• Home
  • Kilas Global
  • Optimalisasi dan Teknologi Tepat Guna Solusi Bernas Tingkatkan Produksi Blok Rokan
Selasa, 26 Oktober 2021 18:51:00

Upaya Keras Si Pendatang Baru Menjaga Marwah Anak Negeri

Optimalisasi dan Teknologi Tepat Guna Solusi Bernas Tingkatkan Produksi Blok Rokan

Proses penyerahan alih kelola Wilayah Kerja Rokan melalui penyerahan plakat secara simbolis oleh Deputi Operasi SKK Migas. F/dok pertamina

YA, sejarah  Riau  kontemporer tidak bisa dipisahkan dari sebuah evolusi dari apa yang dinamakan industri hulu Minyak dan Gas (Migas). Mulai dari jaman kolonial Hindia Belanda sampai pendudukan Jepang hingga jaman kemerdekaan. Semuanya berawal dari tetesan "emas hitam" (baca: minyak bumi), yang bermetaformosis  membentuk komunitas lintas suku, agama dan ras yang memiliki tujuan sama, demi kehidupan  lebih baik bagi generasi penerus, dan itu tercipta tatkala manusia dan alam  saling memahami peran.

Memang, di Blok Rokan  mayoritas didapati sumur tua yang menjadi saksi kejayaan Migas nasional. Namun tidak hanya sebatas kejayaan dan kebanggaan semata. Namun bagaimana hamparan pompa angguk yang tersebar dilima kabupaten meliputi, Bengkalis, Siak, Rokan Hilir (Rohil), Rokan Hulu (Rohul) dan Kampar ini mampu memberikan nilai tambah bagi perekonomian nasional terlebih daerah dalam kerangka meningkatkan  kesejahteraan masyarakat.


Ya, matahari   perlahan meninggi. Sinarnya tak lagi jatuh miring . Bayangan rerimbunan pepohonan kian mendekat ke batang.

Panas yang gahar dengan angin berhembus kencang di tengah musim kemarau yang landai dipenghujung  bulan Juni 2021 tidak membuat surut aktivitas warga. Kendati pandemi Covid-19 mendera. Namun mereka tetap  menjalani kehidupan  mejemput sang takdir  yang telah ditetapkan "Sang Sutradara".

Di sebuah kedai kopi yang terletak di Jalan Hangtuah, Kota Duri terlihat sekelompok orang berbicara serius. Di tengah pandemi seperti saat ini, mereka tetap patuh menjalankan protokol kesehatan (Prokes).

Bagi media ini, berkunjung kedai kopi memiliki kenikmatan tersendiri. Selain menjalin silaturahmi. Paling tidak memperoleh informasi seputar pembangunan Kota Duri berikut pernak-perniknya.

Ya, apalagi untuk berkunjung ke wilayah yang dikenal sebagai petro oil ini terbilang jarang. Sehingga ada waktu singgah atau beranjangsana ke sana kedai kopi adalah tempat bertemu dengan kolega.


Foto : Pertamina Hulu Rokan (PHR) langsung tancap gas pasca alih kelola Wilayah Kerja. F/Republika

Tak hanya pembangunan dan sosial kemasyarakatan semata. Tapi, tak jarang mereka juga membahas masalah politik lokal maupun nasional termasuk isu panas di negeri yang didiami lebih dari 250 juta jiwa ini.

Untuk yang satu ini mereka terbilang kritis tidak kalah dengan para pengamat yang kerap tampil di layar kaca.

Tak jarang mereka terlibat dalam perdebatan sengit dan hangat. Kendati begitu, tidaklah keluar ucapan mengecam atau menghujat lawan yang berseberangan dengan kalimat  atau kata-kata  kurang etis.

Sebaliknya,  usai debat mereka kembali tertawa penuh keakraban. Ya, sadar atau tidak    salah satu nilai-nilai demokrasi yakni menghargai perbedaan mereka aktulisasikan  dalam kehidupan sehari-hari tanpa perlu banyak retorika.

Ya, jika ada ungkapan bahwa suara rakyat adalah suara Tuhan maka media ini  berpendapat -mungkin-  salah satu suara itu ada di kedai kopi.

Menariknya kondisi itu real adanya, bukan rekayasa. Sebab pada dasarnya mereka adalah bagian dari apa yang dinamakan masyarakat akar rumput.

Namun kali ini mereka terlibat membahas alih kelola Blok Rokan dari PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) ke Pertamina yang tinggal menghitung hari.

Wajar, mengingat mereka terkena langsung imbas dari peristiwa bersejarah pasca sekitar 90 tahun dikelola perusahaan asal negeri Paan Sam ini.

Lazimnya sebuah diskusi, ada diantara mereka pesimis. Namun sebaliknya bersikap optimis bahwa blok terbesar kedua di tanah air dengan kontribusi 24 persen minyak mentah bagi Indonesia atau sekitar 165 ribu barel per hari (BPH)  (dikutip dari data SKK Migas akhir 2020, red)   ini akan kembali Berjaya dibawah penanganan putra-putri terbaik bangsa ini.

Kendati berbeda pendapat. Namun mereka memiliki satu persamaan, yakni siapapun yang mengelola Blok Rokan maka diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Seorang tokoh pemuda setempat  Soleh kepada media ini berpendapat, keberadaan Blok Rokan menjadi urat nadi ekonomi Kota Duri, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau.

Bahkan dia tidak menampik bahwa kehadiran industri hulu Migas mengubah wajah daerah itu. Tak hanya Duri, lanjut dia, namun Riau pada keseluruhan.

"Kita harus akui bahwa pembangunan infrastruktur jalan kali pertama antara Pekanbaru-Duri-Dumai akibat kehadiran industri  hulu Migas. Dan kita mengetahui bahwa infrastruktur ibarat urat nadi yang membawa darah segar ke seluruh tubuh" terangnya.

Dengan adanya industri hulu Migas, lanjut dia, yang dulunya perkampungan kecil seiring perjalanan waktu berubah menjadi kota. Ini seiring bertambahnya jumlah penduduk di wilayah itu menyusul meningkatkanya aktivitas ekonomi.

info grafis detikcom

"Oleh karena itu kehadiran industri hulu Migas seperti Blok Rokan, misalnya, sangat mempengaruhi sendi kehidupan masyarakat, karena ini menyangkut periuk nasi orang banyak. Tifak berlebihan jika kita berharap alih kelola nanti akan  membawa ke arah yang lebih baik minimal sama seperti dulu, dala artian produksi dan sebagainya," ingatnya.

Lazimnya dimasa transisisi tidak terkecuali masa peralihan dari PT CPI ke PT Pertamina (Persero) -sebelum PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) anak perusahaan PT Pertamina (Persero) ditunjuk mengelola Blok Rokan, red- maka banyak spekulasi, rumor maupun isu berseliweran.

