- Home
- Kilas Global
- Sejarah Nasional, Peristiwa G30S/PKI: Berikut Sejarah dan Kronologi beserta Tokohnya
Minggu, 01 Oktober 2023 06:25:00
Sejarah Nasional, Peristiwa G30S/PKI: Berikut Sejarah dan Kronologi beserta Tokohnya
NASIONAL, - Peristiwa Gerakan 30 September 1965 yang melibatkan Partai Komunis Indonesia menewaskan sejumlah perwira TNI AD dan petugas polisi. Tujuh perwira TNI dibunuh lalu dimasukkan ke dalam sumur Lubang Buaya di Jakarta Timur. Peristiwa kelam dalam sejarah Indonesia ini melibatkan pasukan pengawal presiden Cakrabirawa dan PKI.
Berikut ini sejarah, kronologi, dan tokoh yang terlibat dalam peristiwa tersebut: Sejarah G30S/PKI Peristiwa G30S/PKI berawal saat mereka yang menyebut dirinya Gerakan 30 September melakukan aksi penculikan terhadap sejumlah perwira tinggi Angkatan Darat. Sejumlah perwira itu dijemput paksa pada malam tanggal 30 September hingga 1 Oktober 1965 pagi.
Mereka juga berupaya menculik Menko Hankam Kasab Jenderal AH Nasution, namun Nasution berhasil melarikan diri. Sayangnya anak perempuan Nasution yang berusia lima tahun, Ade Irma Suryani Nasution, dan ajudan Lettu Pierre Tendean harus menjadi korban.
Menguasai RRI
Selain melakukan penculikan sejumlah perwira TNI AD, pasukan yang berada di bawah komando Letkol Untung itu juga sempat menguasai Radio Republik Indonesia (RRI). Melalui siaran radio, mereka mengumumkan tentang pembentukan Dewan Revolusi Indonesia dan Kabinet Dwikora yang dibentuk Bung Karno dinyatakan demisioner. Selain itu semua pangkat ketentaraan di atas letkol dinyatakan tidak ada lagi.
Mereka berdalih hendak menyelamatkan Republik Indonesia dari apa yang disebut Dewan Jenderal. Menurut mereka Dewan Jenderal merupakan gerakan subversif dan disponsori oleh CIA serta bermaksud menggulingkan pemerintahan Sukarno. Tetapi penguasaan RRI pusat oleh pasukan Letkol Untung tak berlangsung lama. Sebab pada 1 Oktober 1965 sore, pasukan Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD) berhasil mengambil alih RRI.
Operasi kudeta Letkol Untung Dikutip dari Kompas.com (30/9/2021), Komandan Batalyon I Resimen Tjakrabirawa Letkol (Inf) Untung Samsoeri yang memimpin kudeta menuju Lubang Buaya untuk inspeksi pada 1 Oktober 1965. Kudeta ini awalnya diberi nama Operasi Takari namun kemudian diubah menjadi Gerakan 30 September agar tak berbau militer.
Menurut Untung, Ketua Central Comitte Partai Komunis Indonesia (PKI) DN Aidit memerintahkannya agar pelaksanaannya ditunda menjadi 1 Oktober 1965 sampai pasukan siap dan lengkap. Awalnya mereka akan menculik Mantan Wakil Presiden Mohammad Hatta namun kemudian nama Hatta dicoret untuk menyamarkan kudeta sebagai konflik internal. Dalam pelaksanaan kudeta, Untung membagi sejumlah tim eksekutor untuk melakukan aksi penculikan.
Berikut daftar pasukannya:
Satgas Pasopati pimpinan Letnan I (Inf) Abdul Arief dari Resimen Tjakrabirawa bertugas menangkap tujuh jenderal yang jadi sasaran. Satgas Bimasakti dipimpin Kapten (Inf) Soeradi Prawirohardjo dari Batalyon 530/Brawijaya, bertugas mengamakan ibu kota dan menguasai kantor Pusat Telekomunikasi dan Studio RRI Pusat. Satgas Pringgodani di bawah kendali Mayor (Udara) Soejono, bertugas menjaga basis dan wilayah di sekeliling Lubang Buaya, yang rencananya akan jadi lokasi penyanderaan para jenderal.
Setelah lokasi Lubang Buaya siap, Untung dan bawahannya Kolonel (Inf) Latief bergerak ke Gedung Biro Perusahaan Negara Aerial Survey (Penas) di Jalan Jakarta By Pass (kini Jalan Jend. A Yani), Jakarta Timur. Gedung itu biasa disewa Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI), namun malam itu Soejono telah menyiapkan Gedung Penas sebagai Central Komando (Cenko) I untuk memantau jalannya operasi penangkapan para jenderal.
