- Home
- Kilas Global
- Menakutkan, Krisis Populasi Thailand Makin Parah, Rakyat-nya Perlahan Didominasi Lansia
Selasa, 18 Juni 2024 10:13:00
Menakutkan, Krisis Populasi Thailand Makin Parah, Rakyat-nya Perlahan Didominasi Lansia
DUNIA, - Thailand menjadi salah satu negara dengan peningkatan jumlah populasi lanjut usia (lansia). Bahkan lansia berusia 60 tahun ke atas kini telah mencakup seperlima populasi di negara tersebut.
Dikutip dari Channel News Asia (CNA), penduduk berusia 60 tahun diperkirakan mencapai 28 persen dari total populasi pada 2033 atau lebih awal di Thailand. Pergeseran demografis ini akan memerlukan sejumlah besar biaya terkait perawatan lansia, termasuk untuk perawat, pengobatan berkualitas, perawat khusus, dan ahli terapi fisik.
Populasi yang menua ini tidak hanya menunjukkan peningkatan demografi lansia, tapi juga penurunan angka kelahiran. Hal itu terlihat dari tingkat kesuburan Thailand sebesar 1,08 kelahiran per wanita pada tahun lalu, terendah kedua di Asia Tenggara setelah Singapura sebesar 0,97 kelahiran per perempuan.
Menurut survei National Institute of Development Administration pada September lalu, 44 persen responden menyatakan kurangnya keinginan untuk memiliki anak. Alasan utama yang dikemukakan adalah biaya pengasuhan anak, kekhawatiran mengenai dampak kondisi masyarakat terhadap anak-anak, dan tidak ingin terbebani dengan pengasuhan anak.
"Saya tidak ingin mempunyai anak karena... kehidupan saya sendiri sudah cukup sulit," kata Anchalee Chaichanavijit, direktur eksekutif Asosiasi Pemasaran Thailand kepada program Insight, mencerminkan sentimen yang semakin umum di antara banyak warga Thailand.
Wakil Perdana Menteri Somsak Thepsutin memperingatkan jika angka kelahiran terus mengalami penurunan, populasi Thailand bisa berkurang setengah dari saat ini sebanyak 66 juta menjadi 33 juta jiwa dalam waktu 60 tahun ke depan.
Pada 1970 Thailand sebenarnya meluncurkan program keluarga berencana nasional dengan tujuan mengurangi pertumbuhan penduduk. Kemudian pada 1976, program ini tidak hanya berhasil menurunkan tingkat pertumbuhan penduduk menjadi 2,55 persen, tapi juga melampaui target penerimaan kontrasepsi sebesar 26 persen. Keberhasilan ini bertahan lama, dengan hampir tiga dari empat wanita menikah saat ini menggunakan kontrasepsi.
Selain itu, jumlah wanita di Thailand yang memperoleh pendidikan tinggi dan berpartisipasi dalam angkatan kerja saat ini juga lebih banyak dibandingkan wanita di negara Asia Tenggara lainnya seperti Filipina, Malaysia, dan Indonesia
"Hal ini sebenarnya membatasi jumlah anak yang cenderung dimiliki perempuan, dibandingkan dengan mereka yang mungkin menjadi ibu rumah tangga dan hanya tinggal di rumah," kata Kirida Bhaopichitr, direktur penelitian kebijakan ekonomi dan pembangunan internasional di Institut Penelitian Pembangunan Thailand.
Di sisi lain, angka pernikahan di Thailand masih konsisten selama lebih dari satu dekade meski pasangan memilih tak memiliki anak baik untuk smenetara maupun selamanya. Hal ini berbeda dengan negara Jepang dan Korea Selatan saat angka kelahiran sejalan dengan angka pernikahan yang turun.
Dengan kondisi yang terjadi, Thailand dianggap sebagai negara berkembang pertama yang mengalami "menjadi tua sebelum menjadi kaya".
"Ketika penuaan populasi terjadi secara bertahap, akan lebih mudah untuk beradaptasi dengan kebutuhan masyarakat yang menua, baik dalam hal layanan kesehatan, infrastruktur sosial-ekonomi, atau lingkungan," kata direktur eksekutif sementara Asean Center for Active Aging and Innovation, Sakarn Bunnag.
Untuk mengatasi hal ini, pemerintah Thailand mengalokasikan hampir 78 miliar baht atau sekitar Rp35 triliun pada tahun lalu untuk Tunjangan Hidup Hari Tua. Program itu memberikan subsidi bulanan hingga 1.000 baht atau setara Rp449 ribu untuk lansia yang bukan pensiunan atau penerima kesejahteraan.
Namun, seiring dengan meningkatnya populasi lansia, inisiatif ini akan semakin membebani anggaran pemerintah. sc:dtk/*
Share
Berita Terkait
Komentar