Data lain  menyebutkan, dipenghujung bulan Juli tahun lalu, salah satu perusahaan sub kontrak melakukan PHK terhadap 900 karyawan mereka. Salah satu penyebabnya, perusahaan ini tidak lagi mendapat kontrak pekerjaan dari Chevron.

Informasi yang dirangkum menyebutkan kondisi itu disebabkan oleh beberapa faktor. Diantaranya, turunnya produksi minyak, pendemi Covid-19 yang berimbas terhadap ekonomi global yang berujung turunnya  harga minya mentah di pasar dunia dan lainnya.

Ternyata dampak PHK tidak semata-mata  berimbas terhadap ekonomi dan turunannya. Tapi, melebar ke sektor pendidikan. Dikutip dari www.goriau.com, dalam sehari 5 siswa di wilayah itu mengurus surat pindah keluar daerah. Penyebabnya, kontrak kerja habis notabene orang tua siswa  tidak lagi mempunyai penghasilan.

Ya, lazimnya sebuah mata rantai, ketika salah satu sistem terganggu maka bagian yang lain juga terganggu.

Kondisi ini membuat sejumlah kalangan prihatin, salah satunya datang dari tokoh pemuda Duri, Joni, dia berharap kondisi kembali normal seperti sedia kala.

"Sekarang banyak yang menganggur, penghidupan semakin  sulit, karena daya beli masyarakat menurun. Kita berharap pemangku kepentingan untuk segera mengambil langkah-langkah kongkrit. Ya, kalau memang memungkinkan yang terkena PHK bisa kembali bekerja, dan kita uga berharap sektor industri hulu Migas kebali bergairhah, " harapnya.

info grafis CNN Indonesia

Kondisi ini juga dikeluhkan, Ujang, salah seorang pedagang di kawasan Jalan Sudirman, Kota Duri, dia mengaku omsetnya turun drastis sekitar 30 s/d 50 persen. "Sekarang ini ekonomi betul-betul sulit. Selain PHK juga pandemi Covid-19 sangat berpengaruh terhadap penjualan," keluhnya.

Warga lainnya, Rizal, menilai ini salah satu imbas menunggu atau wait and see  sejumlah kalangan menyusul masa depan Blok Rokan. "Namun kalau sudah kembali normal ya bergairah seperti dulu lagi. Wajar, dalam sebuah masa transisi," terangnya.

Sebelumnya, pemerhati ekonomi Kota Dumai Arif Azmi SE, menilai apa yang terjadi di Duri menjadi salah satu bukti bahwa sektor industri hulu Migas menjadi peranan penting di wilayah itu termasuk nasional (Salah satu variabel dalam penyusunan RAPBN adalah harga minyak mentah dipasar dunia, karena ini menyangkut subsidi BBM, red) dan manca negara.

"Dalam kondisi biasa atau normal  industri ini mendongkrak lapangan pekerjaan di daerah penghasil berikut ekses turunannya, begitupula sebaliknya. Oleh karena itu, kita berharap  kondisi  seperti semula. Tidak ada lagi PHK,  lowongan pekerjaan kembali dibuka. Sehingga ekonomi kembali menggeliat. Ya, intinya dengan adanya alih kelola kita berharap ke arah yanglebih baik ,  " katanya.

Potensial

Permintaan agar pasca alih kelola Blok Rokan dari Chevron ke Pertamina produksi wilayah kerja terbesar kedua itu tidak turun tapi sebaliknya meningkat tidak hanya disuarakan oleh publik di tanah air terlebih masyarakat lancang kuning. Tapi asa itu juga dikemukan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

Sebaliknya mantan Gubernur DKI itu berharap alih kelola Blok Rokan dari PT Chevron Pacific Indonesia  (CPI) ke PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) dapat meningkatkan produksi minyak Indonesia.

"Dalam pertemuan tadi kami mendapat arahan dan harapan dari Pak Presiden bahwa kami semuanya menjaga dan memastikan produksi bisa ditingkatkan untuk ke depannya untuk Blok Rokan," kata Principal Expert Upstream PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) Budianto Renyut di lingkungan istana kepresidenan Jakarta, Kamis (12/8).

Seperti ramai diberitakan Presiden Jokowi pada Kamis (12/8) bertemu dengan 10 orang perwakilan pegawai PT PHR. Dalam pertemuan itu, Presiden Jokowi juga didampingi Menteri BUMN Erick Thohir dan Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati.

"Peralihannya sangat mulus dan selamat, hal itu dibuktikan dengan misalnya program pengeboran sumur yang bisa dilakukan dan ditingkatkan yang tadinya dua tahun sebelumnya tidak dilaksanakan, dengan kerja sama yang sangat bagus dari transisi," tambah Budianto.

Memang, berita alih kelola Blok Rokan disaat itu terbilang "sexsi" diberitakan sejumlah media baik dari luar mau pun dalam negeri mengingat pertistiwa itu terbilang bersejarah. Apalagi Blok Rokan menjadi sejarah tersendiri dalam industri Migasi tanah air.

Lantas timbul pertanyaan sebagian publik di tanah air terkait potensi Blok Rokan menyusul hampir 70 tahun dieksporasi? Jawaban tegas datang dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif.

Saat mengunjungi Duri, Kamis (14/10), pejabat Negara itu menuturkan bahwa wilayah Duri memiliki sumber energi yang potensial. Ia berharap PHR bisa melakukan eksplorasi yang masif untuk meningkatkan produksi.

"Sekarang pada posisi 56 ribu barel per hari, khusus Duri. Tentu saja daerah ini masih memiliki sumber [minyak] yang potensial untuk ke depannya," kata Arifin .

Untuk itu, imbuh Arifin, manajemen Pertamina akan melaksanakan pekerjaan ekplorasi drilling yang masif. Untuk bisa meningkatkan produksi lagi.

Arifin menyebutkan, upaya Pertamina Hulu Rokan dalam menjaga tingkatan produksi di Blok Rokan dinilai harus dilakukan lewat implementasi Chemical Enchanced Oil Recovery (EOR).

"Kalau upaya dulu dengan cara steem flood. Mungkin kedepannya ada upaya Chemical Enchanced Oil Recovery," katanya seperti dikutip mediacenter.

Dibagian lain Arifin Tasrif meminta PT Pertamina Hulu Rokan melakukan berbagai langkah untuk meningkatkan produksinya.

"Setelah 97 tahun dikelola perusahaan multinasional, Blok Rokan diyakini masih memiliki sumber migas yang potensial untuk ke depannya. Jadi memang manajemen Pertamina harus melakukan pekerjaan eksplorasi drilling yang masif untuk bisa meningkatkan produksi lagi. kalau dulu ada program steam flood mungkin kedepannya ada CEOR," katanya menambahkan.

