Rabu, 01 Februari 2023 11:09:00

Wihhhh. IMF Beri Peringatan Baru ke 3 'Raksasa' Dunia

Wihhhh. IMF Beri Peringatan Baru ke 3 'Raksasa' Dunia. F/ist

DUNIA, - International Monetary Fund (IMF) membawa kabar terbaru tentang prospek ekonomi tiga negara besar di dunia; Amerika Serikat, Eropa, dan China.

IMF menyebut bahwa perkembangan ekonomi pada tiga raksasa dunia itu, perlu menjadi perhatian banyak pihak. Pasalnya apapun yang terjadi di sana, tentu akan sangat mempengaruhi ekonomi regional atau negara emerging market lainnya.

Kepala Ekonom dan Direktur Riset IMF Pierre-Olivier Gourinchas menjelaskan, pertarungan ekonomi global melawan inflasi dan perang antara Rusia dan Ukraina masih akan berlanjut di tahun ini.

Pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan tidak akan sesuram seperti outlook IMF terakhir pada Oktober 2022, yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini tumbuh 2,7%.

Dengan perkembangan terkini, seperti dibukanya kembali aktivitas perekonomian di China membuat IMF merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2023 menjadi 2,9%.

Hal tersebut disampaikan Gourinchas dalam konferensi pers World Economic Outlook Update edisi Januari 2023, Senin (31/1/2023).

"IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global pada 2022 mencapai 3,4% dan tumbuh melambat menjadi 2,9% pada 2023. Kemudian meningkat menjadi 3,1% pada 2024," ujarnya.

Kendati demikian, tiga raksasa dunia seperti Amerika Serikat (AS), Eropa, dan China menjadi perhatian tersendiri bagi IMF.

Berikut penjelasan secara lengkap IMF mengenai prospek pertumbuhan ekonomi dan hal-hal yang menjadi perhatian khusus untuk AS, Eropa, dan China. Karena apapun yang terjadi di tiga raksasa dunia ini, pada akhirnya akan berimbas terhadap rantai pasok global dan seluruh perekonomian global, baik tahun ini dan tahun mendatang. 

Amerika Serikat

Pada 2022, IMF memperkirakan, pertumbuhan di negara akan mencapai 2%. Namun pada 2023, pertumbuhan ekonomi di AS akan melambat menjadi 1,4% dan menjadi hanya 1% pada 2024.

Pertumbuhan ekonomi AS, diperkirakan akan mulai bangkit pada paruh kedua tahun 2024. Pertumbuhan pada tahun 2024 akan lebih cepat, dibandingkan dengan laju perekonomian pada kuartal III dan IV-2023

"Pertumbuhan AS tetap lebih kuat dari yang diharapkan, karena masyarakat mulai membelanjakan simpanan tabungan mereka," jelas Gourinchas sejalan dengan laporan terkini IMF Terbaru edisi Januari 2023, Senin (31/1/2023).

Selain itu, pertumbuhan ekonomi di AS yang lebih kuat juga dilihat dari prospek angka pengangguran yang mendekati titik terendah sepanjang masa, dan banyaknya kesempatan kerja untuk warga AS.

Sehingga ekspektasi inflasi di negeri Paman Sam tersebut, diperkirakan masih akan tetap tinggi. Sehingga suku bunga bank sentral masih akan tetap tinggi dalam waktu yang lebih lama.

"Di AS dan kawasan Eropa, memberi sinyal bahwa suku bunga akan tetap tinggi lebih lama," jelas Gourinchas.

Kenaikan suku bunga, dapat mengurangi likuiditas global, yang pada akhirnya dapat memperlambat pemulihan ekonomi di pasar negara berkembang.

Untuk bisnis, kredit yang lebih ketat menghasilkan biaya pinjaman yang lebih tinggi, mengurangi profitabilitas, dan insentif investasi.

Tingginya suku bunga acuan juga meningkatkan biaya kebutuhan lainnya, sehingga masyarakat akan cenderung untuk tidak membelanjakannya dan hanya akan mengeluarkan untuk kebutuhan pokoknya saja.

Kawasan Eropa

Di negara kawasan Eropa, IMF juga mencatat bahwa negara kawasan ini pada kenyataannya mampu untuk bangkit dari krisis energi, dampak dari adanya perang Rusia dan Ukraina.

Kendati demikian, prospek pertumbuhan ekonomi pada kawasan ini, justru dinilai IMF akan semakin menantang.

"Dukungan fiskal yang besar dengan kebijakan moneter yang ketat, dan gejolak perdagangan karena meningkatnya harga energi," jelas Gourinchas.

Pertumbuhan ekonomi di kawasan Eropa diproyeksikan mencapai titik terendah 0,7% pada 2023, dan akan naik menjadi 1,6% pada 2024.

Proyeksi pertumbuhan ekonomi di kawasan ini pada 2023, naik 0,2% poin dari perkiraan awal IMF. Hal tersebut dikarenakan adanya dampak kenaikan suku bunga yang lebih cepat oleh Bank Sentral Eropa, sehingga mengikis pendapatan dari sektor riil.

Di satu sisi harga komoditas energi telah turun dan adanya tambahan dukungan daya beli kepada masyarakat oleh otoritas setempat, melalui insentif fiskal.

"Eskalasi perang di Ukraina tetap menjadi sumber utama tekanan bagi Eropa dan negara-negara berpenghasilan rendah," jelas Gourinchas.

China

Pembukaan kembali aktivitas pasca memberlakukan lockdown selama tiga tahun di China, juga menjadi perhatian khusus bagi IMF.

Pasalnya, dengan dibukanya kembali ekonomi di China akan kembali meningkatkan angka penawaran dan permintaan barang-barang baku industri.

Permintaan komoditas dunia diperkirakan akan mendongkrak harga dan meningkatkan kembali angka inflasi.

Gourinchas menuturkan pemulihan ekonomi China setelah pembukaan kembali lockdown dapat mengalami 'kemacetan' akibat disrupsi ekonomi yang lebih besar dari ekspektasi.

"Akibat dari gelombang infeksi Covid-19 atau akibat peningkatan tajam dari ekspektasi slow down di sektor properti," ujarnya.

Pada pertengahan Januari 2023, hampir 40.000 kematian mingguan Covid dilaporkan dan lebih dari setengahnya berasal dari China, di mana jumlah sebenarnya pasti jauh lebih tinggi dibandingkan data yang dikeluarkan otoritas terkait.

Sementara itu, slow down di sektor properti dipicu oleh gagal bayar Evergrande yang menerjang pasar real estate China. Kondisi beban utang perusahaan properti di China membuat negara tidak tinggal diam.

"Pertumbuhan diperkirakan akan meningkat di China dengan pembukaan kembali secara penuh pada tahun 2023," jelas Gourinchas.

IMF memperkirakan perekonomian China akan tumbuh 5,2% pada tahun ini, melonjak dari realisasi 2022 yang hanya tumbuh 3%. Namun, pertumbuhan ekonomi China diperkirakan akan kembali menurun pada 2024 menjadi 4,5%.

CNBC

Share
Komentar
Copyright © 2012 - 2025 riauone.com | Berita Nusantara Terkini. All Rights Reserved.Jasa SEO SMM Panel Buy Instagram Verification Instagram Verified