• Home
  • Kilas Global
  • Mahfud MD: Menuduh Orang Pakai Jilbab sebagai Manusia Gurun Salah Besar
Senin, 02 Mei 2022 22:43:00

Mahfud MD: Menuduh Orang Pakai Jilbab sebagai Manusia Gurun Salah Besar

Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Prof Budi Santosa Purwokartiko

NASIONAL, - Mahfud MD menyatakan ketidaksepahaman dengan tulisan Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Prof Budi Santosa Purwokartiko. Dia menilai apa yang dipuji oleh Budi Santosa tentang mahasiswi berpikiran terbuka tidak seperti 'manusia gurun' salah besar.

Diketahui, belakangan ini sosok Budi Santosa tengah viral. Musababnya, karena tulisan yang ia buat.

Dalam tulisannya di FaceBook, Budi Santosa menyinggung soal ada 12 mahasiswi calon penerima Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) di bawah Kemenkeu yang dia uji berpikiran terbuka.

Budi Santosa merupakan salah satu penguji calon penerima LPDP tersebut. Dia mengatakan, dari segi berpakaian, tidak ada satu pun mahasiswi tersebut yang menutup kepala ala 'manusia gurun'.

Hal tersebut lah yang kemudian dikomentari oleh Mahfud MD. Menko Polhukam ini mengatakan pernyataan dari Budi Santosa salah besar.

"Pakaian yang Islami itu adalah niat menutup aurat dan sopan: modelnya bisa beragam dan tak harus pakai cadar atau gamis. Model pakaian adalah produk budaya," kata Mahfud MD di Twitter, Minggu (1/5).

"Maka itu menuduh orang pakai penutup kepala seperti jilbab ala Indonesia, Melayu, Jawa, dan lain-lain sebagai manusia gurun adalah salah besar," sambung Mahfud MD.

Terkait hijab, Mahfud mengatakan, sejak tahun 1990-an banyak sekali profesor-profesor di kampus besar seperti UI, ITB, UGM, IPB, yang tadinya tidak berjilbab menjadi berjilbab. Dia mencontohkan beberapa orang di antaranya.

"Ibu Dirut Pertamina dan Kepala Badan POM juga berjilbab. Mereka juga pandai-pandai tapi toleran, meramu keislaman dan keindonesiaan dalam nasionalisme yang ramah," ucap Mahfud.

Sebelumnya Mahfud MD juga mengomentari terkait pernyataan Budi Santosa yang memuji karena saat dites mereka tidak menggunakan kata-kata agamis. Menurut Mahfud hal itu tidak bijaksana.

"Memuji-muji sebagai mahasiswa/mahasiswi hebat hanya karena mereka tidak memakai kata-kata agamis, 'Insyaallah, qadarallah, syiar' sebagaimana ditulis oleh Rektor ITK itu juga tidak bijaksana," kata Mahfud.

"Itu adalah kata-kata yang baik bagi orang beriman, sama dengan ucapan Puji Tuhan, Haleluya, Kersaning Allah, dan lain-lain," sambung Mahfud.

Tulisan Budi itu menjadi polemik di media sosial sejak Jumat (29/4), bahkan trending di Twitter hingga hari ini. Banyak yang mengkritik tulisan Budi Santosa berbau rasial.

Politikus Gerindra Fadli Zon yang menilainya "terpapar Islamofobia" dan Ketua MUI Cholil Nafis menilai Budi tak layak menjadi penyeleksi pendaftar LPDP yang anggarannya berasal dari uang rakyat.

Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Budi Santosa Purwokartiko Foto: Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Statement ITK

ITK -- PTN yang berdiri pada 2014 -- pun angkat bicara. ITK yang berbasis di Balikpapan ini menegaskan tulisan Budi itu merupakan tulisan pribadi Budi yang tak berkaitan dengan kampus.

"Dengan ini kami informasikan bahwa tulisan Prof. Budi Santosa Purwokartiko tersebut merupakan tulisan pribadi dan tidak ada hubungannya dengan jabatan beliau sebagai rektor ITK," bunyi keterangan ITK di akun Twitter yang dikutip Sabtu (30/4).

Karena itu, pihak kampus meminta tanggapan terkait tulisan itu tak dikaitkan dengan ITK.

"Mohon pemberitaan dan komentar lebih lanjut baik oleh media maupun para netizen tidak mengaitkan dengan institusi ITK, dan awak media atau para netizen dapat langsung berkomunikasi dengan Beliau," bunyi keterangan ITK.

Belum ada pernyataan dari Budi mengenai tulisan tersebut. Demikian kumparan. (*).

Share
Komentar
Copyright © 2012 - 2024 riauone.com | Berita Nusantara Terkini. All Rights Reserved.Jasa SEO SMM Panel Buy Instagram Verification Instagram Verified