Untuk mengetahui lebih jauh langkah-langkah apa yang dilakukan PT PHR terkait mempertahankan produksi dan selanjutnya meningkatkan produksi Tim Media ini pun melayangkan sejumlah pertanyaan tertulis kepada  PT Pertamina Hulu Rokan (PHR), Selasa (19/10).

Direktur Utama Pertamina Hulu Rokan Jaffee A Suardin  Manager  melalui Coparate Comunications Sonitha Poernomo,   mengatakan upaya PT PHR agar agar produksi sumur-sumur tua tetap optimal, misalnya,  Sonitha menelaskan bahwa sejak 9 Agustus 2021. WK Rokan telah berkontribusi bagi produksi minyak nasional selama kurang lebih enam dekade.

"Dua lapangan terproduktif WK Rokan, yaitu Lapangan Duri dan Minas ditemukan sejak tahun 1941 dan 1944 lalu mulai berproduksi pada dekade selanjutnya," terangnya.

Meski semakin menua atau disebut sebagai mature, lanjut dia, namun  kandungan minyak di lapangan-lapangan tua WK Rokan itu masih memiliki potensi besar.

"Kami fokus untuk memanfaat teknologi terkini, keahlian dan pengalaman sumber daya manusia untuk menjaga jumlah produksi. Produksi WK Rokan diharapkan meningkat dengan cara mengoptimalkan potensi-potensi cadangan migas yang ada. Baik itu melalui penambahan sumur baru, pengembangan teknologi tingkat lanjut Enhanced Oil Recovery (EOR), maupun terobosan lain untuk memproduksi minyak secara optimal." terangnya.

Menyinggung pemanfaatan teknologi agar produksi Blok Rokan minimal bertahan dan memungkinkan meningkat, Sonitha menjelaskan teknologi yang digunakan  salah satunya adalah dengan pemanfaatan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) atau upaya peningkatan perolehan minyak.

"EOR adalah upaya untuk memproduksi minyak bumi di tingkat yang stabil dan meminimalkan penurunan angka produksi terutama pada lapangan-lapangan yang semakin menua. Diperlukan teknologi tambahan baik secondary maupun tertier pada lapangan-lapangan tersebut demi memperoleh produksi minyak bumi yang lebih banyak," paparnya.

Untuk di Lapangan Duri, sebut dia, PT PHR  melanjutkan dan mengoptimalkan teknologi EOR steamflood (injeksi uap) yang sebelumnya telah terbukti sukses meningkatkan kinerja produksi Lapangan Duri sampai 5 kali  lipat.

Dia mengatakan, fasilitas CGS 10 merupakan stasiun pengumpul minyak terbesar di Lapangan Duri yang mengolah sekitar 240.000 barel fluida per hari, dan memproduksi minyak sekitar 20.000 barel per hari.

Lapangan Duri merupakan salah satu lapangan injeksi uap (steam flood) terbesar di dunia yang berteknologi tinggi dan ramah lingkungan.

"Teknologi ini terbukti berhasil meningkatkan kinerja produksi Lapangan Duri lima kali lebih baik dibandingkan dengan teknologi konvensional," ujar Sonitha.

"Teknologi yang sama akan kita perluas di lapangan baru. Begitu juga dengan teknologi waterflood (injeksi air) yang diaplikasi di Lapangan," katanya menambahkan.

Sementara, lapangan Minas, lanjut dia,  akan diimplementasikan di lapangan-lapangan lain yang memilki karakteristik yang sama.

" Implementasi teknologi chemical enhance oil recovery (CEOR) di Lapangan Minas yang saat ini sedang kami proses," terangnya .

Selain menyebutkan sejumlah teknologi berkaitan dengan mempertahankan dan meningkatkan produksi, Sonitha juga engatakan bahwa teknologi terkait digitalisasi yang sejalan dengan langkah strategis Pertamina dalam pengembangan teknologi digital sebagai upaya mengoptimalkan proses bisnis dengan teknologi mutakhir, memperkuat inovasi bisnis dan membangun kolaborasi guna mewujudkan operasi yang efisien.

"Di Wilayah Kerja (WK) Rokan memiliki Integrated Optimization Decision Support Center (IODSC) di Minas, Riau yang merupakan pusat kegiatan digitalisasi. IODSC memanfaatkan transformasi digitalisasi dengan menyimpan data dari berbagai bidang dan mengimplementasikannya sebagai factory automation untuk kinerja sumur dan peralatan," terangnya.

Data yang terekam, lanjut dia, digunakan untuk menyusun prioritisasi pekerjaan kritikal dan perawatan sumur serta peralatan. Salah satu hasilnya adalah turunnya total siklus jadwal waktu rig perawatan rutin dan pengerjaan ulang sumur (well service/workover) hingga lebih dari 30 persen, yang berdampak pada biaya operasi yang lebih efisien.

"Kehadiran fasilitas seperti IODSC dapat membantu manajemen dalam mengambil keputusan operasional secara tepat dan cepat. Penerapan digitalisasi setidaknya memberikan empat manfaat utama, yakni peningkatan kinerja keselamatan; penurunan signifikan dari potensi kehilangan produksi hingga sekitar 40 persen; optimalisasi kemampuan fasilitas produksi; dan peningkatan efisiensi," terangnya.

Masih kata dia, teknologi lainnya adalah melalui pemanfaatan pesawat nirawak (drone) untuk membantu tim keamanan internal memantau ase-aset operasi dan jaringan pipa milik PT PHR yang panjangnya lebih dari 10.000 kilometer, sepadan dengan jarak dari Sabang sampai Merauke. Tentunya kami juga bekerja sama dengan aparat pemerintah, khususnya Kepolisian baik ditingkat pusat maupun daerah, untuk memastikan keamanan fasilitas operasi WK Rokan yang merupakan obyek vital nasional.

Menjawab pertanyaan sejauh mana pengeboran 161 sumur baru dua bulan awal pasca alih kelola WK Rokan? Sonitha menjelaskan dari target 45 sumur tajak untuk periode Agustus-September, PHR WK Rokan mampu menyelesaikan 47 sumur tajak.

"PHR saat ini telah mengoperasikan 16 rig pengeboran dan akan terus menambah jumlahnya guna mendukung program kerja masif dan agresif. Selain melampaui target pengeboran periode Agustus-September, PHR juga berhasil memperpendek waktu pengeboran hingga produksi awal dihasilkan atau put on production (POP). Dari sebelumnya sekitar 22 hingga 30 hari, kini menjadi sekitar 15hari untuk area operasi Sumatra Light Oil (SLO) atau sumur-sumur penghasil jenis minyak ringan," terangnya.

