- Home
- Kilas Global
- Minuman Ringan dari Dunia Islam
Kamis, 27 Desember 2018 06:54:00
Minuman Ringan dari Dunia Islam
JAZIRAH, - Saat ini, kita mengenal beraneka jenis minuman ringan atau soft drink. Aneka produk minuman ringan buatan dalam dan luar negeri itu menawarkan rasa dan pilihan warna yang menggiurkan. Umumnya, bisnis minuman ringan dikuasai sejumlah produsen besar yang berasal dari negara-negara Barat.
Tahukah Anda bahwa minuman ringan alias soft drink pertama kali ditemukan peradaban Islam? Juliette Rossant, seorang jurnalis, penyair dan pengarang buku dari Amerika Serikat (AS) dalam tulisannya bertajuk The World's First Soft Drink, mengungkapkan, minuman ringan pertama yang dikenal umat manusia adalah Sherbet.
Menurut Rossant, minuman ringan itu berkembang di era kejayaan Islam. Minuman ini begitu digemari masyarakat Muslim di berbagai kota di dunia Islam. Sherbet berasal dari bahasa Arab shariba. Bahkan, kata "syrup" yang dikenal peradaban Barat juga berasal dari kata sherbet.
Masyarakat Muslim memiliki sebutan yang agak beda tapi masih mirip untuk menyebut minuman ringan ini. Orang Turki menyebutnya serbet. Sedangkan, masyarakat Persia mengenalnya sebagai sharbat. Dalam bahasa Latin di abad pertengahan, istilah sirup dikenal sebagai minuman Sherbet milik peradaban Muslim yang lebih baik dari Yunani.
Lalu seperti apakah Sherbet itu? Soft drink pertama di dunia itu merupakan minuman yang yang khas dengan beragam jenis rasa. Minuman ini dibuat dengan cara menyaring aroma buah-buahan, bunga atau tumbuh-tumbuhan. Sherbet dibuat dari jus buah-buahan atau sari bunga atau tumbuh-tumbuhan.Me
"Bahan-bahan ini, kemudian dikombinasikan dengan gula dan air, bahkan kadang-kadang dengan cuka untuk membentuk sebuah sirup yang bisa diencerkan setiap waktu dengan air, es atau salju," papar Rossant dalam tulisannya yang dipublikasikan dalam majalah Saudi Aramco.
Sherbet menjadi salah satu minuman ringan yang paling penting dalam kebudayaan Muslim. Minuman ringan ini selalu tersedia dalam berbagai acara penting yang bersifat seremonial, mulai dari pemberian nama, pernikahan, sunatan, maupun hajat lainnya.
Di era kejayaan Imperium Turki Usmani, sherbet merupakan minuman wajib yang harus diseruput setiap hari. Tradisi itu hingga kini masih berlangsung di Turki. Rossant menuturkan, Pada hari yang spesial, sebuah restoran milik Haci Abdullah kabupaten Beyoglu, Istanbul, selalu menyajikan sherbet dengan aneka makanan tradisional warisan Kekhalifahan Turki Usmani.
Masyarakat Turki mengenal beragam jenis sherbet berdasarkan musim. Ada sherbet dari buah-buahan meliputi buah pir, strawberi, apel, cerry cornelian, delima, dan jeruk. Selain itu, ada pula sherbet yang terbuat dari ramuan daun atau akar tanaman palem Palmyra, bunga mawar dan carob. Di negara itu juga terdapat pula madu sherbet.
Andrew Mango, mantan direktur BBC untuk Timur Dekat dalam tulisannya mengisahkan tentang seorang serbetci atau perdagang sherbet. Pedagang itu membawa botol kuningan yang besar di punggungnya. Botol yang memiliki ceret panjang berisi sherbet dengan beraneka rasa buah-buahan.
Seorang serbetci biasanya juga membawa sebaris gelas kaca yang terikat pada ikat pinggangnya. "Sebelum melayani pembeli, serbeci akan mencuci gelas dengan air, lalu maju membungkuk, dari cerat yang lengkung atas bahunya ia menuangkan serbet lezat ke dalam gelas. Penjual sherbet itu menjamin kebersihan minuman yang dijualnya,'' papar Mango.
Meski sejumlah minuman ringan buatan Amerika telah menguasai dunia, namun sherbet tak pernah lekang tergerus zaman. Masyarakat di berbagai negara Muslim tetap menjadikan sherbet sebagai minuman yang spesial. Menurut Juliette Rossant, dalam tulisannya bertajuk The World's First Soft Drink, Sherbet bukanlah sembarang minuman.
Bagi peradaban Islam, sherbet menjadi simbol kekuatan yang besar, bahkan dalam bidang politik. Rossant menuturkan, sherbet pernah menjadi sebuah kekuatan yang mampu meredam konflik berkepanjangan antara India dan Pakistan dalam perebutan Kashmir.
''Pada tahun 1998 India Express melaporkan bahwa kedua pasukan tentara yang bertikai sempat melupakan peperangan dan menghilangkan kebencian yang telah tumbuh selama 50 tahun, ketika mereka merayakan sebuah acara yang menawarkan minuman sharbat,'' tutur Rossant
Sumber : Mozaik Republika