- Home
- Kilas Global
- Rhenald Kasali: Daya Beli Bukan Kambing Hitam Banyaknya Ritel Tutup
Minggu, 29 Oktober 2017 12:38:00
Rhenald Kasali: Daya Beli Bukan Kambing Hitam Banyaknya Ritel Tutup
RITEL, INDONESIA, - Beberapa waktu ini masyarakat kembali di gegerkan dengan penutupan gerai usaha ritel ternama di Jakarta yakni, Lotus Departemen Store. Bisnis ritel ini menutup gerainya lantaran sepi pembeli dan harus menanggung biaya operasional yang tinggi sehingga selalu merugi.
Banyak pengamat yang mengaitkan ini dengan daya beli masyarakat yang melemah sehingga tidak lagi 'jor-joran' untuk belanja di sektor ritel. Para pengusaha yang tergabung dalam asosiasi ritel pun mengatakan ini adalah sebuah alarm bagi pemerintah agar melihat kondisi bisnis ritel yang semakin lama semakin lesu.
Namun Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia (UI), Rhenald Kasali mengungkapkan, maraknya penutupan bisnis ritel bukan karena daya beli masyarakat yang melemah tapi karena masyarakat sudah beralih pola konsumsinya ke online. Apalagi ini tidak hanya menghantam Indonesia saja tapi juga terjadi di berbagai negara lain.
"Ini tren dunia bukan di Indonesia saja. Saya membaca berita internasional, Radio Shack di AS menutup 1.643 toko, Gymboree tutup 150 toko, Walmart dan Meses pun senasib menutup cukup banyak toko. Di Hong Kong mulai diperkecil toko-tokonya, dan di Singapura mulai berubah," kata Rhenald di Jakarta, Jumat (27/10).
Menurutnya faktor digitalisasi akhirnya memunculkan toko-toko online yang mampu menyaingi toko ritel saat ini. Karena dengan aplikasi belanja online orang semakin mudah untuk mendapatkan barang tanpa harus bersusah-susah datang ke toko. Apalagi hal ini juga memunculkan para pengusaha baru yang berjualan tanpa harus punya toko.
"Sekarang masyarakat punya marketplace sendiri, seperti Bukalapak, Tokopedia, OLX dll. Orang dan perusahaan bisa beli apa saja lewat marketplace ini. Anak-anak muda pun demikian. Jadi ada alat-alat baru yang membuat masyarakat beralih ke sana dan tidak ke toko konvensional lagi," tuturnya.
Sayangnya, kata Rhenald, perubahan yang terjadi hingga memunculkan marketplace sendiri ini tidak ditangkap secara cepat oleh perusahaan-perusahaan ritel di Indonesia. Mereka juga baru berbenah dalam waktu dekat ini meskipun sudah cukup telat.
"Jadi ini bukan karena daya beli masyarakat, kalau daya beli melemah, uangnya tidak ada. Lihat di bank, Dana Pihak Ketiga (DPK) naik dan cadangan devisa banyak. Tapi uangnya tidak digunakan untuk belanja di toko-toko yang kelihatan, jadi Indonesia memasuki tahapan di mana lawan para pelaku usaha yang lama tidak kelihatan semua," tegas Rhenald. []
Share
Berita Terkait
Rhenald Kasali: Jangan mudah termakan hoaks
NASIONAL, - Guru Besar Universitas Indonesia Rhenald Kasali kali ini menyoroti fenomena yang terjadi di masyarakat Indonesia yang digempur oleh berita hoak
Komentar