Untuk penambahan sumur baru, sambung Sonitha,  WK Rokan menargetkan 161 sumur tajak terhitung sejak alih kelola pada Agustus lalu hingga akhir tahun ini. Intensitas kegiatan operasi semakin meningkat pada tahun depan dengan target pengeboran 500 sumur.

Menyinggung upaya apa yang dilakukan untuk mencapai target 200 ribu barel per hari di tahun 2022, Sonitha menjelaskan,  PHR optimis mencapai target produksi 165 ribu barel per hari di akhir tahun 2021.

"Fokus kami adalah mempertahankan kinerja keselamatan, efisiensi biaya di berbagai lini, dan program pengeboran sumur baru serta perawatan rutin dan pengerjaan ulang sumur (well service/workover) yang agresif dan menyeluruh," paparnya.

Lebih lanjut dia menjelaskan,  PHR melakukan beberapa terobosan, di antaranya, tim pengeboran melakukan beberapa kegiatan secara paralel (offline activity), meningkatkan keandalan peralatan pengeboran, dan menyusun perencanaan yang matang untuk pemenuhan sumber daya agar menghindari terjadinya waktu menunggu servis atau material.

Secara ringkas, tambah Sonitha, fokus program kerja PHR di WK Rokan untuk 5 tahun ke depan adalah tentunya peningkatan produksi melalui program pengeboran yang masif, pekerjaan workover, optimalisasi penerapan teknologi waterflood di sejumlah lapangan-lapangan baru, pengembangan formasi Telisa, optimalisasi teknologi steamflood dan pengembangan area steamflood baru, serta inisiasi program CEOR.

Langkah-langkah yang diambil PT PHR dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan produksi selain kegiatan eksplorasi dengan menambah sumur baru, mendapat apresiasi dari Menteri Arifin, karena hal ini  upaya efisiensi dan penerapan teknologi dalam kegiatan produksinya, seperti yang diterapkan di pusat digitalisasi Integrated Optimization Decision Support Center (IODSC) untuk meningkatkan produksi.

Sementara itu, dari data yang dirangkum dari berbagai sumber menyebutkan bahwa dalam mengelola Blok Rokan pasca alih kelola, Pertamina pertahankan produksi 161 sumur.

Perusahaan yang dulu berlogo kuda laut ini  berkomitmen untuk mempertahankan produksi pasca alih kelola dengan melakukan pengeboran yang telah ditetapkan dalam kurun waktu Agustus-Desember 2021 sebanyak 161 sumur yang terdiri dari 84 sumur baru dan 77 sumur eks Chevron.

Selanjutnya pada 2022 direncanakan ada tambahan kurang lebih sebanyak 500 sumur. Dengan tetap akan melanjutkan program yang telah berjalan selama ini, termasuk enhanced oil recovery (EOR) yang telah menunjang produksi migas secara signifikan.

Perusahaan itu juga dikabarkan  telah menetapkan anggaran investasi sampai 2025 sebesar lebih dari US$2 miliar mengingat wilayah Blok Rokan juga memiliki potensi unconventional migas yang dapat menunjang peningkatan produksi migas nasional.

Jawaban lain  atas pertanyaan publik menyusul potensi Blok Rokan datang dari  dua institusi berkempoten, SKK Migas dan PT Pertamina Hulu Rokan (PHR).

Kedua institusi ini  yakin melalui usaha-usaha yang akan dilakukan setelah masa alih kelola, bisa mengantarkan produksi Blok Rokan meningkat.

Namun, usaha ini membutuhkan dukungan semua pihak karena membutuhkan waktu dan usaha untuk pencapaiannya.

Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman mengatakan, pandemi Covid-19 telah memukul seluruh industri. Baca Juga: Pertamina Sebut Estafet Pengelolaan Kondusif Berdampak Positif untuk Proses Produksi Blok Rokan.

"Kinerja hulu migas yang dapat dijaga, memberikan kontribusi yang besar pada penerimaan negara yang saat ini sangat membutuhkan pembiayaan dalam penanggulangan Covid-19," kata Fatar.

Menurut dia, blok migas yang berkontribuasi paling lama di Indonesia dan masih memiliki potensi yang menarik adalah Blok Rokan. Nasib Blok Rokan tersebut telah ditentukan sejak 2018. Saat itu masih top producer sehingga proses transisi dimulai dalam waktu yang panjang.

"Maka transisi yang panjang ini dapat dilakukan secara seamless dan tidak ada kendala. Blok Rokan juga memiliki potensi cadangan dalam bentuk unkonvensional. Sumur yang paling banyak dioperasikan di Rokan, ada 10 ribu sumur, yang beroperasi saat ini sekitar 8 ribuan," ujarnya.

Menurut Fatar, strategi dalam pengelolaan blok Rokan pasca transisi untuk jangka pendek pada 2021 adalah mempertahankan produksi dan transisi yang sukses ke PHR, periode 2022-2025 adalah upaya peningkatan produksi dengan investasi yang signifikan termasuk telah berproduksinya Chemical EOR di Minas.

Sementara itu demi mencegah penurunan produksi minyak saat transisi, CPI masih melakukan pengeboran sumur di Blok Rokan. Saat ini CPI telah berhasil mengebor sumur ke-100, termasuk di antaranya 11 sumur konversi.

Budianto Renyut, Direktur Rokan CPI, mengatakan program pengeboran dimulai sejak akhir Desember 2020 lalu.

Dia mengatakan, baru-baru ini CPI telah mendapatkan tambahan rig pengeboran. Saat ini secara total ada delapan rig pengeboran yang aktif beroperasi di lapangan. Jumlah rig akan terus ditambah guna mendukung upaya pencapaian target pengeboran di Blok Rokan tahun ini.

"WK Rokan merupakan aset strategis yang penting bagi penerimaan negara dan daerah, perekonomian masyarakat, serta ketahanan energi nasional," paparnya melalui keterangan resmi perusahaan, Jumat (30/07/21).

Menurutnya, kolaborasi antara SKK Migas, CPI, dan PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) berjalan dengan baik. "Sehingga program pengeboran dapat berjalan dengan selamat dan lancar," lanjutnya.

Sebelumnya SKK Migas mencatat produksi terangkut (lifting) minyak Blok Rokan pada semester I 2021 ini rata-rata mencapai 160.646 barel per hari (bph) atau 97,4% dari target di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021 sebesar 165.000 bph

Dibagian lain, dari data olahan menyebutkan bahwa  Blok Rokan merupakan salah satu WK Migas terbesar di Indonesia. Melalui Keputusan Menteri ESDM Nomor 1923 K/10/MEM/2018, sejak tanggal 9 Agustus 2021 pukul 00.01 WIB, pengelolaan WK Rokan di Provinsi Riau beralih ke PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) setelah 80 tahun atau sejak tahun 1951 dikelola PT Chevron Pacific Indonesia (CPI).

