- Home
- Kilas Global
- Viral di Medsos Tisu Basah jadi Masker Corona, ini Penjelasan Dokter
Jumat, 06 Maret 2020 14:47:00
Viral di Medsos Tisu Basah jadi Masker Corona, ini Penjelasan Dokter
KESEHATAN, - Dampak dari kelangkaan masker di seluruh belahan dunia, termasuk di Indonesia, akibat wabah virus corona Covid-19 membuat sebagaian orang mencari 'alternatif'. Setelah belakangan viral menggunakan pakaian dalam dan kain perca, baru-baru ini viral video yang menampilkan bisa membuat masker dari tisu basah.
Banyak warganet yang mempertanyakan keamanan penggunaan tisu basah sebagai masker. Menanggapi hal tersebut, Dr. dr. Erlina Burhan, MSc, SpP(K) dari RSUP Persahabatan mengatakan tisu basah yang berbahan dasar kertas tidak akan efektif karena mudah robek.
"Kalau orangnya sakit pakai tisu basah terus orangnya bersin, ya robek. Itu nggak efektif, jangan disebarluaskan itu nggak benar. Dari sisi medis itu tidak betul," kata dr. Erlina, pada acara Konferensi Pers di Kantor Sekretariat IDI Jakarta, Kamis (5/3/2020).
Ia menyebutkan, masker yang betul adalah masker bedah yang selama ini kita gunakan dan ketahui. Masker yang baik terdiri dari dua sisi, yakni sisi luar berwarna hijau yang anti air, sehingga percikan droplet dari luar tidak akan menempel, kemudian sisi dalam berwarna putih yang akan menyerap droplet dari penggunanya.
Selain viral penggunaan tisu basah sebagai pengganti masker, baru-baru ini juga banyak pesan berantai yang menyebutkan bahwa mengonsumsi sejumlah herbal Indonesia seperti jahe, temulawak, kayu manis, dan sereh bisa menjadi salah satu cara mencegah virus corona Covid-19.
Pesan tersebut juga menganjurkan merebus beberapa rempah tersebut lalu diminum dengan khasiat sebagai antivirus yang lebih manjur. Soal ini, dr. Erlina menyebut mengonsumsi herbal atau rempah memang baik karena mengandung antioksidan, namun yang perlu diperhatikan adalah cara mengolahnya.
"Antioksidan itu memang baik. Kalau kita tidak bisa mengolahnya, asal-asalan campuran airnya, suhunya, saya khawatir bukan antioksidan yang terbentuk tapi justru jadi oksidan," imbuh dia lagi.
Sementara suplemen-suplemen herbal yang beredar, ia sebutkan banyak yang berasal dari bahan alami namun diolah dengan teknik industri yang baik sehingga produk akhirnya bisa terjaga tetap sebagai antioksidan.
Walau memang baik dan sehat, dr. Erlina mengimbau kepada masyarakat untuk tidak berlebihan menganggap bahwa mengonsumsi herbal dan rempah bisa menjadi obat dari virus corona.
"Karena sampai sekarang teknologi maju pun belum menemukan obat yang spesifik untuk anticorona. Virusnya saja baru ditemukan, kalau mau bikin obat kan ada tahapannya, fase satu, fase dua, dan lain lain," pungkasnya dilansir suara. (*).