- Home
- Kilas Global
- Setelah gempa dan tsunami Palu, Deutsche Post DHL Group mengirim Tim Tanggap Bencana ke Indonesia
Kamis, 11 Oktober 2018 13:18:00
Setelah gempa dan tsunami Palu, Deutsche Post DHL Group mengirim Tim Tanggap Bencana ke Indonesia
Para relawan Deutsche Post DHL Group menyediakan dukungan logistik untuk mengelola bantuan barang yang berdatangan di Bandara Internasional Balikpapan dan Bandara Palu
BONN, JERMAN - - 10 Oktober 2018 - Deutsche Post DHL (DPDHL) Group, penyedia layanan pos dan logistik terkemuka di dunia, telah mengerahkan Tim Tanggap Bencana atau Disaster Response Team (DRT) ke Indonesia setelah gempa dan tsunami dahsyat yang melanda pulau Sulawesi di Indonesia. DRT berada di sana untuk mendukung tanggapan kemanusiaan bagi pulau tersebut.
Hampir 1.000 desa terkena dampak bencana. Angka korban jiwa telah bertambah hingga lebih dari 2.000 dan diperkirakan masih akan terus bertambah. Selain itu, ratusan orang terluka dan lebih dari 60.000 orang kehilangan rumah mereka. Barang-barang kebutuhan yang mendesak seperti peralatan teknis, air, tenda, bahan bakar dan makanan diangkut melalui udara ke Balikpapan saat ini.
DRT dari DPDHL Group menyediakan dukungan logistik melalui kolaborasi ketat dengan staf lokal dan organisasi kemanusiaan di bandara lokal. Mereka sedang membantu untuk mengelola bantuan yang berdatangan untuk distribusi lebih lanjut bagi mereka yang membutuhkan.
Pada tanggal 4 Oktober 2018, DRT menerima mandat resmi dari pemerintah Indonesia melalui BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) dan Pusat Koordinasi Bantuan Kemanusiaan dan Penanganan Bencana ASEAN (AHA Centre) untuk mendukung logistik kemanusiaan di Palu, lokasi tsunami di pulau Sulawesi, dan di Balikpapan, kota pelabuhan di pesisir timur dari pulau Borneo (Kalimantan).
Dua tim DRT dibentuk untuk mendukung permintaan tersebut, satu di Balikpapan tempat bandara internasional airport yang berfungsi sebagai area pengambilan bantuan internasional yang berdatangan ke Palu, dan satu lagi di pusat distribusi yang dekat dengan bandara di Palu untuk menangani dan menyimpan barang-barang bantuan. Ada lebih banyak relawan DHL yang siaga dan siap untuk diberangkatkansegera setelah pemerintah setempat telah melakukan koordinasi alur bantuan internasional ke Indonesia.
Carl Schelfhaut, Manajer GoHelp, Asia Pasifik, Deutsche Post DHL Group memimpin kedua tim tersebut. Beliau menjelaskan, "Situasi di Palu yang terletak di pulau Sulawesi Indonesia masih mengerikan dengan padamnya listrik, kekurangan air dan bertambahnya insiden penjarahan yang dilaporkan. Karena robohnya menara di Bandara Mutiara SIS Al-Jufrie, hanya pesawat dengan baling-baling yang sangat kecil dan pesawat militer yang dapat mendarat.
Itulah sebabnya Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman di Balikpapan diatur sebagai pusat bantuan kemanusiaan utama, untuk pengadaan dan pemilahan barang-barang bantuan yang berdatangan.
Dengan kesiapan sebagian bandara di Palu untuk menerima barang-barang, Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), bersama dengan pasukan asing yang terpilih dari negara-negara seperti Australia, India, Jepang, Korea, Selandia Baru dan Singapura, akan menerbangkan pesawat tipe C-130 dan C-17 dari Balikpapan ke Palu. Pesawat-pesawat ini menjalankan dua fungsi yaitu mengangkut bantuan ke Palu dan kemudian kembali dengan para pengungsi. DRT akan berada di kedua lokasi tersebut untuk membantu penanganan di darat."
Melalui Tim DRT, yang bekerja di darat bersama-sama dengan staf lokal serta organisasi kemanusiaan nasional dan internasional, membongkar barang dari palet pesawat, memuat barang ke palet kayu standar, dan kemudian menyimpan barang di gudang sampai barang tersebut diteruskan, DPDHL Group menyediakan dukungan logistik penyelamat hidup. "Mengelola logistik barang bantuan sangat penting setelah bencana alam.
Sebagai perusahaan logistik, kami memiliki keterampilan yang bisa menyelamatkan hidup -- kami membantu memastikan bahwa barang bantuan diproses dengan cepat sehingga dapat menjangkau orang-orang yang menjadi korban gempa dan tsunami dahsyat secepat mungkin," Carl Schelfhaut menjelaskan. (mor).
Share
Komentar