• Home
  • Kilas Global
  • Kisah Cinta Pria dengan Tiga Istri, Siang Ngumpul Serumah dan Saling Bantu Siapkan Jamu Kuat
Kamis, 06 April 2017 23:06:00

Kisah Cinta Pria dengan Tiga Istri, Siang Ngumpul Serumah dan Saling Bantu Siapkan Jamu Kuat

RUKUN BERSAMA: Lora Fadil bersama tiga istrinya, Yeni Kurnia (paling kiri), Siti Aminah, dan Novita (paling kanan). (Lora Fadil for Jawa Pos Radar Jember)
RIAUONE.COM - Nama lengkapnya Fadil Muzakki Syah. Namun akrab dipanggil Lora Fadil. Dia adalah putra pengasuh Ponpes Al Qodiri di Gebang, Patrang, Jember. Ayahandanya, Kiai Muzakki, merupakan ulama tersohor.
Setiap malam Jumat Legi, ponpes tersebut dipenuhi ribuan jamaah zikir manaqib. Tidak hanya dari Jember, muslim dari berbagai daerah ikut berkumpul di sana.
 
Penampilan Lora Fadil sebenarnya sederhana. Namun, di balik kesederhanaan itu, ternyata dia memiliki pesona. Sampai akhirnya, dia memiliki tiga istri cantik.
Pria kelahiran 21 Oktober 1979 tersebut mengaku awalnya menikahi gadis cantik yang bernama Siti Aminah. Mereka menikah pada 1998.
Bersama Siti Aminah, pasangan itu dikarunia tiga anak. Mereka hidup bahagia. Keduanya saling berjanji tidak akan pernah berpisah.
 
Sembilan tahun membina keluarga bersama perempuan asal Pasuruan itu, Lora terpikat dengan paras cantik Yeni Kurnia. Dia adalah gadis asal Bangsalsari, Jember. Saat itu si gadis masih kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta. Setelah saling kenal, mereka sama-sama menaruh perhatian.
“Kenal Yeni Kurnia dari salah satu saudara,” kata Fadil.
 
Mulanya, mereka hanya berteman biasa. Namun, setelah saling jatuh cinta, mereka tak mau berdusta. Keduanya ingin mengikat janji, teriring restu istri tua. Meski mulanya tak ada izin untuk mereka.
 
“Saya masih yakin pepatah lama. Sejuta perempuan, hanya satu yang rela dipoligami. Sebaliknya, dari sejuta pria, hanya satu yang menolak poligami,” selorohnya.
 
Fadil pun tak mau menyerah begitu saja. Dia terus berupaya sampai sang istri pertama merestuinya untuk menikah lagi. Restu itu diberikan dengan berbagai syarat. Meski, syarat tersebut dinilai Fadil tidak berat.
“Syaratnya, istri pertama ingin kenal dan setelah nikah harus hidup serumah,” ujarnya.
 
Permintaan istri pertama yang ingin kenal dengan calon madunya dituruti dengan mudah. Dia tidak pernah waswas. Sebab, dia kenal bahwa istrinya orang hebat yang begitu kuat menjaga janji. Benar saja, tidak ada pertikaian antara istri pertama dan calon istri kedua saat itu. Mereka rukun dan saling dukung.
 
Menikahi istri kedua, Fadil harus mengantongi restu orang tuanya. Tentu, ada restu “segi tiga” orang tua. Pertama, dia meminta restu orang tuanya sendiri. Berikutnya, mertua di Pasuruan. Setelah itu, restu calon mertua yang kedua menjadi fokus perhatiannya.
 
Mengawali semua dengan keterbukaan memang berat. Sebab, dia meminta keikhlasan para orang tua yang telanjur sayang kepada menantu.
Selain itu, dia harus meyakinkan mertua yang begitu bahagia melihat keharmonisan mereka berdua. Belum lagi, orang tua Yeni harus melepas anaknya untuk dinikahi pria beristri.
 
Fadil menyatakan, istri pertamanya begitu berperan. Dia menyebutnya perempuan hebat. Jika saat itu tak ada restu dari Siti Aminah, dia tak akan bisa menikahi Yeni. “Sebab, waktu itu restu Abah (KH Achmad Muzakki Syah, Red) bergantung restu istri pertama saya,” ungkapnya. Demikian juga saat dia meminta restu mertua dan calon mertuanya.
 
Tidak sekadar meminta restu orang tua, restu negara melalui pengadilan agama juga berjalan lancar karena sang istri pertama merestui dengan sepenuh hati. ”Padahal, saat itu hakim begitu profesional dengan beberapa pertanyaan menjebak batin. Namun, istri pertama saya tetap merestui,” jelasnya bangga.
 
Pernikahan Fadil dengan Yeni bukan sekadar poligami yang hanya diakui hukum agama. Mereka mencatatkan pernikahan di kantor urusan agama (KUA) secara sah dan diakui negara. Sampai sekarang, mereka dikaruniai dua anak.
 
Satu atap dengan dua cinta, rupanya, belum cukup bagi Fadil. Sekitar enam tahun lalu, dia menambah cintanya. Dia kenal dengan janda yang bernama Novita. Cerita permaduannya tak jauh berbeda saat menaklukkan istri kedua. Meski istri yang ketiga tidak tinggal serumah.
 
“Tapi, saat siang, mereka bertiga berkumpul di satu rumah, di Gebang,” ungkap Fadil.
 
Mereka kompak. Saling mendukung. Bukan sekadar kompak supaya enak dipandang mata. Sampai-sampai, soal jamu kuat untuk istri ketiga, istri pertama dan kedua ikut membantu. (*/rul/hdi/c21/diq/JPG/nto)
Share
Komentar
Copyright © 2012 - 2024 riauone.com | Berita Nusantara Terkini. All Rights Reserved.Jasa SEO SMM Panel Buy Instagram Verification Instagram Verified