Operasi penculikan di bawah komando Untung direncanakan secara serampangan karena banyak yang seharusnya terlibat, tetapi tidak datang saat peristiwa berlangsung. Selanjutnya pada 1 Oktober 1965 pukul 03.30 pasukan terakhir diberangkatkan dari Lubang Buaya.
Sampai di kediaman Ahmad Yani di Jalan Lembang, Menteng, Jakarta Pusat, para anggota tim tersebut kemudian meminta Ahmad Yani ikut dengan alasan akan dibawa ke hadapan presiden. Kala itu, Yani meminta waktu untuk mandi dan berganti pakaian, namun permintaan itu ditolak.
Yani akhirnya menampar salah satu prajurit dan mencoba menutup pintu rumahnya. Namun, salah satu prajurit melepaskan tembakan dan mengenai Yani hingga tewas. Kemudian pada pukul 04.00 rumah Menteri Koordinator Pertahanan Keamanan Jenderal Abdul Haris Nasution terdengar suara kendaraan dan bunyi tembakan.
Putri Ade Irma yang saat itu digendong oleh kakaknya tertembak. Selain Ade Irma, ajudan Nasution, Kapten Czi. Pierre Andries Tendean juga tewas ditembak karena dikira Nasution. Nasution sendiri berhasil menyelamatkan diri dengan memanjat tembok belakang.
Evakuasi dari Lubang Buaya
Dikutip dari Kompas.com (27/9/2022) penemuan korban peristiwa G30S PKI tidak lepas dari peran Sukitman, anggota kepolisian yang sempat dibawa paksa ke Lubang Buaya oleh kelompok G30S pada 1 Oktober 1965 namun, dia berhasil meloloskan diri. Ketujuh korban kemudian ditemukan oleh satuan Resimen Para Anggota Komando Angkatan Darat (RPKAD) di kawasan hutan karet Lubang Buaya.
Jenazah itu ditemukan di sumur tua dengan kedalaman kurang lebih 12 meter. Saat ditemukan, sumur tua itu ditimbuni dedaunan, sampah kain, dan batang-batang pisang.
Berikut ini nama-nama korban tewas peristiwa G30S/PKI:
Letnan Jenderal Anumerta Ahmad Yani Mayor Jenderal Raden Soeprapto Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono Mayor Jenderal Siswondo Parman Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan Brigadir Jenderal Sutoyo Siswodiharjo Lettu Pierre Andreas Tendean. Proses pengangkatan dimulai pada Minggu, 3 Oktober 1965 dan selesai diangkat pada Senin, 4 Oktober 1965 menggunakan tabung zat asam oleh evakuator.
Kemudian, sekitar pukul 19.00, jenazah-jenazah tersebut ditempatkan di Aula Departemen Angkatan Darat di Jalan Merdeka Utara. Ketujuh perwira itu dikebumikan di Taman Makan Pahlawan (TMP) Kalibata pada 5 Oktober 1965, bertepatan dengan Hari Ulang Tahun ke-20 Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.
Tokoh yang terlibat dalam Peristiwa G30S/PKI 1. Dipa Nusantara Aidit D.N. Aidit atau Dipa Nusantara Aidit merupakan sosok yang diduga sebagai otak di balik peristiwa G30S. Sebagai Ketua Umum Comite Central (CC) PKI, Aidit menjadikan PKI sebagai partai komunis ketiga terbesar di dunia. Namun, setelah peristiwa G30S, ia dituding sebagai dalang peristiwa nahas itu sehingga kemudian ditangkap di rumah persembunyiannya di Solo.
Aidit lalu dieksekusi di sebuah sumur tua di Boyolali, Jawa Tengah. 2. Sjam Kamaruzaman Selain Aidit, Sjam Kamaruzaman diduga mempunyai peran dalam peristwa G30S. Ketua Biro Khusus PKI ini juga dicurigai sebagai dalang G30S. Biro Khusus yang dipimpinnya merupakan organisasi rahasia PKI yang diduga merancang kudeta dengan menyusup dan memengaruhi kelompok tentara berhaluan kiri. Setelah peristiwa G30S, Sjam kemudian tertangkap di Cimahi pada 9 Maret 1967.
Ia kemudian mengakui perannya di pengadilan dan dieksekusi pada 1986. 3. Letkol Untung Letnan Kolonel Untung Syamsuri, Komandan Batalyon KK I Cakrabirawa, menjadi tokoh kunci di balik peristiwa G30S. Pengawal Presiden Sukarno ini diduga sebagai penggerak pasukan Cakrabirawa untuk melakukan penculikan dan pembunuhan terhadap tujuh jenderal militer pada peristiwa G30S. Setelah sempat melarikan diri, Letkol Untung tertangkap di Brebes, Jawa Tengah dan dieksekusi mati pada 1966. sc:https://kmp.im/app6