• Home
  • Kilas Global
  • Masih tak Percaya Pekerjaan Kantoran Berat? Wanita di India ini Meninggal Dunia Karena Kelelahan Kerja
Rabu, 25 September 2024 08:08:00

Masih tak Percaya Pekerjaan Kantoran Berat? Wanita di India ini Meninggal Dunia Karena Kelelahan Kerja

Anna Sebastian Perayil meninggal diduga karena kelelahan bekerja

DUNIA, KESEHATAN, - Diduga karena kelelahan bekerja, seorang wanita sekaligus karyawan perusahaan EY (Ernst & Young) India bernama Anna Sebastian Perayil dilaporkan meninggal dunia.

Anna Sebastian Perayil berprofesi sebagai akuntan berlisensi di SR Batliboi bagian dari EY Global, di Pune, Maharashtra, India barat.

Wanita cantik itu meninggal setelah empat bulan menjalani pekerjaannya.

Menurut sang ayah kepada The News Minute, kematiannya disebabkan oleh berbagai masalah seperti refluks asam lambung, stres kerja, dan tekanan pekerjaan.

Ibu mendiang yang bernama Anita Augustine mengatakan bahwa sang putri yang bekerja sebagai chartered accountant (CA) adalah anak berprestasi sejak kecil. 

Dalam tulisannya, Anita menjelaskan panjang lebar mengenai bagaimana mendiang Anna bekerja tanpa istirahat.

Anna pun rela memberikan semuanya untuk bisa memenuhi tuntutan di perusahaan itu.

Sayangnya, beban kerja Anna sebagai anak baru terlalu berat sampai mengharuskannya siaga setiap hari.

"Menuntut anak baru dengan kerja yang berat, membuat mereka kerja setiap siang dan malam, bahkan Minggu, tidak ada justifikasi sama sekali. 

Dia meninggalkan kampung halamannya dan orang tersayangnya.

Semua baru baginya, organisasi, tempat, bahasa, dan dia sangat mencoba untuk menyesuaikan.

Kamu harusnya memahami bukan memanfaatkan," katanya, Selasa, (24/9/2024).

Sering Curhat Sebelum Meninggal

Tak hanya ibu Anna, sang ayah yakni Joseph juga memberikan keterangan soal kematian anaknya.

Dia mengatakan jika anaknya dulu sering curhat sampai menangis tentang beban kerja yang membuatnya stres.

"Dia dulu suka menangis di telepon karena tidak bisa bekerja dengan begitu banyak tekanan dan stres.

Kami memintanya untuk mengundurkan diri dan kembali (ke kampung halaman). 

Tapi dia memutuskan untuk lanjut karena mendapat lebih banyak eksposur di EY.

Sayangnya, pada tanggal 21 Juli, dia pingsan di kamarnya dan meninggal sebelum sampai di rumah sakit," kata Joseph.

Joseph menyesali bahwa putrinya sangat mencoba untuk memenuhi tuntutan perusahaan sampai tidak punya waktu untuk diri sendiri.

"Dia tidak punya waktu untuk tidur dan makan. Manajernya tidak me-review pekerjaannya tepat waktu padahal Anna sudah mengerjakan sesuai jadwal.

Manajernya penggemar kriket dan dia mengubah jadwalnya sesuai dengan jadwal pertandingan.

Dan karena itu, Anna harus duduk lembur untuk menyelesaikan pekerjaan yang diberikan kepadanya," curhat ayah Anna.

Bos membantah

Bos perusahaan Ernst & Young (EY) di India, Rajiv Memani, membantah Anna Sebastian Perayil meninggal karena kelelahan bekerja.

Dia tidak yakin Anna meninggal karena bekerja terlalu keras.

Dikutip dari Firstpost pada Selasa, (23/9/2024), Memani menyebutkan bahwa EY mempekerjakan sekitar 100.000 pegawai dan semuanya bekerja keras. 

"Anna bekerja dengan kami baru empat bulan. Dia diberi pekerjaan seperti pegawai-pegawai lainnya.

Kami tidak percaya tekanan pekerjaan bisa merenggut nyawanya," kata Memani.

Bos itu lebih lanjut mengatakan, karier Anna yang menjanjikan berakhir tiba-tiba dengan cara tragis adalah kehilangan yang tidak ada gantinya bagi EY.

Menurut ibu Anna, tak seorang pun dari EY yang menghadiri pemakaman putrinya.

Ia mengeklaim sudah menghubungi para atasan, tetapi tidak ada yang menanggapinya.

Publik Marah

Kematian Perayil memicu gelombang kesedihan dan kemarahan di media sosial.

Banyak profesional dari industri tersebut, termasuk beberapa yang berasal dari EY mulai berbagi pengalaman mereka mengenai lingkungan kerja yang tidak sehat dan beban kerja sangat berat.

Seorang mantan rekan kerja Perayil mengungkapkan di Reddit bahwa mereka menerima informasi tentang kematian Perayil melalui surat resmi yang menyertakan foto LinkedIn-nya beserta beberapa pesan.

Beredar luas informasi dia telah berjuang dengan masalah kesehatan yang semakin parah.

Karyawan tersebut menambahkan bahwa mereka merasakan hal yang sama dengan apa yang disampaikan dalam surat yang ditulis oleh ibu mendiang.

"Kami bekerja rata-rata 16 jam sehari selama periode sibuk dan 12 jam sehari saat tidak sibuk.

Tidak ada akhir pekan atau hari libur nasional yang benar-benar libur. Setiap tahun, EY secara sukarela mengumumkan hari libur untuk menyegarkan semangat karyawan.

Dan ya, Anda benar! Hari itu pun bukan hari libur. Kami tetap bekerja pada hari itu dari kantor!

Bekerja berlebihan adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan promosi, berkontribusi, dan mendorong orang lain untuk melakukan hal yang sama," ungkap mantan karyawan EY. **
Share
Komentar
Copyright © 2012 - 2024 riauone.com | Berita Nusantara Terkini. All Rights Reserved.Jasa SEO SMM Panel Buy Instagram Verification Instagram Verified