Alih kelola itu menjadi tonggak sejarah pengelolaan hulu migas di Indonesia, karena saat ini Blok Rokan menyumbang 24 persen dari total produksi minyak Indonesia.

Blok Rokan sendiri penyumbang produksi minyak terbesar nomor 2 secara nasional itu memiliki luas wilayah 6.220,29 kilometer persegi, dengan 10 lapangan utama, yaitu Minas, Duri, Bangko, Bekasap, Balam south, Kota Batak, Petani, Lematang, Petapahan, dan Pager.

Sementara Cadangan status 1 Januari 2020, minyak 350,73 juta stock tank barrel (MMSTB), dan gas bumi 9.071 BSCF.

Sedangkan data SKK Migas Wilayah Sumbagut, cekungan Sumatera Tengah mencakup Provinsi Riau, Sumatera Utara bagian selatan, dan sebagian Provinsi Jambi. Cekungan ini dikenal sebagai salah satu penghasil sumber daya minyak dan gas bumi yang terbesar di Indonesia karena terdapat beberapa blok migas.

Empat bentukan khas dari cekungan Sumatera Tengah yaitu Tinggian Kubu (Kubu High), Bukit Barisan (Mountain Front) dan Tinggian Rokan (Rokan Uplift) serta Dataran Pantai (Coastal Plain). Upaya lainnya dalam meningkatkan produksi minyak adalah dengan transformasi R to P atau reserve to production (cadangan untuk produksi), mempercepat Chemical Enhanced Oil Recovery (EOR), dan melakukan eksplorasi agar ditemukan cadangan yang besar.

Sedangkan potensi energi fosil Riau terhitung tahun 2018, dari sektor minyak bumi punya cadangan sebanyak 2,156 juta barel. Potensi ini diperkirakan akan cukup hingga 27 tahun mendatang, jika setiap tahun produksinya hanya sekitar 80 juta barel.

Sementara untuk gas bumi, cadangan yang miliki Riau sebanyak 820,35 Billion Cubic Feet (BCF). Cadangan ini diperkirakan akan cukup hingga 51 tahun ke depan.

Hitungan Bisnis

Dari data-data diatas dapat disimpulkan bahwa Blok Rokan masih potensial untuk dieksporasi. Dengan sendrinya mementalkan tudingan atau asumsi sebagian publik di tanah air bahwa alih kelola Blok Rokan sarat dengan muatan politik.

Maklum, saat dilakukan pembukaan proposal terkait masa depan Blok Rokan  berdekatan  dengan tahun politik, Pemilihan Presiden (Pilres), anggota legislatif (Pileg) dan anggota DPD 2019 lalu.

Tudingan itu membuat Staf Khusus Menteri Energi Sumber Daya Mineral, Hadi Djuraid -dalam cuitan di Twitter- menampik adanya pertimbangan politik, termasuk tekanan publik, terkait keputusan pemerintah menyerahkan pengelolaan blok Migas kepada Pertamina.

"Parameter yang digunakan adalah ekonomi dan bisnis dalam kerangka kepentingan nasional, bukan parameter politik tekanan publik, dan lain-lain. Yang dipilih adalah proposal yang paling memberi nilai lebih dan keuntungan maksimal bagi negara," tegasnya.

Untuk yang satu ini, juru bicara PT Pertamina, Adiatma Sardjito juga angkat bicara, dia menegaskan pula bahwa pihaknya ditunjuk oleh pemerintah karena kontrak Chevron atas Blok Rokan akan berakhir.

"Dan kemudian kami diminta mengajukan proposal kepada pemerintah. Jadi Pertamina menguikuti apa yang ditetapkan pemerintah. Kami tidak terlalu paham apa yang terjadi dengan politik. Yang penting penugasan pemerintah jelas supaya kami tetap menjaga produksi dan bisa meningkatkan produksi," tegas Adiatma.

Gong penegasan bahwa alih kelola Blok Rokan dari Chevron ke Pertamina berdasarkan bisnis murni dating dari  Wakil Menteri ESDM yang kala itu dijabat Arcandra Tahar mengatakan semua aspek menjadi bahan perbandingan kedua proposal, termasuk cara-cara yang akan dilakukan untuk produksi.

Pejabat itu memastikan akan memilih yang paling menguntungkan negara. Sebagai catatan, hampir tiap tahun realisasi produksi siap jual (lifting) dari Wilayah Karya (WK) Rokan tercatat unggul dibandingkan WK lainnya.

Pertanyaan publik siapa yang bakal mengelola Blok Rokan dari tahun 2021 hingga tahun 2041 pun terjawab adalah    Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar, selasa (31/8/18) mengumumkan bahwa Pertamina akan mengelola blok dalam kurun waktu 20 tahun kedepan mulai 9 Agustus 2021.

"Setelah melihat proposal yang dimasukkan sore ini jam lima sore, maka pemerintah lewat Menteri ESDM menetapkan pengelola Blok Rokan mulai 2021 selama 20 tahun ke depan akan diberikan kepada Pertamina," kata Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar di Kantor Kementerian ESDM di  Jakarta.

Lantas apa yang membuat pemerintah menjatuhkan pilihan ke perusahaan plat merah itu? Tidakkah takut dengan intervensi Washington, misalnya?

Ternyata Pertamina dalam proposalnya lebih baik ketimbang Chevron, lanjut Arcandra Tahar, Pertamina  menjanjikan beberapa hal yang menguntungkan negara. Dengan mekanisme bagi hasil migas gross split, negara akan mendapat porsi 48 persen. "48 persen ke pemerintah, split variabel banyak sekali lapangannya setiap lapangan beda-beda ada 104 lapangan," tuturnya.

Tak hanya itu, sejumlah angka diajukan Pertamina untuk menjamin produksi minyak Blok Rokan berkesinambungan. Mulai dari komitmen kerja pasti sebesar 500 juta dolar AS atau sekitar Rp7,2 triliun. Kemudian tambahan bonus tanda tangan (signature bonus) sebesar 784 juta dolar AS atau setara dengan Rp11,3 triliun.

Bonus tanda tangan itu diserahkan sebelum penandatanganan kontrak, untuk menunjukkan kesungguhan kontraktor dalam menjalankan kegiatan eksploitasi migas di Tanah Air.

Perusahaan energi nasional tersebut juga menjanjikan potensi pendapatan untuk pemerintah RI selama 20 tahun pengelolaan Blok Rokan, hingga 57 miliar dolar AS atau sekitar Rp825 triliun.

