• Home
  • Kilas Global
  • Tersangka Akui Beri Uang ke Dirjen Hubla Non Aktif Terkait Proyek Pelabuhan Semarang
Rabu, 30 Agustus 2017 11:32:00

Tersangka Akui Beri Uang ke Dirjen Hubla Non Aktif Terkait Proyek Pelabuhan Semarang

NUSANTARA, - Komisaris PT Adhi Guna Keruktama (AGK) Adiputra Kurniawan mengakui memberikan uang suap kepada Direktur Jenderal Perhubungan Laut (Hubla) nonaktif Antonius Tonny Budiono terkait dengan pekerjaan pengerukan di Pelabuhan Tanjung Mas Semarang.
 
"Cuma yang ATM. Yang lainnya itu bukan saya," kata Kurniawan seusai diperiksa sebagai tersangka di gedung KPK, Jakarta, Selasa (27/8/2017)
 
KPK telah menetapkan Antonius Tonny Budiono (ATB) dan Adiputra Kurniawan (APK) sebagai tersangka dugaan tindak pidana korupsi suap terkait perizinan dan pengadaan proyek-proyek di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut (Hubla) Tahun Anggaran 2016-2017.
 
Lebih lanjut, ia pun mengakui bahwa perusahaannya itu memang mengerjakan proyek pengerukan di Pelabuhan Tanjung Mas.
 
"Ya," kata Kurniawan singkat.
 
Ia pun juga mengakui mengenal dengan seorang pengusaha bernama Yongki.
 
"Benar," jawab Adiputra.
 
Sebelumnya, Tonny juga sempat menyebut nama Yongki sebagai orang yang memberikan uang suap kepada dirinya.
 
"Kalau yang saya kenal bukan Pak Kurniawan, yang saya kenal namanya Yongki. Saya hanya tahu orangnya tetapi tidak tahu perusahaannya," kata Tonny di gedung KPK, Jakarta, Jumat (25/8) dini hari.
 
Dalam penyidikan kasus suap itu, KPK telah merinci jumlah uang yang berada di dalam 33 tas saat operasi tangkap tangan terhadap Tonny.
 
Uang yang ditemukan KPK pada operasi tangkap tangan di lokasi kediaman tersangka ATB di Mess Perwira Ditjen Hubla, yaitu 479.700 dolar AS, 660.249 dolar Singapura, 15.540 poundsterling, 50.000 dong Vietnam, 4.200 euro, dan 11.212 ringgit Malaysia. Sementara, dalam mata uang rupiah sekitar Rp5,7 miliar.
 
KPK menetapkan dua tersangka dugaan tindak pidana korupsi suap terkait perizinan dan pengadaan proyek-proyek di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut (Hubla) Tahun Anggaran 2016-2017.
 
"Setelah pemeriksaan awal yang dilanjutkan gelar perkara, disimpulkan adanya dugaan tindak pidana korupsi penerimaan hadiah atau janji terkait perizinan dan pengadaan proyek-proyek barang dan jasa di lingkungan Ditjen Perhubungan Laut Tahun Anggaran 2016-2017 yang diduga dilakukan oleh Dirjen Perhubungan Laut Antonius Tonny Budiono (ATB)," kata Wakil Ketua KPK Basaria Panjaitan saat konferensi pers di gedung KPK, Jakarta, Kamis (24/8) malam.
 
KPK meningkatkan status penanganan perkara ke penyidikan sejalan dengan penetapan dua orang tersangka, yaitu Antonius Tonny Budiono (ATB) dan Komisaris PT Adhi Guna Keruktama (AGK) Adiputra Kurniawan (APK).
 
Lebih lanjut, Basaria menyatakan dari kegiatan operasi tangkap tangan yang dilakukan pada 23-24 Agustus 2017, KPK mengamankan sejumlah uang dan kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM).
 
Pertama, empat kartu ATM dari tiga bank penerbit yang berbeda dalam penguasaan ATB.
 
Kedua, 33 tas berisi uang dalam pecahan mata uang rupiah, dolar AS, poundsterling, euro, ringgit Malaysia senilai total Rp18,9 miliar berupa "cash" dan dalam rekening Bank Mandiri terdapat sisa saldo Rp1,174 milir.
 
"Sehingga total uang yang ditemukan di Mess Perwira Dirjen Hubla adalah sekitar Rp20 miliar," kata Basaria.
 
Diduga, kata Basaria, pemberian uang oleh APK kepada ATB terkait dengan pekerjaan pengerukan Pelabuhan Tanjung Mas Semarang.
 
Menurut Basaria, KPK mengungkap modus yang relatif baru dalam operasi tangkap tangan kali ini karena penyerahan uang dilakukan dalam bentuk ATM.
 
"Rekening dibuka oleh pemberi menggunakan nama pihak lain atau diduga fiktif selanjutnya pemberi menyerahkan ATM pada pihak penerima. Kemudian pemberi menyetorkan sejumlah uang pada rekening tersebut karena bertahap dan penerima menggunakan ATM dalam berbagai transaksi," ucap Basaria.
 
Sebagai pihak yang diduga pemberi, APK disangkakan melanggar disangkakan melanggar pasal 5 ayat 1 huruf atau huruf b atau pasal 13 UU No. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo pasal 55 ayat-1 ke-1 KUHP.
 
Pasal itu yang mengatur mengenai memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya.
 
Ancaman hukuman minimal 1 tahun penjara dan maksimal 5 tahun penjara dan denda paling sedikit Rp50 juta dan paling banyak Rp250 juta.
 
Sedangkan sebagai pihak yang diduga penerima, ATB disangkakan melanggar Pasal 12 huruf a atau pasal 12 huruf b atau pasal 11 UU No 31 Tahun 1999 yang diubah dengan UU No 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
 
Pasal itu mengatur mengenai pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya dengan hukuman minimal 4 tahun penjara dan maksimal 20 tahun penjara dan denda paling sedikit Rp200 juta dan paling banyak Rp1 miliar.
 
KPK pun telah menahan dua tersangka itu untuk 20 hari pertama.
 
ATB ditahan di Rumah Tahanan Klas I Jakarta Timur Cabang KPK Pomdam Jaya Guntur dan APK ditahan di Polres Jakarta Timur. (Ant)
Share
Berita Terkait
  • 7 tahun lalu

    Dirjen Hubla Bayar Rp150 Juta ke Paspampres Setiap Jokowi Hadiri Acara

    JAKARTA, NASIONAL, - Mantan Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Antonius Tonny Budiono mengaku menggunakan uang suap yang ia terima untuk berbagai hal. Salah satunya untuk
  • 7 tahun lalu

    KPK Sita Rp20 Miliar Hasil Operasi OTT Dirjen Hubla

    NUSANTARA, - Komisi Pemberantasan Korupsi merinci jumlah uang yang berada di dalam sebanyak 33 tas saat operasi tangkap tangan terhadap Direktur Jenderal Perhubungan Laut A
  • 7 tahun lalu

    KPK: Dirjen Perhubungan Laut dan Komisaris PT Adhi Guna Tersangka Kasus Pengadaan Proyek

    NUSANTARA, - Komisi Pemberantasan Korupsi menyatakan bahwa belum ada informasi pengajuan menjadi "justice collaborator" (JC) dari Direktur Jenderal Perhubungan La
  • Komentar
    Copyright © 2012 - 2024 riauone.com | Berita Nusantara Terkini. All Rights Reserved.Jasa SEO SMM Panel Buy Instagram Verification Instagram Verified