• Home
  • Nusantara
  • Kisah Kampung Janda, Begini Kisahnya Kenapa Banyak Wanita Janda di Kampung Ini
Kamis, 30 Juni 2016 14:13:00

Kisah Kampung Janda, Begini Kisahnya Kenapa Banyak Wanita Janda di Kampung Ini

NUSANTARA, - Di kaki Gunung Salak, tepatnya di Desa Ciburayut, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, banyak orang menyebut kampung ini sebagai 'kampung janda'.
 
Perempuan di sana jadi janda bukan akibat dicerai namun karena para suami mereka yang tewas akibat tertimbun galian Loji, sebuah tambang karst digunakan sebagai bahan baku membuat batako.
 
Konon, sejak beroperasinya galian yang dikelola secara tradisional tahun 1996 itu, sudah lebih dari 100 pria tewas karena tertimbun longsor. 
 
"Iya memang kebanyakan para suami meninggal akibat tertimpa longsor tapi ada juga yang meninggal karena sakit dan juga jadi janda karena cerai," kata ketua W 07, Desa Ciburayut, Kampung Panyarang Tengah, Muhammad Endang Iskandar seperti dimuat merdeka.com.
 
Endang menceritakan di kampungnya, para perempuan yang ditinggal suaminya karena menjadi korban longsoran tambang karst rata-rata memiliki banyak keturunan. 
 
"Kalau di sini iya, para janda yang ditinggal karena kejadian longsor tertimbun memiliki banyak anak. Paling banyak waktu itu satu janda punya enam orang anak. Tahun terakhir 3-4 orang anak satu janda," cerita Endang.
 
"Kalau di sini ada 6 KK (kepala keluarga) yang menjadi korban longsoran. Tahun kemarin ada 1 korban," kata Endang. Memang, lanjut Endang bukit yang menjadi area tambang itu sangat berbahaya dan para pekerja tambang karena digali dengan cara manual tanpa menggunakan alat berat.
 
Endang juga mengakui walaupun taruhannya nyawa, warganya tetap bekerja sebagai penambang karst. "Ya walaupun memang taruhannya nyawa, kalau urusan perut sudah lain urusan," kata Endang.
 
Galian tambang tersebut berada tak jauh dari kaki Gunung Salak ini memang sering membuat korban dari para penimbun akibat longsoran pasir dan batu. "Ya karena pekerjaannya manual gak pakai mesin, tak jarang penambang terkena reruntuhan longsor sampai tertimbun," cerita Endang. Meski sering menelan korban jiwa, namun warga sekitar tetap memilih mata pencaharian itu sebagai penghasilan utama. 
 
"Dulu pernah dipasang garis polisi, ya tapi mau gimana lagi sudah jadi mata pencaharian warga sini. Balik lagi urusannya perut. Polisi juga gak bisa neken buat ngelarang,"tutur Endang. Bahkan hingga sekarang warga desa Ciburayut tetap menggantungkan hidupnya sebagai penambang batu karst di sana.
 
Hikayat janda Cigombong
Tidak banyak aktivitas di rumah sederhana yang terletak di sebuah desa terpencil, jauh dari keriuhan kota Bogor. Tepat berada di bawah kaki Gunung Salak, jaraknya hanya sekitar 30 kilometer dari kota hujan. Nama Desa itu adalah Ciburayut. Desa itu juga tersohor disebut kampung janda.
 
Yati, 35 tahun, terlihat duduk santai sambil mengelus-elus kepala anak ketiganya, Dede Maulana. Sore itu kebetulan dia baru selesai memasak menu untuk berbuka puasa. Perempuan yang baru menjanda selama enam bulan ini, ditinggal suaminya tewas akibat tertimbun galian Loji, tambang karst adalah bahan baku batako. Yati adalah seorang janda beranak empat. 
 
Selama masih hidup, suami Yati, Almarhum Uyeh merupakan pekerja tambang galian Loji dan merupakan tulang punggung keluarga. Namun kali ini, Yati harus menggantikan peran suaminya sebagai kepala keluarga. Dia pun bekerja sebagai petani serabutan untuk menghidupi keempat anaknya yang masih kecil. 
 
"Sekarang mah di cukup-cukupin, enggak nentu mau makan apa. Yang penting bisa hidup," ujar Yati saat berbincang dengan merdeka.com, Senin lalu. 
 