Selain itu, Pertamina siap member bagian hak partisipasi pemerintah daerah sebesar 10 persen PI (Participating Interest). Pembagian saham itu akan diserahkan nantinya kepada BUMD yang ditunjuk pemerintah daerah.

Atas berbagai asumsi itu maka pemerintah merasa yakin bahwa keputusan memenangkan Pertamina dalam pengelolaan blok minyak seluas 6.264 kilometer persegi memang murni pertimbangan bisnis dan ekonomi.

Penunjukkan Pertamina otomatis akan menghentikan dominasi Chevron di Blok Rokan yang sudah berlangsung lama. Perusahaan asal California, Amerika Serikat (AS) ini mulai beroperasi di Sumatera, lebih dari 90 tahun yang lalu.

Ini juga menunjukkan kepercayaan pemerintah terhadap kemampuan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam mengembangkan sumur minyak terbesar di Indonesia, bahkan Asia Tenggara, dengan cadangan saat ini mencapai 1,5 miliar barel setara minyak.

Bahwa keputusan pemerintah menunjuk Pertamina untuk mengelola Blok Rokan berdasarkan prinsip bisnis murni ditegaskan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan, pejabat negara ini  mengatakan, Presiden Joko Widodo menginstruksikan pemberian pengelolaan Blok Rokan harus mengutamakan kontraktor yang akan memberikan kompensasi lebih baik kepada Pemerintah.

"Arahan Bapak Presiden, Blok Rokan mau diperpanjang atau diberikan kepada Pertamina, berdasarkan pertimbangan satu-satunya adalah pertimbangan komersial," ujar Jonan dalam keterangan tertulisnya kepada awak media.

Kerja Keras

Jika sebelumnya sejumlah analis berpendapat bahwa Blok Rokan masih potensi untuk dieksporasi, lantas ada pertanyaan menggelitik bagaimana realisasi di lapangan? Kendati terbilang prematur mengingat PT PHR baru sekitar dua bulan mengelola WK itu. Namun menurut hemat media ini tidak ada salahnya untuk diurai.

Paling tidak Deputi Perencanaan SKK Migas Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Benny Lubiantara, memproyeksikan produksi minyak di Blok Rokan, Riau sampai akhir tahun 2021 bisa mencapai 170.000 barel per hari (bph).

Menurutnya, saat ini produksi Blok Rokan masih terjaga pada tingkat yang baik, meski kontrak bagi hasil migas (Production Sharing Contract/ PSC) operator Blok Rokan saat ini, PT Chevron Pacific Indonesia, akan berakhir, Senin (9/8/21).

Jika perkiraan produksi sampai akhir tahun tersebut tercapai, maka artinya produksi Blok Rokan tahun ini bisa melampaui target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021 sebesar 165.000 bph.

"Produksi Blok Rokan sampai saat ini masih terjaga pada tingkat produksi yang baik," paparnya dolansir CNBC Indonesia, Senin (02/08/21).

Produksi yang bisa dijaga ini menurutnya karena dalam proses alih kelola Blok Rokan, ada investasi pengeboran yang cukup masif. Benny menyebut ini adalah terobosan yang sangat baik dalam upaya untuk mempertahankan produksi.

"Hal ini dapat dicapai melalui proses alih kelola yang baik dan adanya investasi pengeboran yang cukup masif pada masa transisi di mana merupakan terobosan yang sangat baik dalam mempertahankan produksi," jelasnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, dengan adanya investasi pengeboran ini, maka sampai akhir tahun produksinya bisa mencapai 170.000 bph.

"Diperkirakan dengan adanya investasi pengeboran ini, produksi Blok Rokan sampai akhir tahun diharapkan mencapai 170.000 BOPD," tuturnya.

Soal potensi Blok Rokan Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan menilai dana yang digelontorkan PT Pertamina (Persero) dalam mengambil alih ladang minyak Blok Rokan setimpal dengan potensi minyak bumi yang terkandung.

Ia menyebut Blok Rokan diperkirakan memiliki cadangan minyak sekitar 1,5 miliar-2 miliar barel. Cadangan itu setimpal dengan harga US$70 miliar atau sekitar Rp1.008 triliun yang dikeluarkan Pertamina untuk mengelola wilayah kerja minyak dan gas Rokan selama 20 tahun ke depan.

"Saya melihatnya masih cukup worth it karena informasi potensi di sana masih 1,5 miliar-2 miliar barel dan potensi masih cukup besar, tinggal bagaimana dioptimalisasi sama PHR (Pertamina Hulu Rokan)," katanya lansir CNN Indonesia.com, Selasa (10/8).

Mamit mengatakan posisi Blok Rokan yang menjadi ladang minyak terbesar kedua setelah Blok Cepu, akan membantu memenuhi target lifting minyak mentah Kementerian ESDM yang mencapai 1 juta barel per hari (BOPD) pada 2030.

Ini bisa dimaksimalkan mengingat Pertamina menargetkan akan menambah titik sumur pengeboran di Blok Rokan. Sedangkan pengelola sebelumnya, Chevron, hanya mengandalkan lapangan Minas dan lapangan Duri.

Saat ini, rata-rata produksi wilayah kerja tersebut sekitar 160,5 ribu barel per hari atau sekitar 24 persen dari produksi nasional dan 41 juta kaki kubik per hari untuk gas bumi. Angka tersebut, menurut Mamit, masih bisa dinaikkan.

Ia menyebut peran Blok Rokan masih belum signifikan dalam menekan impor minyak RI.Pasalnya, konsumsi minyak naik dan kini berkisar antara 1,4 juta-1,5 juta barel per hari, jauh dari angka produksi saat ini yang hanya berkisar 700-an ribu barel per hari.

Lebih jauh, ia menilai transisi dari Chevron ke anak usaha PT Pertamina Hulu Rokan tidak akan jadi masalah mengingat BUMN energi tersebut mengambil alih ribuan pekerja Chevron.

Dari catatan SKK Migas, rata-rata produksi minyak di Blok Rokan sekitar 160,5 ribu barel per hari pada Juli 2021. Angka itu setara dengan 24 persen dari produksi nasional dan 41 juta kaki kubik per hari untuk gas bumi.

Secara total, Blok Rokan telah menghasilkan lebih dari 11 miliar barel minyak. Jumlah tersebut terhitung dari periode 1951 hingga 2021.

Lantas, seberapa besar potensi produksi minyak di Blok Rokan dan kontribusinya terhadap target pemerintah pada 2030 mendatang?

