkap Andi bijaksana.

Lazimnya jalan satu arah banyak pengendara memotong seenaknya dari jalur kiri. Begitu juga yang terjadi di Jalan Sultan Syarif Kasim. "Hati-hati bang," ujar penulis spontan tatkala satu unit motor lainnya memotong motor Andi lalu sedikit  zigzag ke kanan. "Aman, pak? Motor ini -Vario, pen - sangat handal pak? " jawab Andi menepis kekuatiran penulis.

Lain waktu penulis memanfaatkan jasa Ojol  pulang ke rumah. Beruntung kali ini mendapatkan pengemudi perempuan. Ya, Lina namanya.

Lazimnya kebiasaan penulis, bincang-bincang pun seputar profesi itu teradi. Menurut penuturan Lina sekitar empat bulan belakangan dia menekuni profesi baru itu. Sebagai single parent  tentu dia membutuhkan biaya besar untuk menghidupi dirinya beserta dua anaknya.

Sebelumnya, Lina bekerja mengambil gosokan dan cucian dari sejumlah tetangga. Namun karena penghasilannya kurang memadai, ia pun banting stir menjadi pengemudi Ojol.

" Yang penting halal, daripada ngerumpi ngomongin orang, penghasilannya lumayanlah," jelas Lina seraya mengendarai kendaraannya.

Berbekal Honda Beat merah dia pun menggeluti profesi barunya. Awalnya, dia merasa risih apalagi membawa penumpang pria. Namun lama-kelamaan  terbiasa.

"Maaf ya mbak?" kata penulis ketika memegang pundaknya ketika menaiki motornya.

" Tidak apa-apa pak? Biasalah," tukasnya ramah.

Ya, Lina tidak menampik begitu besarnya jasa Honda Beat yang dimilikinya dalam mencari nafkah sehari-hari. "Sangat membantu Honda Beat ini. Sehingga bisa menopang ekonomi keluarga," katanya bangga dengan profesi baru itu.

Tidak hanya Andi dan Lina yang mengandalkan Honda dalam menopang ekonomi keluarga. Tapi, Reni juga menjadikan produk yang dikenal dengan biaya perawatan murah plus harga jual terbilang tinggi itu juga menjadi unggulan  mejemput rejeki  sebagai penjaja jamu keliling.

Kepada penulis, Senin (11/10), ibu satu anak itu mengakui kehandalan Honda Beat putih dengan list hijau ini dalam menopang ekonomi keluarga.

Ya, semenak  Covid-19 melanda, sang suami Wijayanto terpaksa tidak berjualan bakso di kantin SMPN 14 Kota Dumai. Hal ini disebabkan sekolah diliburkan sementara murid-murid belajar  daring menyusul status zona merah atau level 4 wilayah yang didiami lebih dari 300 ribu jiwa itu.

" Mas - suami, pen- sementara di rumah, Ya saya  bantu-bantu jual jamu keliling menopang ekonomi keluarga," terang Reni saat melayani pelanggannya disebuah kawasan perumahan yang berlokasi di Kecamatan Dumai Timur.

Menariknya, Honda Beat yang dimiliki Reni sebagai tulang punggung ekonomi keluarga itu bukanlah barang  baru. Akan tetapi bekas, dibelinya  seharga Rp6,5 juta di Kabupaten Kampar yang berjarak sekitar 300 kilometer arah utara Kota Dumai.

" Dari Kampar diangkut pakai ekspedisi sekitar dua tahun lalu," ujar Reni menuangkan kunyit asam ke gelas sebelum diantarnya ke konsumen yang hanya berarak sekian  meter dari motor kesayangannya tepatnya di depan pintu pagar.

Kendati bukan terbilang baru atau bekas. Namun Reni mengaku motornya tidak banyak masalah atau 'rewel'. Sebaliknya, tetap nyaman digunakan meski dalam sehari dia berjualan pagi dan sore dengan arak tempuh puluhan kilometer.

" Trip pertama pagi Mundam dan Tanjung Palas. Kedua sore hari , Bukit  Batrem. Ya, tidak masalah dengan mesinnya meski bolak-balik tiap hari berjualan. Yang penting oli diperhatikan," kilah Reni membuka rahasia apa resepnya sehingga Honda Beatnya tetap handal menelusuri gang, jalan di tengah perkampungan atau pun perumahan demi  menjumput rupiah, meski bukan kendaraan baru.

Hasil dari menjual jamu keliling ditambah makanan ringan seperti kerupuk dan sebagainya, ia mengantongi penghasilan sekitar Rp200 ibu. "Lumayanlah pak?" sahut Reni menjawab pertanyaan penulis.

Setali tiga uang, Rina yang sehari-hati berprofesi penjual sayur-mayur dan sembako di warung merangkap rumah itu pun mengaku betapa pentingnya peran Honda Revo miliknya dalam menopang ekonomi keluarga.

Semenjak Ony sang suami menderita penyakit gula dan hipertensi maka dialah pergi ke pasar setelah azan subuh berlalu. Honda yang dibelinya sekitar akhir tahun 2020 menjadi tulang punggung  keluarga. Bahkan menjadi "kaki" bagi keluarga sederhana itu.

Tidak hanya menjadi andalan saat berbelanja ke pasar. Namun kendaraan itu siang harinya di bawa sang buah hati pergi ke sekolah yang berjarak sekian puluh kilometer arah luar kota.

" Saya akui Honda Revo milik saya ini "bandel" dari subuh hingga malam dipakai mulai dari ke pasar berbelanja, mengantar pesanan pembeli dan dibawa anak ke sekolah tidak ada masalah. Paling-paling bannya bocor," kilah Rina tersenyum saat baru  sampai di rumahnya usai berbelanja ke Pasar Pagi Bundaran, Kecamatan Dumai Timur, Rabu kemarin.

Ya, seiring perjalanan waktu jutaan anak bangsa ini menjadi saksi hidup bagaimana kehandalan dan pengabdian Honda terhadap negeri ini. Ya, menjadi penyelamat ekonomi keluarga di tengah pandemi mendera seperti ini yang ditandainya banyak para pekerja dirumahkan atau di PHK.

 Ya, selama asa masih menggelora, semangat juang untuk menyambung hidup tetap menyala selama mesin Honda berbunyi berarti  rupiah atau berkah masih mengalir.

Bagi Andi, Lina, Reni, Rina dan jutaan warga negeri ini terlebih yang bergerak disektor informal Honda menyatukan hati mereka sebagai pembungkus asa  memetik rezeki untuk kehidupan yang lebih baik bagi generasi berikutnya.  (yonrizalsolihin)


Share
Komentar
Copyright © 2012 - 2024 riauone.com | Berita Nusantara Terkini. All Rights Reserved.Jasa SEO SMM Panel Buy Instagram Verification Instagram Verified