- Home
- Kilas Global
- Korea Selatan sedang diterpa penurunan angka kelahiran, Warganya Ogah Punya Anak
Minggu, 04 Februari 2024 14:31:00
Korea Selatan sedang diterpa penurunan angka kelahiran, Warganya Ogah Punya Anak
DUNIA, KOREASELATAN, - Korea Selatan sedang diterpa penurunan angka kelahiran. Kondisi ini merupakan imbas dari warga Korea Selatan yang enggan memiliki anak.
Mengutip dari detikHealth, saking rendahnya angka kelahiran, kini jumlah warga berusia di bawah 18 tahun diprediksi anjlok mencapai total kurang dari 7 juta jiwa pada 2024.
Dikutip dari Aju Korea Daily, jumlah anak di Korea Selatan telah menurun hingga lebih dari dua juta jiwa dalam satu dekade terakhir. Data terbaru dari Kantor Anggaran Majelis Nasional (NABO) Korea Selatan mengungkapkan proyeksi penurunan populasi generasi muda berusia 0 hingga 14 tahun sebesar 49,6 persen pada 2040, turun menjadi sekitar 3,18 juta jiwa dibandingkan 6,32 juta pada 2020.
Seiring itu, Korea Selatan yang kini memiliki penduduk sebanyak sekitar 52 juta jiwa sedang bergulat dengan penuaan populasi yang signifikan. Diprediksi, pada 2073, sebanyak 30 persen dari seluruh penduduk Korea Selatan adalah orang berusia 75 tahun ke atas.
Data NABO menunjukkan bahwa tingkat kesuburan pada 2022 adalah 0,78 bayi per pasangan. Kantor statistik nasional Korea Selatan memperkirakan tingkat kesuburan ada di angka 0,7 pada 2024. NABO memperkirakan total populasi sebesar 49,16 juta pada 2040, sebagai dampak dari penurunan populasi sebesar 5,17 persen dari 2020.
Berdasarkan data yang dirilis Kementerian Kesehatan pada 31 Januari, terdapat 7.077.206 anak berusia di bawah 18 tahun per Desember 2023. Melihat angka tersebut, jumlah anak menurun 23 persen dari total 9.186.841 jiwa pada 2014.
Kementerian Kesehatan memperkirakan bahwa laju depopulasi anak-anak akan semakin meningkat hingga mencapai tingkat kesuburan sebesar 0,6 di masa mendatang.
Pada 30 Januari, Institut Penitipan dan Pendidikan Anak Korea (KICCE) melaporkan bahwa percepatan rendahnya angka kelahiran di negara tersebut akan mengakibatkan 26.637 pusat penitipan anak dan taman kanak-kanak pada 2028, turun 31,8 persen dari 39.053 pada 2022. Diperkirakan, akan ada lebih dari 12.000 pusat penitipan anak harus ditutup sakkng tidak ada anak yang harus diasuh.
"Masalah yang disebabkan oleh penutupan pusat penitipan anak dan taman kanak-kanak akan menjadi lebih serius di masa depan. Situasi seperti ini dapat mempercepat depopulasi di daerah pedesaan," kata peneliti KICCE Lee Jae-hee. **
Share
Komentar