- Home
- Kilas Global
- Potensi Ekonomi Kurban Triliunan Rupiah
Sabtu, 07 Oktober 2017 13:26:00
Potensi Ekonomi Kurban Triliunan Rupiah
INDUSTRY, - Hari Raya Idul Adha bukan hanya kegiatan keagamaan, namun menyimpan potensi ekonomi bernilai triliunan rupiah untuk pemberdayaan masyararakat, terutama di kawasan pedesaan.
Anggota BAZNAS, Nana Mintarti mengajak masyarakat dan panitia kurban agar menunaikan ibadah ini dengan semangat memberdayakan masyarakat. Yaitu dengan cara membeli, menyembelih dan mendistribusikan hewan kurban di pedesaan.
"Kurban di desa memiliki multiplayer efek yang sangat besar bagi kesejahteraan peternak dan masyarakat desa. Membeli, memotong dan medistribusikan daging kurban yang dilakukan di kota-kota dapat dialihkan ke desa," katanya di Jakarta, Kamis (3/8/2017).
Dengan cara ini, kata dia, perputaran roda ekonomi di pedesaan akan mampu membantu meningkatkan taraf hidup. Manfaat lain adalah peningkatan gizi masyarakat desa.
Data dari Kementerian Pertanian menyebut jumlah pemotongan ternak kecil yakni kambing dan domba sejak tahun 2011 rata-rata di atas 100 ribu ekor hewan, sedangkan jenis hewan besar seperti sapi dan kerbau sekitar 30 ribu pemotongan.
Potensi pengembangan ternak di desa sangat tinggi karena populasi hewan ternak hingga saat ini masih terkonsentrasi di desa. Dengan gerakan kurban berdayakan desa, maka para peternak ini tidak hanya sebatas mendapatkan upah dari merawat hewan ternaknya tetapi dapat dikembangkan usahanya dan disehatkan fisiknya dengan kandungan protein tinggi.
“Biasanya para peternak desa malah tidak menikmati daging ternaknya, mereka hanya menggembala, mencari rumput dan mendapat sedikit keuntungan dari kegiatan itu,” katanya.
Gerakan memberdayakan desa ini diharapkan dapat menginspirasi bukan hanya saat Hari Raya Idul Adha 1438 H nanti, namu juga seterusnya hingga terwujud peternak dan masyarakat desa yang berdaya.
BAZNAS menyiapkan pemotongan kurban di 108 titik/desa di 20 provinsi di Indonesia dengan sasaran penerima manfaat meliputi daerah miskin dan tertinggal, daerah pedalaman, belum pernah atau jarang mengkonsumsi daging, daerah program pemberdayaan peternakan BAZNAS, komunitas adat terpencil dan Mualaf. (IND/*).
Share
Berita Terkait
Komentar