Kamis, 18 Mei 2017 22:29:00
Sejarah Asal Usul Suku Banjar (Bagian II)
RIAUONE.COM - Keadaan geomorfologis Nusantara tempo dulu sangat berbeda, dimana telah terjadi pendangkalan lautan menjadi daratan. Hal tersebut mempengaruhi penyebaran suku-suku bangsa di Kalimantan.
Pada jaman purba pulau Kalimantan bagian selatan dan tengah merupakan sebuah teluk raksasa. Kalimantan Selatan merupakan sebuah tanjung, sehingga disebut pulau Hujung Tanah dalam Hikayat Banjar dan disebut Tanjung Negara dalam kitab Negarakertagama.
Seperti dalam gambaran Kitab Negarakertagama, sungai Barito dan sungai Tabalong pada jaman itu masih merupakan dua sungai yang terpisah yang bermuara ke teluk tersebut. Ketika orang Melayu generasi pertama yang menjadi nenek moyang suku bangsa Banjar bermigrasi ke daerah ini mereka mendarat di sebelah timur teluk tersebut, diduga di sekitar kota Tanjung, di Tabalong yang di masa tersebut terletak di tepi pantai, mereka bertetangga dengan suku Dayak Maanyan.
Suku Dayak Maanyan bermigrasi datang dari arah timur Kalimantan Tengah dekat pegunungan Meratus dan karena tempat tinggalnya dekat laut, suku Maanyan telah melakukan pelayaran hingga ke Madagaskar. Setelah berabad-abad sekarang wilayah suku Maanyan di Barito Timur sangat jauh dari laut karena adanya pendangkalan.
Sementara suku Dayak Ngaju yang bermigrasi dari datang arah barat Kalimantan Tengah, merupakan keturunan dari suku Dayak Ot Danum yang tinggal dari sebelah hulu sungai-sungai besar di wilayah tersebut. Sedangkan suku Dayak Bakumpai di wilayah Barito merupakan keturunan cabang dari suku Dayak Ngaju yang akhirnya memeluk agama Islam dan merupakan komunitas suku bangsa tersendiri.
Suku Banjar yang bertempat tinggal di daerah atas di kaki pegunungan Meratus dari kota Tanjung sampai Pelaihari merupakan kelompok Pahuluan. Kelompok Pahuluan bermigrasi ke arah hilir menuju dataran rendah berawa-rawa di tepi sungai Negara (Batang Banyu) yang telah mengalami pendangkalan. Di wilayah tersebut terbentuk kerajaan-kerajaan yang dipengaruhi agama Hindu dan Majapahit dibuktikan dengan adanya peninggalan bekas-bekas candi di Amuntai dan Margasari.
Dari wilayah Batang Banyu yaitu daerah tepian sungai Negara dari Kelua hingga muaranya di sungai Barito, suku Banjar bergerak ke hilir membentuk pusat kerajaan baru dekat muara sungai Barito yaitu kesultanan Banjarmasin, sehingga terbentuklah kelompok Banjar Kuala yang merupakan amalgamasi dari unsur-unsur Melayu, Jawa, Bukit, Maanyan, Ngaju dan suku-suku kecil lainnya. Dari wilayah Kalimantan Selatan, suku Banjar bermigrasi ke wilayah lainnya di Kalimantan.
Migrasi suku Banjar (Batang Banyu) ke Kalimantan Timur terjadi tahun 1565 yaitu orang-orang Amuntai yang dipimpin Aria Manau dari Kerajaan Kuripan (Hindu) yang merupakan cikal bakal berdirinya Kerajaan Sadurangas ( Pasir Balengkong) di daerah Pasir, selanjutnya suku Banjar juga tersebar di daerah lainnya di Kalimantan Timur.
Sedangkan migrasi suku Banjar (Banjar Kuala) ke Kalimantan Tengah terutama terjadi pada masa pemerintahan Sultan Banjar IV yaitu Raja Maruhum atau Sultan Mustainbillah (1650-1672), yang telah mengijinkan berdirinya Kerajaan Kotawaringin dengan rajanya yang pertama Pangeran Adipati Antakusuma.
Sedangkan migrasi suku Banjar ke wilayah Barito, Kalimantan Tengah terutama pada masa perjuangan Pangeran Antasari melawan Belanda sekitar tahun 1860-an. Suku-suku Dayak di wilayah Barito mengangkat Pangeran Antasari (Gusti Inu Kartapati) sebagai raja dengan gelar Panembahan Amiruddin berkedudukan di Puruk Cahu (Murung Raya), setelah mangkat beliau dilanjutkan oleh putranya yang bergelar Sultan Muhammad Seman.(net)
Share
Berita Terkait