- Home
- Kilas Global
- Derita Berkelanjutan Umat Islam Marawi Pasca Darurat Militer
Rabu, 21 Juni 2017 10:29:00
Derita Berkelanjutan Umat Islam Marawi Pasca Darurat Militer
FILIPINA – Pihak militer Filipina menemukan 16 mayat warga sipil di jalan-jalan di selatan Kota Marawi Filipina saat pertempuran antara pasukan keamanan dengan kelompok militan Maute masuk hari keenam.
Portal Sunstar yang mengutip pernyataan juru bicara militer Filipina, Brigadir Jenderal Restituto Padilla mengatakan, mayat-mayat tersebut termasuk empat pria, tiga wanita dan seorang anak.
Padila mengatakan, delapan lagi mayat ditemukan dengan efek tembakan di lokasi lain dan 'dibuang' di tepi parit dekat Kampung Emi sekitar pukul 6 pagi ini waktu setempat.
"Pada tubuh salah satu mayat ada ditempatkan catatan tertulis "Munafik" katanya dikutip Bernama.
Padilla mengatakan, sejauh ini 61 militan tewas selain 11 anggota tentara dan empat orang polisi dengan total jumlah korban meningkat menjadi 92 orang.
Semua mayat pria tersebut, sebagian besar ditembak di kepala bahkan ada beberapa di tangan mereka diikat.
Polisi Marawi, Jamail C. Mangadang mengatakan, delapan pria tersebut adalah tukang kayu yang terlibat dalam konvoi sebelum ditahan oleh kelompok militan semalam.
Berdasarkan informasi saksi, ujar Mangadang, kesemua mereka ditarik dari truk konvoi karena tidak dapat membaca ayat al-Quran.
"Kami mendengar suara tembakan, meskipun saya tidak yakin jika itu adalah orang yang sama ditembak," kata Mangadang.
Sementara itu, sembilan peluru ditemukan di daerah kejadian tembakan tersebut.
Dalam perkembangan sama, rekaman pengawasan yang dilakukan melalui dron militer menunjukkan penduduk terpaksa melarikan diri dan ada juga mengibarkan bendera putih untuk membedakan mereka dengan kelompok militan.
Seorang politisi lokal yang menjalankan usaha memindahkan penduduk dari Marawi, Zia Alonto Adiong mengatakan, pihaknya mengkritik militer karena melakukan serangan udara sehingga membatasi upaya evakuasi.
"Beberapa penduduk tidak memiliki makanan. Ada dari mereka berada dalam kondisi takut. Ini adalah konflik yang melampaui batasan. Tingkat kerusakan dan mereka yang terpengaruh adalah besar, " ujar Adiong.
"Pada hari pertama Ramadhan, masalah utama kami adalah kurangnya air dan pasokan listrik. Tapi kami harus berkorban. Sebagai seorang Islam, kami menerima segala tantangan dengan sabar dan tidak menyalahkan siapapun terkait situasi hari ini. Allah melihat bagaimana kamu menghadapi ujian ini, " katanya.
Selain itu, seorang lagi penduduk, Junaina Sharief menggambarkan Ramadhan kali ini adalah yang paling menyedihkan buat dirinya.
"Sebelum pertempuran terjadi, semua orang bersiap-siap untuk menjalani ibadah puasa. Kami membersihkan rumah, membeli barang kebutuhan dan menyiapkan segalanya seperti tahun-tahun sebelumnya, " Jelasnya.
Namun menurutnya, akibat insiden tersebut dan deklarasi darurat militer, banyak keluarga dipaksa meninggalkan kediaman dan mencari perlindungan di pemukiman sementara di wilayah terdekat.
Sebelumnya, Presiden Filipina Rodrigo Duterte, Selasa (23/5/2017) malam memberlakukan darurat militer di Mindanao menyusul baku tembak antara tentara dan kelompok bersenjata di Kota Marawi.
Diberitakan, sekitar 2000 penduduk sipil yang ketakutan terjebak di dalam sebuah kota di Filipina selatan, hari Ahad (28/05/2017), saat tentara Filipina menyatakan perang melawan kelompok yang dinyatakan berafiliasi dengan ISIS.
Sebagaimana diketahui, Kota Marawi, di Pulau Mindanao adalah salah satu kota berpenduduk Muslim terbesar di negara yang mayoritas penduduknya Katholik itu.
Pemerintah Filipina mengklaim, Marawi kini dikuasai oleh pemberontak Maute dan menjadi sarang teroris yang turut melibatkan militan dari Malaysia dan Indonesia serta menarik gerakan radikal di Asia Tenggara yang lain.
Mereka diklaim mengontrol beberapa gedung pemerintah, termasuk penjara, yang disita pada hari Selasa, menyebabkan lebih 100 tahanan melarikan diri, termasuk beberapa anggota Maute.
Juru bicara militer, Jo-Ar Herrera mengatakan, sejauh ini 41 militan tewas, dengan 10 lagi kematian setelah pertempuran sengit pada hari Jumat lalu. Dua lagi tentara tewas, menjadikan jumlah mereka yang tewas 13 orang. Sementara 45 tentara telah terluka.
Ditanya apakah militer telah mendeteksi Hapilon, katanya, ia hanya menunggu waktu untuk pihak militer bertindak menangkap atau membunuh pemimpin militan bersangkutan.
Hapilon, seorang pemimpin kelompok pemberontak yang berpangkalan di Mindanao Abu Sayyaf, telah membentuk aliansi dengan Maute.
Mayjen Carlito Galvez, yang memimpin operasi melawan militant mengatakan, tujuan utama serangan adalah untuk membunuh pemimpin militan Isnilon Hapilon.
"Tujuan utama serangan adalah untuk mengembalikan keamanan di daerah terkait untuk penduduk di Marawi dapat menjalani kehidupan seperti sediakala terutama di bulan Ramadhan," katanya.
Sebelum ini, Presiden Filipina Rodrigo Duterte mendorong militernya untuk sekuat tenaga memerangi militan yang diklaim terkait kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) di Marawi. Namun jika kelompok itu bersedia berdialog untuk menyelesaikan konflik, Duterte akan meladeninya.
"Jika mereka berbicara, saya akan sangat berterima kasih pada Allah karena kita berdialog soal perdamaian," ucap Duterte dalam kunjungannya ke kota Iligan, yang terletak dekat di Marawi, seperti dilansir CNN, Sabtu (27/05/2017) lalu. Kota Iligan dan Marawi sama-sama terletak di wilayah Mindanao, Filipina bagian selatan, yang banyak ditinggali warga muslim setempat.
"Jika mereka bersikeras untuk bertempur, kita tidak bisa melakukan apa-apa. Jalani semua dan kalian mendapat dukungan penuh dari saya," tegas Duterte kepada tentara Filipina yang ditemuinya di Iligan.
Duterte juga Dalam pidato di hadapan tentara Filipina, Duterte menyatakan ISIS telah ada di Filipina dan mengibarkan benderanya. Dia mendorong tentara yang ditugaskan ke Marawi dan Mindanao untuk melakukan langkah tegas, seperti menangkap atau menggeledah siapa saja yang dicurigai terkait ISIS.*
Rep: Panji Islam
Editor: Cholis akbar
(rls)
Share
Komentar