- Home
- Kilas Global
- Kampung PSK Legendaris dan Terbesar di Korsel akan dikosongkan
Minggu, 19 Maret 2017 07:30:00
Kampung PSK Legendaris dan Terbesar di Korsel akan dikosongkan
SEOUL - Di Jakarta, dulu ada lokalisasi Kramat Tunggak. Di Surabaya ada Kampung Dolly. Nah, di Korea Selatan juga ada lokalisasi yang legendaris, Cheongnyangni 588.
Pusat prostitusi terbesar di negara ini terletak di timur laut Seoul.
Kini, pusat pelacuran yang terkenal puluhan tahun itu tinggal menghitung hari karena pemerintahan setempat, Desember 2017 lalu menyatakan bahwa lahan lokalisasi itu akan ganti pemilik mulai Maret ini.
Ternyata pernyataan itu bukan isapan jempol meskipun awalnya banyak yang menyangsikan.
Pengusaha 165 rumah bordil yang mempekerjakan ribuan PSK itu akhirnya baru percaya setelah pemerintah menyatakan bahwa di kawasan seluas 41.586 meter persegi itu akan dibangun pusat perbelanjaan 42 lantai plus apartemen.
Tanpa pemaksaan, akhirnya pengelola rumah bordil itu bubar secara perlahan.
Kini, kawasan yang hanya lima menit berjalan kaki dari Stasiun Keretaapi Cheongnyangni ini sepi seperti kampung yang dilanda perang.
Sebelumnya, kios-kios berdinding kaca yang berderet sepanjang jalan ini tak ubahnya seperti akuarium atau etalase kaca.
Lebih dari seribu perempuan berpakaian seksi merayu pria-pria yang lewat di jalan.
Namun, jendela-jendela kaca itu sudah banyak yang hancur serta ditandai dengan silang merah dan tulisan besar "pembongkaran".
Meskipun masih ada delapan toko di kawasan ini menyatakan menolak untuk pindah, tetapi, seperti laporan The Korea Herald, penolakan mereka tidak akan berarti lagi.
Meskpun demikian, masih ada satu atau dua wanita sedang duduk di depan toko tersebut mencari pelanggan.
Hanya saja, mereka mengaku, hampir tak ada pria hidung belang yang mau mampir ke tempat mereka.
Menurut Kantor Kecamatan Dongdaemun, 85 persen dari 716 rumah di kawasan itu, termasuk toko-toko sudah dibersihkan.
Sisanya masih dalam negosiasi untuk kompensasi ganti rugi.
Lokalisasi Cheongnyangni 588 ini memang terus terdesak oleh ekspansi bisnis di wilayah itu.
Lokasinya sangat menjanjikan karena berada dekat terminal bus utama di Seoul, stasiun kereta api dan kereta bawah tanah.
Seorang agen real estate di dekat Cheongnyangni Station mengatakan bahwa para pengembang akan membeli berapa saja rumah-rumah bordil itu untuk bisnis mereka, jauh di atas harga tanah.
Alhasil, sebagian besar pengusaha esek-esek tergiur oleh tawaran pengembang dan kemudian menjual tempatnya.
Namun, pengelola rumah bordil juga tidak punya pilihan lain karena Korsel menerbitkan Undang Undang Antiprostitusi pada tahun 2004 lalu.
Karena itu, jika mereka tetap menolak, pemerintah tentu punya senjata untuk mengusir mereka menggunakan UU tersebut.
Lokalisasi Cheongnyangni 588 terkenal sejak tahun 70-an dan semakin terkenal di tahun 1980-90 an.
Setidaknya, lebih dari 1.000 pekerja seks komersial menjajakan layanannya di kawasan yang juga dikenal dengan kawasan lampu merah ini. (*/trb).
Share
Berita Terkait
Komentar