Jawaban atas pertanyaan ini datang dari Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa memprediksi produksi minyak di Blok Rokan naik menjadi lebih dari 200 ribu-300 ribu barel per hari dalam beberapa tahun ke depan. Secara bertahap, naik menjadi 400 ribu barel per hari pada 2030-2035 mendatang sesuai target SKK Migas.

Artinya, kontribusi Blok Rokan terhadap produksi minyak nasional berpotensi semakin tinggi. Jika saat ini kontribusinya baru 24 persen, maka beberapa tahun ke depan bisa mencapai 25 persen-30 persen.

"Kalau Blok Rokan bisa memproduksi 300 ribu barel per hari pada 2030, artinya ada kenaikan hampir dua kali lipat dari sekarang. Itu bisa berkontribusi 25 persen-30 persen kalau target 1 juta barel tercapai pada 2030," ujar Fabby,  seperti dilansir CNN Indonesia, Kamis (12/8).

Kendati begitu, sambung dia, Pertamina perlu berupaya keras untuk menaikkan produksi minyak di Blok Rokan. Salah satunya dengan penerapan teknologi enhanced oil recovery (EOR).

Fabby Tumiwa juga mengatakan PHR harus bekerja keras untuk mengembalikan produksi Rokan pada puncaknya yang sempat menyentuh 300 ribu-400 ribu barel per hari.

Setelah dieksploitasi selama 97 tahun oleh Chevron, ia menyebut Pertamina perlu memaksimalkan berbagai reservoir berkualitas rendah yang selama ini tak disentuh Chevron karena masalah kualitas dan risiko.

Berdasarkan data SKK Migas, ia menyebut target lifting 400 ribu baru dapat tercapai dalam 2035 mendatang. Bila terpenuhi, ia menyebut 25 persen-35 persen dari konsumsi minyak nasional bisa dipenuhi dari Blok Rokan.

Kendati belum dalam waktu dekat, namun ia menilai potensi yang ada di Blok Rokan cukup besar. Kalau berjalan sesuai rencana Pertamina, ia memprediksikan nilai investasi yang digelontorkan bakal dapat diraup kembali oleh BUMN.

Tidaklah mengherankan jika sebagian pengamat menilai upaya menggenjot produksi minyak di Blok Rokan, jika terwujud akan menggeser Blok Cepu yang saat ini menjadi ladang minyak nomor wahid.

Fabby Tumiwa juga  memproyeksikan bahwa  Blok Rokan akan membalap jumlah produksi minyak di Blok Cepu. Saat ini, posisi Blok Rokan masih menjadi ladang minyak terbesar kedua setelah Blok Cepu.

Jumlah produksi minyak Blok Rokan baru 160 ribu barel per hari pada Juli 2021. Jumlahnya di bawah Blok Cepu yang sudah mencapai 220 ribu barel per hari pada awal Juni 2021.

"Jumlah produksi di Blok Rokan bisa naik lebih dari Blok Cepu karena Blok Cepu saat ini sudah mencapai titik puncak," ujar Fabby.

Produksi minyak di Blok Cepu, sambung Fabby, berpotensi menurun secara alamiah karena umurnya sudah cukup tua. Dengan begitu, produksi di Blok Cepu sulit dipertahankan di level seperti sekarang.

"Produksi minyak mulai decline (turun secara alamiah), tidak bisa pada tingkat produksi sekarang karena lapangan kan sudah 15 tahun," terang Fabby.

Senada, Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan kontribusi produksi minyak Blok Rokan akan besar terhadap target nasional 1 juta barel per hari pada 2030 mendatang. Pasalnya, terdapat lebih dari 100 lapangan di Blok Rokan yang belum berproduksi secara optimal.

"Chevron kemarin banyak bermain di lapangan besar seperti Minas dan Duri, sedangkan Blok Rokan ini sebenarnya ada lapangan kecil lain yang tidak terlalu digarap oleh Chevron," ungkap Mamit.

Produksi Naik

Hasil tidak akan mengkhianati usaha kata orang biak. Ungkapan klasik ini pun berlaku dalam pengelolahan yang di lakukan PT PHR. Paling tida hampir sebulan dikelola, anak perusahaan Pertamina itu berhasil Menaikkan produksi Blok Rokan.

Kabar mengembirakan ini datang dari  Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas menyebut telah terjadi peningkatan produksi di Blok Rokan setelah hampir 30 hari dikelola oleh PT Pertamina Hulu Rokan.

Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno mengatakan bahwa tingkat produksi migas di Blok Rokan saat ini berada pada level 163.000 -165.000 barel minyak per hari (barrel oil per day/BOPD). Julius menuturkan, pihaknya terus menggenjot produksi di Blok Rokan agar bisa mencapai target produksi sebanyak 175.000 BOPD hingga akhir tahun ini.

"Sudah ada kenaikan, tapi masih 1.000-2.000 BOPD. Belum terasa, tapi trennya sudah naik," katanya dilansir  Bisnis, Selasa (7/9/21).

Dia menjelaskan, produksi di Blok Rokan memang ditargetkan bisa lebih tinggi dari sebelumnya melalui sejumlah kegiatan dan ketersediaan alat yang lebih masif. Sesuai dengan hasil revisi Work, Program, and Budget (WP&B) 2021, Pertamina Hulu Rokan (PHR) akan melakukan pemboran untuk 141 sumur pada 2021.

Komitmen jumlah pemboran baru itu merupakan pengubahan dari rencana awal PHR yang hanya mengebor 84 sumur pada 2021, dan kemudian juga berkomitmen untuk melakukan program-program Chevron Pacific Indonesia (CPI) yang tidak dapat terealisasi karena kendala di lapangan menjelang akhir alih kelola. Secara total, Pertamina akan melakukan pemboran sebanyak 161 sumur, atau lebih banyak 20 sumur dari WP&B 2021.

"Sampai Desember 2021 nanti dengan sekitar 17-18 rig yang mengebor, produksi bisa sekitar 175.000-180.000 barel per hari," jelasnya.

Di lain pihak, PHR mengaku telah mendapatkan tambahan produksi sebesar 3.196 barel per hari dari upaya pengeboran yang dilakukan di Blok Rokan setelah alih kelola pada 9 Agustus 2021.

Direktur Utama Pertamina Hulu Rokan Jaffe A. Suardin mengatakan bahwa pihaknya telah berhasil melakukan pemboran 10 sumur sejak alih kelola Blok Rokan dilakukan. Hingga 23 Agustus 2021 tercatat ada dua rig pengeboran yang sedang moving ditambah dengan satu rig yang sedang persiapan pengeboran di Blok Rokan.

Dari jumlah sumur tersebut, ada delapan sumur dengan tingkat produksi yang juga melebihi target. Total produksi delapan dari 10 sumur yang sudah dibor sebanyak 3.196 BOPD dari 2.000 BOPD yang direncanakan," ujar Jaffee.

