- Home
- Kilas Global
- Muslim Uighur di Cina: Di Persekusi melalui kamp 'pendidikan-kembali'
Minggu, 14 Oktober 2018 11:32:00
Muslim Uighur di Cina: Di Persekusi melalui kamp 'pendidikan-kembali'
DUNIA, - Kelompok hak asasi manusia mengatakan Muslim Uighur di Cina menghadapi persekusi dengan antara lain melalui apa yang disebut kamp pendidikan kembali.
Pemerintah daerah Xinjiang menyatakan mereka menerapkan apa yang disebut "pusat pelatihan kejuruan" bagi Muslim Uighur sebagai produk hukum di tengah-tengah kekhawatiran dunia terkait dengan banyaknya orang hilang disana.
Xinjiang menyebutkan berbagai tempat pelatihan tersebut akan mengatasi ekstrimisme lewat "perubahan pemikiran".
Sementara kelompok hak asasi manusia mengatakan para tahanan dipaksa menyatakan kesetiaan kepada Presiden Xi Jinping, disamping mengecam atau meninggalkan keyakinannya.
Pada bulan Agustus lalu, satu komite PBB menyatakan sekitar satu juta Muslim Uighur dan kelompok Muslim lain kemungkinan ditahan dengan dalih kamp pendidikan kembali.
Tetapi para pejabat yang menghadiri pertemuan HAM PBB mengakui bahwa apa yang mereka sebut warga Uighur "yang dikelabui ekstrimisme keagamaan" telah menjalani pendidikan dan pemukiman kembali.
Cina mengatakan Xinjiang menghadapi ancaman serius dari militan Islamis dan separatis dan menyanggah tuduhan perlakuan tak layak. Ratusan orang dilaporkan meninggal akibat kerusuhan antara Uighur dan anggota mayoritas Han.
Apa isi undang-undang tersebut?
Undang-undang baru Xinjiang mencakup kamp pendidikan kembali itu merupakan rincian pertama terkait apa tindakan pemerintah daerah di wilayah itu.
Di dalamnya disebutkan contoh tingkah laku yang dapat menyebabkan penahanan, termasuk menyebarkan konsep halal pada berbagai hal di luar makanan, menolak menonton TV pemerintah dan mendengarkan radio pemerintah, serta mencegah anak mendapatkan pendidikan pemerintah.
Cina mengatakan di dalam kamp penahanan juga akan diajarkan bahasa Cina Mandarin, konsep hukum dan memberikan pelatihan kejuruan.
Kelompok HAM mengecam kebijakan ini. Sophie Richardson dari Human Rights Watch mengatakan "kata-kata tertulis menunjukkan pelanggaran HAM besar-besaran dan tidak pantas disebut sebagai 'hukum'".
----------------------------------------
Peraturan baru berisi larangan penyebaran agama
Dengan memberikan pijakan hukum bagi kamp-kamp ini, Cina memastikan apa yang telah dibicarakan banyak pihak selama berbulan-bulan, bahwa negara ini menjalankan kamp pendidikan kembali bagi Muslim Uighur di Xinjiang dengan menggunakan alasan untuk mengatasi ekstrimisme.
Dalam peraturan yang baru diterbitkan, dirinci apa yang dimaksudkan dengan kata kamp. Cina menggunakan istilah yang tetap terdengar kabur. Tempat tersebut dinamakan "pusat pelatihan pendidikan dan keterampilan kejuruan".
Tetapi sudah jelas tujuannya bukanlah untuk membuat penduduk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.
Aturan tersebut menyatakan tempat itu untuk orang-orang yang "terpengaruh ekstrimisme". Tujuannya adalah untuk memperbaiki tingkah laku yang buruk dan memastikan mereka mengikuti penyuluhan kejiwaan dan pendidikan ideologis.
Kamp ini adalah bagian dari serangan lebih luas terhadap ekstrimisme berhaluan Islam di Xinjiang.
Peraturan baru ini memastikan bahwa adalah suatu pelanggaran hukum jika menyebarkan fanatisme keagamaan, misalnya lewat "jenggot yang tidak biasa atau nama yang aneh".
Ekstrimisme diartikan secara begitu luas sehingga sepertinya bisa diterapkan kepada para orang tua yang mengeluh jika anak mereka menikahi seseorang yang berasal dari agama atau suku berbeda.
---------------------------------------------------------
Produk halal selain makanan dilarang
Cina juga meluncurkan kebijakan terhadap berbagai praktek agama Islam di Xinjiang. Beijing menginginkan penghentian penggunaan produk halal bukan makanan.
