Jumat, 20 November 2015 11:19:00
Kapal Isap Pasir Pindah di Sagulung
RIAUONE.COM, BATAM, KEPRI, ROC, - Diduga, kapal isap pasir laut dengan nama lambung Pusaka berbendera Indonesia berada di perairan Sagulung.
Informasi di lapangan, kapal yang berisikan anak buah kapal warga negara asing ini sedang melakukan uji coba. Untuk melakukan uji coba ini, jadualnya sekitar dua minggu sampai satu bulan.
"Waktu kabur dari Barelang, kita menyangka kapal menuju ke Bangka Belitung. Setelah ditelusuri, kapal berada di depan Pulau Babi, Sagulung," ujar warga pulau menginformasikan, Jumat (20/11).
Disebutkannya, tidak ada warga yang melakukan protes terhadap aktivitas kapal isap itu sendiri. Disinyalir, telah memberikan kompensasi kepada nelayan dengan uji coba yang dilakukan kapal tersebut.
Dikatakannya, kapal itu baru selesai menjalani perbaikan disalah satu galangan di Tanjunguncang. Sebelum dioperasionalkan, kapal dilakukan uji coba.
"Nelayan sudah mendapat dana kompensasi. Jadi tidak ribut lagi. Dan paling lama, kapal satu bulan saja melakukan uji coba tersebut," katanya menambahkan.
Untuk diketahui, sebelumnya, dikabarkan kapal isap pasir laut dengan nama lambung Pusaka berbendera Indonesia beroperasi di perairan Barelang sejak Kamis (13/11) lalu, telah kabur menuju ke Bangka Belitung.
"Perginya kapal ini semakin meyakinkan, jika kapal ini tidak dilengkapi dokumen," ujar Sekretaris Gerakan Pemuda Hinterland (GPH), Norimat, Minggu (15/11).
Menurutnya, ia dan ratusan nelayan yang menggantungkan hidup di lokasi yang menjadi titik kapal itu akan menyedot pasir senang dengan kepergian kapal ini. Karena, mata pencarian nelayan tidak terganggu.
Namun begitu, katanya, ia mengaku kesal juga dengan aktivitas kapal yang diisi kru warga negara asing. Pasalnya, kapal ini sempat merusak dan mengganggu aktivitas nelayan. "Kita sempat terganggu. Hanya saja, kita bingung mau menyampaikan keluhan kemana? soalnya, tidak ada seorangpun kru kapal yang bisa berbahasa Indonesia dan bahasa Inggris," ujarnya.
Informasi di lapangan, sebelum meninggalkan lokasi yang akan dijadikan titik untuk mengisap pasir laut ini, managemen kapal sempat memberikan kompensasi kepada sebahagian nelayan. "Kalau tidak salah, ada sebahagian nelayan yang menerima dana Rp35 juta untuk kompensasi atas keberadaan kapal tersebut," katanya.
Untuk diketahui, kapal isap pasir laut dengan nama lambung Pusaka berbendera Indonesia beroperasi di perairan Barelang, Kamis (13/11). Mereka beraktivitas di wilayah tangkapan nelayan.
"Kita sangat menyayangkan adanya kapal ini. Dan kenapa bisa kapal ini beroperasi?," ujar Sekretaris Gerakan Pemuda Hinterland (GPH), Norimat ketika berada di kapal yang sedang melakukan pemancangan pipa di dasar laut.
Menurutnya, kegiatan kru kapal yang merupakan warga negara asing ini tidak dapat dilarang atau dihentikan. Soalnya, sekitar tujuh sampai sepuluh orang anak buah kapal yang bekerja, tidak satupun yang bisa berbahasa Indonesia. Sehingga, puluhan nelayan yang naik ke kapal itu, katanya, tidak dapat berkomunikasi dengan pekerja di kapal tersebut.
Disebutkannya, kapal datang ke titik yang berada di belakang Pulau Panjang ini pada Rabu (12/11) sekitar pukul 15.00 WIB. Begitu tiba di lokasi, kapal itu langsung memancangkan pipa berukuran besar ke dasar laut.
"Begitu kita mengetahui ada kapal ini, kita langsung datangi. Tetapi tidak ada yang bisa dikonfirmasi mengenai kegiatan kapal ini," katanya.
Dikatakannya, wilayah yang menjadi sasaran kegiatan kapal ini merupakan wilayah tangkapan sejumlah nelayan di Barelang. Jadi keberadaan kapal ini, katanya, menjadi gangguan bagi nelayan. Dan otomatis ini sangat meresahkan nelayan.
Selain itu, di titik kapal itu beroperasi merupakan jalur pipa gas. Dan ini akan menjadi berbahaya. "Kalau sempat kena pipa gas, akan menjadi masalah baru," ujar Norimat
Pantauan di lapangan, puluhan nelayan dari sejumlah pulau yang mengaku berdampak dengan keberadaan kapal ini menaiki kapal tersebut. Kedatangan nelayan ini, tidak menjadi beban bagi tenaga kerja asing yang berada di kapal. Mereka tetap menjalankan tugasnya untuk menancapkan pipa besar ke dasar laut.
"Kalian buat apa?" teriak nelayan yang berada di atas kapal. Akan tetapi, pekerja asing ini tetap menjalankan aktivitasnya. Dan mereka saling berbicara dengan menggunakan bahasa asing. Untung, nelayan tidak terpancing dengan sikap para pekerja itu yang tetap bekerja tersebut. (HK/roc).
Share
Berita Terkait
Komentar