Alih-alih atas keberhasilan mempertahankan produksi Blok Rokan bahkan sebaliknya meningkat PT PHR, telah melakukan dua kali pengapalan minyak mentah dengan jumlah 350.163 barel minyak pada Sabtu (14/08/21), atau enam hari setelah resmi mengelola Blok Rokan pada 9 Agustus 2021.

Nantinya minyak mentah ini akan diolah di kilang bahan bakar minyak (BBM) milik Pertamina.

Jaffee Arizon Suardin mengatakan, pengapalan perdana minyak mentah ini menunjukkan bahwa alih kelola Blok Rokan dari PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) ke PHR berjalan dengan lancar.

"Pengapalan untuk penggunaan domestik ini juga merupakan wujud dukungan terhadap pemenuhan kebutuhan energi dalam negeri," paparnya melalui keterangan resmi perusahaan.

Pengapalan dilakukan dari Dermaga Dumai yang merupakan terminal utama untuk lifting minyak mentah di Blok Rokan. Pengapalan minyak mentah ini dilakukan kedua kapal secara bersamaan.

Pengapalan pertama berupa Sumatran Light Crude, dengan volume mencapai 199.777 barel, menggunakan kapal tanker MT Bull Damai 1 dengan tujuan kilang Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap, Jawa Tengah.

Sedangkan pengapalan kedua berupa Duri Crude, dengan volume 150.386 barel, menggunakan kapal tanker MT Amarin Indah, dengan tujuan kilang Pertamina RU VI Balongan, Indramayu, Jawa Barat.

Seperti diletahui Sumatran Light Crude (SLC) adalah minyak mentah yang diproduksi dari lapangan-lapangan seperti Minas, Bangko, Bekasap, dan Kota Batak. SLC memiliki karakteristik minyak ringan dengan kadar belerang rendah.

Sedangkan Duri Crude (DC) adalah minyak mentah yang diproduksi dari Lapangan Duri yang memiliki karakteristik minyak berat (heavy oil). Minyak berat memiliki sifat kental dengan tingkat kepekatan tinggi sehingga diperlukan teknologi injeksi uap (steam flood) untuk mengangkat lebih banyak minyak dari perut bumi.

Produksi minyak mentah dari Blok Rokan akan dialokasikan ke kilang-kilang minyak dalam negeri milik Pertamina, seperti RU II Dumai, RU III Plaju, RU IV Cilacap, RU V Balikpapan dan RU VI Balongan.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji menyebut transisi Blok Rokan dari Chevron ke Pertamina ini berjalan mulus dan tidak mengganggu produksi minyak.

Dengan demikian, tak ayal proses pengalihan operator Blok Rokan ini akan dijadikan model panutan (role model) untuk skema pengalihan operator blok migas lainnya di masa mendatang.

Tutuka mengatakan, sembilan isu utama dari proses transisi blok ini berjalan baik hingga 100 persen. Hal ini juga termasuk proses pengalihan Teknologi Informasi (IT), perizinan, serta lebih dari 2.000 tenaga kerja yang dipindahkan dari PT Chevron Pacific Indonesia ke PHR. Seperti diketahui, Pertamina menyebut 2.689 karyawan Chevron telah bergabung menjadi karyawan PHR.

"Sampai proses transisi kemarin berjalan mulus karena kedua belah pihak melaksanakan transisi dengan seamless (mulus), kita lihat berjalan mulus. Tapi menuju sana banyak hal yang dilakukan, ada sembilan item yang dibahas dan alhamdulillah berjalan lancar," ungkapnya dilansir CNBC Indonesia.

Seperti diketahui, untuk mengelola Blok Rokan pasca alih kelola dari Chevron, Pertamina telah menyiapkan dana lebih dari US$2 juta untuk mendorong produksi minyak dan gas hingga 2025 mendatang. Perusahaan itu berencana mengebor 161 sumur minyak di Blok Rokan sampai akhir 2021.

Selanjutnya,  Pertamina melalui anak perusahannya PT PHR akan mengebor 500 sumur pada 2022.  Hal ini untuk mendukung target pemerintah mencapai produksi minyak 1 juta barel per hari pada 2030 mendatang.

Sebelumnya pemerhati minyak Kota Dumai Bambang Irawan ST menilai apa yang dilakukan PT PHR sudah tepat, yakni melakukan optimalisasi, yakni mempertahankan apa yang ada. Bahkan sebaliknya jika memungkinkan meningkatkannya.

"Salah satu intinya yaitu mempertahankan sumur yang sekarang dengan tetap mempertimbangkan nilai ekonomis dan penggunaan tekbologi tepat guna serta menambah tambah sumur baru," katanya.

Alumni salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta ini berpendapat PT PHR melakukan langkah cepat yakni eksplorasi sumur baru di Blok Rokan.

"Ini  untuk meningkatkan produksi minyak. Sebab, masa tersulit dari alih kelola ini yaitu saat  transisi dan saya menilai berjalan mulus, karena seperti diberitakan mass media meski beberapa bulan mengelola  sudah ada peningkatan produksi,"  katanya.

Lantas apakah alih kelola Blok Rokan dari Chevron ke Pertamina sekedar hitungan bisnis semata? Pemerhati ekonomi Kota Dumai Ilham Apanda SE berpendapat menilai ada hal yang tak kalah krusial dibalik alih kelola Blok Rokan, pertaruhan perusahaan plat merah itu dipentas dunia.

Ya, mengingat label national oil company yang disandang PT Pertamina (Persero) plus anak perusahaan membuat marwah (baca: harga diri) anak negeri dan bangsa pun dipertaruhkan

Ya, Blok Rokan menjadi saksi bagaimana wilayah yang dilalui pompa angguk dulu hanya perkampungan seiring waktu menjelma  menjadi provinsi kaya di Indonesia dengan kota-kota yang tak kalah menterengnya dari saudara mereka di pulau seberang. Setiap anggukan pompa menyedot minyak mentah dari perut bumi  adalah desahan denyut napas   rupiah atau berkah.

Ya, bagi Soleh Ujang, Joni,  Rizal dan jutaan orang yang bergerak disektor industri minyak apakah di hulu dan hilir termasuk negeri ini menjadikan tetesan emas hitam sebagai pembungkus asa  memetik rezeki untuk kehidupan yang lebih baik bagi generasi penerus bangsa, generasi  anak negeri.  (Muhammad Nizar)

Sumber Tulisan: Disarikan dari berbagai sumber dan wawancara

Share
Komentar
Copyright © 2012 - 2025 riauone.com | Berita Nusantara Terkini. All Rights Reserved.Jasa SEO SMM Panel Buy Instagram Verification Instagram Verified