Jumat, 13 Mei 2016 08:08:00

Pertamina Incar Empat WK Blok Migas

JAKARTA, NUSANTARA, - Saat ini PT Pertamina (Persero) mengincar empat wilayah kerja (WK) blok migas yakni Blok Ogan Komering, Tuban, East Kalimantan, dan Sanga-Sanga. Keempat WK tersebut akan habis masa kontrak pada 2018.
 
Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Vice President Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro di Jakarta.
 
Wianda menjelaskan, Pertamina diperbolehkan mengajukan permohonan kepada Kementerian ESDM untuk mengakuisisi blok-blok migas yang akan habis masa kontrak, sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 35 Tahun 2004 pasal 28.
 
Menurut dirinya, Pertamina juga diizinkan mengajukan permohonan terlebih dahulu sebelum Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).
 
Sebelumnya, Pertamina sudah melayangkan surat permohonan untuk dapat melanjutkan pengelolaan di dua blok migas yakni Blok Tuban dan Blok Ogan Komering. Saat ini Blok Tuban dikelola Pertamina Hulu Energi (PHE) bersama Petrochina, sedangkan Blok Ogan Komering dikelola bersama (Joint Operating Body/JOB) oleh PHE dan Talisman.
 
“Blok Ogan Komering dan Blok Tuban, suratnya sudah kami ajukan ke Menteri ESDM awal 2016,” ujarnya.
 
Wianda mengungkapkan, Blok Ogan Komering saat ini mampu berproduksi mencapai 3.000 barel setara minyak per hari dengan potensi cadangan masih sekitar 2 juta metrik barel setara minyak. Sedangkan, Blok Tuban saat ini mampu berproduksi 4.000 barel setara minyak per hari dengan potensi cadangan 4 juta metrik barel setara minyak.
 
Selain itu, lanjutnya, untuk Blok East Kalimantan yang saat ini dikelola oleh Chevron Pacific Indonesia, Pertamina mendapati bahwa Chevron sudah menyatakan tidak akan mengajukan perpanjangan kontrak untuk blok tersebut.
 
Hal ini memunculkan minat Pertamina untuk mengelola blok dengan kapasitas produksi sekitar 18.000 barel setara minyak per hari itu. “Kontraktor lama sudah menyatakan tidak berminat pada East Kalimantan. Pertamina telah mengajukan kepada pemerintah untuk mengkaji secara teknis dan komersial blok itu,” tuturnya.
 
Sebagai informasi, Blok Sanga-sanga yang saat ini dikelola Vick memiliki kapasitas produksi 39.000 barel setara minyak per hari. Pertamina mengincar Blok Sanga-sanga dan Blok East Kalimantan lantaran lokasinya dekat dengan Blok Mahakam yang akan dioperasikan pada 2018. Dengan demikian, biaya operasional berpotensi ditekan.
 
“Posisinya di Kaltim, bisa kita integrasikan dengan Blok Mahakam. Minyaknya bisa diolah di kilang Balikpapan. Semuanya masih 1 kawasan. Ada kilang LNG Badak, ada kilang pengolahan Balikpapan. Kalau kita bisa integrasikan fasilitas pendukungnya, itu menimbulkan efisiensi,” pungkasnya. (et/net/*).
 
Share
Berita Terkait
  • 5 bulan lalu

    Netizen Kuliti Harta Kekayaan Pegawai Pertamina yang Viral Ludahi Wanita dan Parkir HRV di Tengah Jalan Punya Rp2,2 Miliar

    JAKARTA - Viral di media sosial seorang pria bernama Arie Febriant yang memarkir mobil sembarangan ketika membeli gorengan di pinggir jalan merupakan karyawan PT Kila
  • tahun lalu

    PT Pertamina Hulu Rokan Sewa Kantor Mahal di Jakarta, Ahok: Ngapain Sewa Kantor di Jakarta Rp382 Miliar?

    NASIONAL, BISNIS, - Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok ingin seluruh kantor anak usaha Pertamina pindah ke wilayah operasional sesuai denga

  • tahun lalu

    Kalau Malam api obor kilang Pertamina Dumai sering membesar, Warga Merekam

    RIAU, DUMAI, - Warga Dumai merekam video pemandangan api obor di areal kilang minyak PT Pertamina RU II yang membesar dan mengeluarkan asap hitam pekat ke udara dengan suara kob

  • tahun lalu

    Usai Geger Ledakan Kilang Pertamina, PT KPI RU Dumai Gelar Buka Puasa Bersama Camat Dumai Timur dan Jajaran-nya

    RIAU, Dumai, - Dalam rangka mempererat jalinan tali silaturahmi antara perusahaan dengan stakeholder, PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) Refinery Unit (RU) Dumai menggel

  • Komentar
    Copyright © 2012 - 2024 riauone.com | Berita Nusantara Terkini. All Rights Reserved.Jasa SEO SMM Panel Buy Instagram Verification Instagram Verified