Rabu, 11 April 2018 15:42:00

Utang global menembus rekor baru US$ 237 triliun

WASHINGTON, DUNIA,- Utang global makin menggunung dan mencetak rekor tertinggi pada kuartal IV 2017 lalu yakni mencapai US$ 237 triliun. Analisis Institute of International Finance (IIF) mencatat, utang tersebut lebih tinggi US$ 70 triliun dari dekade sebelumnya.
 
Di antara negara maju, persentase utang negara terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai level tertinggi di beberapa negara seperti Belgia, Kanada, Prancis, Luksemburg, Norwegia, Swedia dan Swiss. Itu merupakan sinyal yang mengkhawatirkan di tengah tingkat suku bunga mulai naik secara global.
 
Irlandia dan Italia adalah negara yang rasio utang negaranya terhadap PDB masih di bawah 50%. Meski begitu, rasio utang terhadap PDB turun di kali kelima secara kuartalan berturut-turut seiring pertumbuhan ekonomi dunia yang terakselerasi.
 
Menurut IIF, rasio utang saat ini sekitar 317,8% dari PDB atau 4 poin di bawah titik tertinggi di kuartal ketiga 2016. Adapun di antara pasar negara berkembang, utang rumah tangga terhadap PDB Korea Selatan mencapai paritas di level 94,6%.
 
Di kuartal sebelumnya (kuartal III 2017) utang global tercatat US$ 233 triliun. Menurut IIF, pertumbuhan ekonomi dunia yang kuat itu berarti pula rasio utang terhadap PDB menurun.
 
Perusahan finansial yang berbasis di Washington DC ini menyebutkan dalam analisisnya bahwa total utang global di kuartal III 2017 telah meningkat sebesar US$ 16 triliun dibandingkan akhir 2016.
 
Utang jatuh tempo
 
Data itu mengacu pada total utang yang ditanggung oleh pemerintah, sektor keuangan dan korporasi non-keuangan.
 
Namun, China yang menjadi negara dengan pertumbuhan utang baru terbesar di pasar negara berkembang, terlihat laju utangnya melambat. Utang China naik 2 poin secara persentase di tahun lalu menjadi 294% dari PDB, dibandingkan dengan peningkatan tahunan rata-rata 17 poin secara persentase dalam periode 2012 hingga 2016.
 
Namun, IIF mengingatkan, dari redemption pasar berkembang tercatat bahwa lebih dari US$ 1,5 triliun obligasi dan pinjaman sindikasi akan jatuh tempo hingga akhir 2018.
 
Menurut IIF, negara-negara seperti China, Rusia, Korea Selatan dan Brasil memiliki jadwal pembayaran utang berdenominasi dollar Amerika Serikat (AS) yang cukup berat di tahun ini. (*).
sumber: kontan.
Share
Berita Terkait
Komentar
Copyright © 2012 - 2024 riauone.com | Berita Nusantara Terkini. All Rights Reserved.Jasa SEO SMM Panel Buy Instagram Verification Instagram Verified