• Home
  • Nusantara
  • BNPB: Perusahaan Minim Cegah Kebakaran, Apalagi Perusahan Sawit
Minggu, 27 Maret 2016 12:33:00

BNPB: Perusahaan Minim Cegah Kebakaran, Apalagi Perusahan Sawit

PEKANBARU, RIAU, - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Nasional, Willem Rampangilei, menyatakan masih sangat minim jumlah perusahaan yang mengelola konsesi di Provinsi Riau, secara sukarela terlibat dalam pencegahan kebakaran lahan dan hutan di daerah tersebut bersama pemerintah dan TNI-Polri, sehingga kebakaran masih terjadi karena penanganan yang belum optimal.
 
"Ya perusahaannya itu-itu saja, dan ini harus jadi masukan bagi pemerintah daerah," kata Willem Rampangilei saat meninjau kondisi kebakaran lahan dan hutan di Pekanbaru, Senin.
 
Pemprov Riau telah memberlakukan status Siaga Darurat Kebakaran Lahan dan Hutan sejak 7 Maret dan berlaku selama tiga bulan ke depan. Hal ini disebabkan kebakaran terus terjadi, khususnya di daerah pesisir utara Riau yang berpotensi tinggi terjadi kebakaran akibat dampak kemarau ekstrim dan masih adanya pembukaan lahan dengan membakar.       
 
Willem mengakui dari sekian banyak perusahaan yang beroperasi di Riau, jumlah perusahaan yang ikut aktif dalam berkoordinasi dengan Satuan Tugas Siaga Darurat Karlahut Riau sangat minim karena bisa dihitung dengan jari. Perusahaan yang berperan aktif dalam koordinasi sejauh ini baru dari dua induk perusahaan industri kehutanan, salah satunya APP-Sinar Mas, sedangkan perusahaan kelapa sawit tidak ada. 
 
Padahal, keterlibatan perusahaan akan sangat berguna untuk membantu memobilisasi petugas pemadam kebakaran ke lokasi yang minim infrastruktur, dan efektivitas upaya pemadaman serta sosialisasi larangan pembakaran lahan disekitar konsesi perusahaan. "Ini yang akan saya coba dorong, dan pada pekan depan saya akan ngepos (berkantor) di Riau," ujarnya.
 
Sementara itu, General Manager Fire Management APP–Sinar Mas, Sujica Lusaka, menegaskan bahwa untuk menghadapi musim kemarau tahun ini, perusahaan melakukan sejumlah langkah untuk mencegah kebakaran lahan di kosesi mereka di Sumatera. Hal itu dimulai dari perekrutan anggotabaru regu pemadam (RPK), berikut memberikan pelatihan dan penyertifikasian bagi mereka. 
 
Kemudian perusahaan tersebut juga mulai menerapkan sistem baru yakni ICS (Incident Command System) sebagaimana diaplikasikan di berbagai negara untuk manajemen bencana, membangun "situation room" yang menghubungkan dari lingkup satuan kerja terkecil (distrik), hingga ke lingkup diatasnya (region). 
 
"Seluruh rencana kerja, operasi, pengerahan orang, peralatan, hingga logistik terpantau secara langsung, sekaligus memonitoring titik panas, titik api, cuaca, koordinasi dan berbagai aktivitas pendukung. Sistem ICS ini membantu kami mengelola bencana lebih terarah, sehingga rentetan kerja bisa lebih fokus,” kata Sujica yang juga membenarkan jika pemadaman tidak hanya dilakukan didalam konsesi, namun juga menjangkau kawasan yang berada jauh diluar konsesi perusahaan. 
 
Ia mengatakan APP–Sinar Mas juga akan mempergunakan teknologi baru dalam deteksi dini titik api melalui teknologi geothermal, yang direncanakan untuk mempercepat penanggulangan (response time) pemadaman sejak titik api mulai terdeteksi. "Teknologi yang berasal dari Australia ini akan diimplementasikan APP–Sinar Mas pada akhir Maret," katanya. 
 
Ia menyatakan pengoperasian helikopter perusahaan kini dilakukan secara berpasangan saat melakukan pemadaman dari udara di Riau, dimana heli pertama melakukan pengamatan dan pemanduan bagi heli kedua yang menjatuhkan air (water bombing). “Heli Eurocopter jenis Super Puma memiliki kapasitas angkut air untuk bombing hingga 4,5 ton, sedangkan heli standar hanya menampung 600 liter air. 
 
"Oleh karena itu Super Puma harus dipandu dari udara agar dapat melakukan pemadaman lebih tepat, efisien, dan aman karena dibawah juga terdapat regu yang tengah melakukan pemadaman,” katanya.
 
Selain pemadaman melalui sinergi dengan berbagai pihak, lanjutnya, perusahaan juga mengaplikasikan teknologi dan peralatan baru, dan pengembangkan sumber daya manusia.  APP–Sinar Mas mengembangkan pula pogram Desa Makmur Peduli Api (DMPA) sebagai upaya preventif dalam mencegah karlahut, dimana perusahaan menginisiasi sejumlah pendekatan untuk meningkatkan kualitas kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat di sekitar konsesi perusahaan. "Selama kurun waktu 2016 sampai dengan 2020, direncanakan ada 500 Desa Makmur Peduli Api di sekitar konsesi kami," katanya. (ant/roc).
 
Share
Berita Terkait
  • 4 tahun lalu

    Merajalela-nya Sawit Perusahaan dan Nasib Pulau-pulau Kecil di Kepri Kala Sawit Datang [2 Habis).

    Satu per satu pulau-pulau di Kepulauan Riau masuk perkebunan sawit perusahaan. Bagian sebelumnya menceritakan perkebunan sawit di Kabupaten Lingga, PT Sumber Sejahtera Logistik

  • 4 tahun lalu

    Merajalela-nya Sawit Perusahaan dan Nasib Pulau-pulau Kecil di Kepri kala Sawit Datang [1]

    Satu per satu pulau-pulau di Kepulauan Riau masuk perkebunan sawit perusahaan. Bagian pertama ini akan menyoroti masalah sawit di Kabupaten Lingga. Ada investasi sawit perusahaa

  • Komentar
    Copyright © 2012 - 2024 riauone.com | Berita Nusantara Terkini. All Rights Reserved.Jasa SEO SMM Panel Buy Instagram Verification Instagram Verified