- Home
- Kilas Global
- Pertemuan Kim Jong Un-Trump Bak Pertemuan Selebritas
Selasa, 12 Juni 2018 04:02:00
Pertemuan Kim Jong Un-Trump Bak Pertemuan Selebritas
JAKARTA - Mata dunia seolah sedang bersiap menyorot pertemuan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Singapura. Namun pertemuan itu dianggap bak pertemuan selebritas dan tak perlu terlalu berharap dari hasil pertemuan itu.
"Kita apresiasi bahwa mereka akhirnya bisa bertemu. Namun kita tidak bisa berharap terlalu banyak soal pertemuan itu. Itu bak pertemuan selebritas," kata juru kampanye Kelompok Internasional untuk Pemusnahan Senjata Nuklir (ICAN), Muhadi Sugiono, direlis detikcom, Senin (11/6/2018).
ICAN (The International Campaign to Abolish Nuclear Weapons) merupakan organisasi yang meraih Nobel Perdamaian pada 2017, karena dianggap berperan besar dalam menyukseskan perjanjian antisenjata nuklir global.
Lebih lanjut, Muhadi menilai pertemuan yang bakal digelar di Hotel Capella, Pulau Sentosa, itu tak punya tujuan yang terlalu jelas. Malah pertemuan itu berpotensi hanya dimanfaatkan untuk kepentingan citra diri serta posisi tawar Trump dan Kim di mata dunia.
"Donald Trump dan Jong Un sadar bahwa pertemuan ini akan meningkatkan 'rating' mereka di mata dunia. Ini untuk kepentingan personal mereka sendiri, karena mereka datang ke Singapura tidak dengan agenda yang jelas," kata Muhadi.
Ketidakjelasan itu dia simpulkan dari pernyataan Trump di sela pertemuan G-7 di Quebec, Kanada, bahwa pertemuan dengan Jong Un bisa saja sangat singkat dan dia tak mau membuang-buang waktu. Ketidakjelasan ini juga dia nilai dari temperamen kedua tokoh dunia yang tidak stabil.
Pertemuan Perlu Ditindaklanjuti
Muhadi, yang juga dosen Hubungan Internasional UGM, menilai pertemuan Trump dan Kim ini tak boleh berakhir begitu saja tanpa tindak lanjut yang konkret. Dunia berharap denuklirisasi, pelucutan senjata nuklir, betul-betul bisa terwujud.
"Permasalahan denuklirisasi di Semenanjung Korea lebih sulit daripada sekadar pertemuan pemimpin AS dan Korea Utara," kata Muhadi.
Upaya denuklirisasi harus dilanjutkan dengan pelibatan banyak negara, yakni China, Jepang, Rusia, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Korea Utara sendiri (Six Party Talk), plus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
"Pertemuan ini harus ditindaklanjuti dengan proses multilateral," kata dia.
Dilansir Channel News Asia, isu yang akan dibahas Trump dan Jong Un adalah soal denuklirisasi juga. Selain itu, mereka akan membahas penjagaan perdamaian dunia yang permanen di Semenanjung Korea dan pembentukan hubungan baru Korea Utara-AS.
ICAN mendorong agar Jong Un dan Trump menyepakati Traktat Pelarangan Senjata Nuklir alias TPNW (Treaty on the Prohibition of Nuclear Weapons). TPNW adalah instrumen legal yang disepakati punya sifat adil dalam menangani krisis senjata nuklir di dunia.
TPNW diadopsi oleh PBB pada 7 Juli 2017 setelah melalui negosiasi. Hingga kini sudah ada 59 negara yang menandatangani TPNW, meski banyak yang belum menandatangani, termasuk Amerika Serikat dan Korea Utara, juga negara-negara pemilik senjata nuklir.
"Untuk mengatasi krisis di Semenanjung Korea, itu bisa dilakukan dengan memanfaatkan TPNW yang telah diadopsi PBB," kata dia. (***)
Share
Komentar