• Home
  • Hukrim
  • Wilayah Sumatera Dominan Kasus Ilegal Migas
Rabu, 08 Oktober 2014 12:38:00

Wilayah Sumatera Dominan Kasus Ilegal Migas

tanker angkut BBM. ilustrasi
riauoneocm, roc, - Menurut Direktorat PAMOBVIT Baharkam Polri, Kombes Budi, kegiatan ilegal di objek vital nasional terdiri dari illegal drilling, illegal production, dan illegal tapping. Objek sektor migas sudah ditetapkan sebagai objek vital nasional melalui Keputusan Menteri dan Sumber Daya Mineral Nomer 3407 K /07/MEM/2012, namun faktanya, sampai saat ini kegiatan ilegal di sektor migas masih terus terjadi.
 
Wilayah yang sangat dominan terjadinya ilegal migas menurut Polri adalah wilayah Sumatera. "Di Sumatera sangat dominan dalam kasus ilegal migas lebih dari 500 kasus pencurian minyak mentah dari tahun 2009 sampai 2013," ujar Kombes Budi dalam diskusi Lawan Illegal Drilling, Selasa (07/10).
 
Budi menjelaskan, pencurian minyak mentah yang terjadi di Sumatera tersebut telah mengakibatkan shutdown pemompaan lebih dari 50 kali. Bahkan menurut dia, pencurian minyak telah mengakibatkan Toptank lebih dari 150 kali. Selain itu, praktik illegal yang sudah terjadi selama 4 tahun sudah mengakibatkan pencemaran lingkungan yang parah dan menimbulkan kebakaran hutan diberbagai tempat di Sumatera.
 
Polri tidak tinggal diam mengenai maraknya pencurian minyak. Bersama stakeholder lain seperti pamkarsa dan masyarakat, Polri mengaku sudah melaksanakan kegiatan preemtif, preventif, dan penegakan hukum. "Polda Sumsel menindak illegal tapping tahun 2010 ada 22 kasus, tahun 2011 ada 30 kasus, tahun 2012 ada 90 kasus dan tahun 2013 memproses 34 kasus," kata Budi.
 
Meskipun sudah melakukan upaya hukum, Budi mengakui bahwa kegiatan illegal migas masih kerap terjadi. Pasalnya Polri sendiri mengalami kekurangan personil pengamanan objek vital.
 
Budi mencontohkan, di Sumatera ada pipa minyak Pertamina yang panjangnya lebih dari 165 km, tetapi petugas yang mengawasi hanya 20 orang. Tak hanya masalah sumberdaya manusia, kondisi pipa yang tertanam antara 1 sampai 1,5 meter di bawah tanah dan terletak di hutan dan semak belukar juga menjadi kesulitan pengawasan tersendiri.
 
Bahkan dari segi koordinasi dengan pihak operator yaitu Pertamina mengenai titik kebocoran pipa sulit diketahui karena keterbatasan peralatan dan pengetahuan teknis. (et/roc/net)
 
Share
Berita Terkait
Komentar
Copyright © 2012 - 2024 riauone.com | Berita Nusantara Terkini. All Rights Reserved.Jasa SEO SMM Panel Buy Instagram Verification Instagram Verified