Sebuah koran melaporkan penggunaan istilah halal untuk mewakili barang-barang seperti pasta gigi telah mengaburkan batas antara kehidupan keagamaan dengan sekuler, serta membuat orang menjadi korban ekstrimisme keagamaan.
Pada hari Senin (09/10), sejumlah petinggi Partai Komunis di ibu kota Xinjiang, Urumqi, memimpin para kader untuk bersumpah menentang "kecenderungan menyatakan halal pada semua hal", lapor kantor berita AFP.
Peraturan baru ini juga memperjelas larangan mengenakan kerudung bagi perempuan Muslim.
Anggota partai komunis dan birokrat diperintahkan untuk menggunakan bahasa Cina Mandarin di depan umum, bukannya bahasa setempat.
Seperti apa keadaan kamp?
Sejumlah mantan tahanan kamp menceritakan kepada BBC tentang siksaan fisik dan psikologis yang terjadi disana. Seluruh anggota keluarga telah hilang, katanya.
Pada bulan Juli, seorang bekas guru di salah satu kamp yang melarikan diri ke Kazakhstan mengatakan di depan pengadilan bahwa "di Cina mereka menyebutnya kamp politik tetapi tempat itu sebenarnya sebuah penjara di pegunungan".
The New York Times mengutip bekas tahanan yang mengatakan mereka dipaksa menyanyikan lagu-lagu seperti "Tanpa Partai Komunis, Tidak Akan Ada Cina yang Baru" dan bagi orang-orang yang lupa syairnya, tidak berikan makan pagi.
"Pada akhirnya, semua pejabat menyampaikan satu hal penting. Kebesaran Partai Komunis Cina, keterbelakangan kebudayaan Uighur dan kecanggihan budaya Cina," kata mantan tahanan Abdusalam Muhemet kepada koran tersebut.
Laporan The World Uighur Congress menyatakan para tahanan dibui untuk waktu tidak ditentukan, tanpa dakwaan dan dipaksa meneriakkan slogan Partai Komunis.
Mereka dilaporkan tidak cukup diberikan makanan dan laporan banyak laporan tentang penyiksaan.
Sebagian besar tahanan tidak pernah didakwa dan tidak mendapatkan bantuan hukum.
Meskipun demikian koran pemerintah berbahasa Inggris, Global Times, tetap mengatakan penjagaan ketat di daerah tersebut untuk mencegah tempat itu menjadi "Suriah-nya Cina" atau "Libya-nya Cina".
Siapakah orang Uighur?
Orang Uighur adalah Muslim berdarah Turki yang sebagian besar tinggal di Xinjiang, di mana jumlah mereka adalah 45% dari keseluruhan penduduk disana.
Mereka sendiri memandang diri, secara budaya dan kesukuan, dekat dengan negara-negara Asia Tengah, dan bahasa mereka mirip dengan bahasa Turki.
Dalam beberapa puluh tahun terakhir, banyak orang Cina Han (suku mayoritas di Cina) pindah ke Xinjiang dan warga Uighur merasa kebudayaan dan kehidupan mereka terancam.
Xinjiang secara resmi diperlakukan sebagai daerah otonomi di dalam Cina, seperti Tibet di bagian selatan negara itu. (bbc/indonesia/net/*).
Share
Berita Terkait
Permudah Masyarakat ke TPS, Ketua DPRD Inhu Kawal Program CSR PT AMI Group Perbaikan Jalan di Desa
RIAUONE, Inhu - Ketua DPRD Indragiri Hulu (Inhu)-Riau, Sabtu Pradansyah Sinurat, memfasilitasi program Corporate Social Responsibility (CSR) dari PT AMI Group Utama untuk
Kenapa Asus Vivobook Go 14 jadi Pilihan Tepat Untuk Pelajar dan Profesional
TEKNO, - LAPTOP telah menjadi perangkat yang sangat penting untuk menunjang produktivitas, baik untuk pelajar maupun profesional. Dalam mencari lapt
Ketua DPRD Inhu: Partisipasi Masyarakat Kunci Sukses Pilkada, Ayo Gunakan Hak Pilih Dengan Bijak
RIAUONE, Inhu - Ketua DPRD Indragiri Hulu (Inhu)-Riau, Sabtu Pradansyah Sinurat, mengimbau seluruh masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya pada Pemilihan Kepala Daerah
Melaka ICT Holdings Sdn Bhd Earns Recognition as One of Asia's Most Promising SMEs at ACES Awards
BANGKOK, THAILAND - 26 November 2024 - Melaka ICT Holdings Sdn Bhd (MIC
Komentar
Copyright © 2012 - 2024 riauone.com | Berita Nusantara Terkini. All Rights Reserved.Jasa SEO SMM Panel Buy Instagram Verification Instagram Verified