- Home
- Kilas Global
- RIYA’ Atau Suka Pamer Dalam Ibadah ini Hukumnya.
Sabtu, 22 April 2017 21:25:00
RIYA’ Atau Suka Pamer Dalam Ibadah ini Hukumnya.
Riauone.com- Riya’ diambil dari kata ar-ru’yah yang artinya memperlihatkan ibadah dengan tujuan supaya dilihat oleh manusia sehingga mereka memujinya.
Adapun kebalikan dari Riya’ adalah Ikhlas. Ikhlas berarti suatu perbuatan yang dimaksudkan mencari keridhoan Allooh Ta’ala, bukan yang lainnya.
Di antara syarat diterimanya amal sholeh adalah bersih dari riya’ dan sesuai dengan sunnah. Orang yang melakukan ibadah dengan maksud agar dilihat oleh orang lain, maka ia telah terjerumus kepada perbuatan syirik kecil, dan amalnya menjadi sia-sia belaka. Misalnya melaksanakan sholat agar dilihat orang lain.
Ali bin Abi Tholib rodhiyalloohu’anhu, berkata: “Tanda orang yang riya’ itu ada tiga: 1. Dia malas jika sendirian, 2. Bersemangat jika bersama-sama manusia, 3. Bertambah semangat jika dipuji dan lemah semangat jika dicela.
Allooh Ta’ala berfirman:
Ø¥Ùنَّ الْمÙنَاÙÙÙ‚Ùينَ ÙŠÙخَادÙعÙونَ اللَّهَ ÙˆÙŽÙ‡ÙÙˆÙŽ خَادÙعÙÙ‡Ùمْ ÙˆÙŽØ¥Ùذَا قَامÙوا Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‰ الصَّلَاة٠قَامÙوا ÙƒÙسَالَى ÙŠÙرَاءÙونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكÙرÙونَ اللَّهَ Ø¥Ùلَّا Ù‚ÙŽÙ„Ùيلًا (142)
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allooh, dan Alooh akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk sholat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan sholat) di hadapan Allooh. Dan tidaklah mereka menyebut Allooh kecuali sedikit sekali”. (QS. An Nisaa’: 142).
Demikian pula jika ia melakukan suatu amalan dengan tujuan agar diberitakan dan didengar oleh orang lain, maka ia termasuk syirik kecil.
Rosuulullooh shollalloohu’alaihi wasallam memberikan peringatan kepada mereka dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas rodhiyalloohu’anhu:
(( مَنْ سَمَّعَ سَمَّعَ الله٠بÙه٠وَمَنْ رَاءَى رَاءَى الله٠بÙÙ‡Ù ))
“Barangsiapa melakukan perbuatan sum’ah (ingin didengar oleh orang lain), niscaya Allooh akan menyebarkan aibnya, dan barangsiapa melakukan perbuatan riya’, niscaya Allooh akan menyebarkan aibnya”.(HR. Muslim)
Barangsiapa melakukan suatu ibadah tetapi ia melakukannya karena mengharap pujian manusia di samping ridho Allooh Ta’ala, maka amalannya menjadi sia-sia belaka, seperti disebutkan dalam hadits qudsi :
(( Ùˆ عن ابي هريرة رضي الله عنه قال : سمعت٠رسولَ الله٠صلى الله عليه Ùˆ سلم يقول: قال الله٠تعالى: Ø£ َنَا أَغْنَى الشّÙرَكَاء٠عَن٠الشّÙرْك، مَنْ عَمÙÙ„ÙŽ عَمَلاً أَشْرَكَ ÙÙيْه٠مَعÙيْ غَيْرÙيْ تَرَكْتÙÙ‡Ù ÙˆÙŽØ´Ùرْكَه٠))
“Dari Abu Huroyroh rodhiyalloohu’anhu, dia berkata: “Aku pernah mendengar Rosuulullooh shollalloohu’alaihi wasallam bersabda: “Allooh Ta’ala berfirman: “ Aku adalah yang Maha Cukup, tidak memerlukan sekutu, barangsiapa melakukan suatu amalan dengan dicampuri perbuatan syirik kepada-Ku, niscaya Aku tinggalkan dia dan (tidak Aku terima) amal syiriknya”. (HR. Muslim: 2985).
Adapun kandungan hadits tersebut adalah:
1. Riya’ adalah salah satu jenis syirik.
2. Riya’ menggugurkan amal dan mengapus pahala.
3. Islam agama tauhid, ikhlas, dan ittiba’ (mengikuti aturan), yang tidak menerima sekutu-sekutu bagaimanapun warna dan bentuknya.
4. Setiap orang berhak memperoleh dosa dan adzab karena riya’ dalam beramal.
5. Hamba-hamba Allooh pada hari kiamat kelak akan mengetahui nikmat-nikmat Allooh yang dianugerahkan kepada mereka. Mereka pun akan mengakuinya walaupun di dunia tidak mengakuinya.
6. Allooh Ta’ala mengetahui apapun yang disembunyikan di dalam hati para hambaNya, baik kebaikan ataupun keburukan.
Barangsiapa melakukan suatu amal sholeh, tiba-tiba terdetik dalam hatinya perasaan riya’, tetapi ia membenci perasaan tersebut dan ia berusaha untuk melawan serta menyingkirkannya, maka amalannya tetap sah.
Berbeda halnya jika ia hanya diam dengan timbulnya perasaan riya’ tersebut, tidak berusaha untuk menyingkirkan dan bahkan malah menikmatinya, maka menurut jumhur (mayoritas) ulama, amal yang dilakukannya menjadi batal dan sia-sia.
Referensi:
1. Daliilu As-Saailiin, Anas Ismail Abu Daud.
2. Syarah Riyadhush-Sholihin.
Share
Komentar