Kini hidup Yati dan keempat anaknya lebih perih setelah ditinggal oleh suami meninggal. Bahkan anak tertua, Nur Laela, 17 tahun rela putus sekolah lantaran tidak ada biaya. "Sekolahnya mah gratis tapi cuma jarak dan perlu ongkos menuju ke sekolah yang jauh. Ongkos juga tiap hari hampir sama dengan makan," kata Nur Laela menimpali omongan Yati. 
 
Kini Nur Laela hanya bisa menemani ibunya dan ketiga adiknya di rumah. Dulu, dia juga pernah bekerja serabutan. Namun hanya beberapa bulan dan dia pun kini sering berada di rumah. 
 
"Bisa kalau pakai komputer, kan saya jurusan sekretaris. Dan pernah kerja sebentar," ujar Nur Laela. 
 
Dia juga berkeinginan untuk bersekolah kembali tetapi disatu sisi dia pun memikirkan ibunya dan ketiga adiknya. "Mau sekolah tapi kan mikir buat Mama bagaimana?".
 
Hanya rumah sederhana yang ditinggali, Yati dan keempat anaknya harta satu-satunya peninggalan almarhum suaminya. Rumah sederhana itu berlantaikan keramik hitam. Tidak banyak perabotan dalam isi rumah Yati, hanya dua kasur sederhana, meja kecil dan rak piring reyot berada di dapur.
 
Di belakang dapur hanya ada bekas kandang kambing dan banyak tumpukan sampah. Kondisi dapur hanya ada kompor gas dan tabung berukuran 3 kilogram. Selain itu, Yati juga suka menggunakan tungku jika tidak mampu membeli tabung gas.
 
Kabar duka dari Kampung Janda
Enam bulan yang lalu menjadi awal duka bagi keluarga Yati, 35 tahun. Suaminya bernama Uyeh ditemukan tak bernyawa saat bekerja menambang bahan membuat batako di galian Loji, tambang karst adalah bahan baku batako, Desa Ciburayut, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
 
Tepat di kampung Panyarang lokasi tempat pertambangan galian tersebut banyak memakan korban, salah satunya suami Yati. Tak heran kampung tersebut dijuluki sebagai 'kampung janda'. Yati bercerita, awalnya tidak mengetahui bahwa suaminya meninggal akibat tertimbun longsor bahan baku batako dan menyeret suaminya ke dasar tebing.
 
"Saya enggak tau cerita awalnya gimana, tapi kata teman kerja suami saya. Dia yang sedang memahat di ketinggian sekitar 40 meter. Tiba-tiba longsor, Jadi weh ketiban," kata Yati sambil mengelus anaknya ketika ditemui merdeka.com, Senin lalu. 
 
Sebelum kejadian yang menimpa suaminya, firasat buruk sudah dirasakan Yati. Sehari sebelum suaminya menghadap sang khalik, Uyeh sempat menolong temannya sesama penambang terkena longsoran. Bahkan mengantarkan hingga rumah sakit. "Nah , besoknya suami saya yang kena tiban. Saya juga baru dikasih tahu sore, jam Iima," kata Yati.
 
Yati menceritakan ketika suaminya biasa menambang galian Loji dari jam delapan pagi hingga jam dua belas siang. amun hingga jam empat sore tak kunjung pulang ke rumah. Dia dan anak-anaknya pun bertanya-tanya.
 
"Saya dikasih tahu jam lima sore, pas dibawa ke rumah badannya masih kotor dan banyak bekas pasir (bahan dasar batako) dan kondisinya sudah tidak bernyawa. Merinding saya," kata Yati sambil mengelus-elus karena merinding mengingat kejadian tersebut.
 
Yati merasa kecewa kepada pemilik lahan galian, karena dianggap tidak bertanggung jawab. Pemilik lahan hanya memberikan santunan kepada keluarga korban selama empat puluh hari selama kejadian. "Kasih cuma sampai 40 hari, pemakaman dan lainnya dari pihak yang punya galian," pungkas Yati.
 
Bertaruh nyawa demi rupiah
Tidak ada pilihan lagi bagi warga kampung Panyarang, Desa Ciburayut, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Mata pencaharian sebagai penambang galian Loji, tambang karst merupakan pekerjaan utama. Banyak lelaki di kampung itu memilih mencari nafkah dengan menambang bahan pembuat batako.
 
Padahal bukit yang mejadi area galian selalu memakan korban. Karena banyak suami di kampung itu yang meninggal, kemudian dikenal dengan Kampung Janda. Kondisi perekonomian di kampung itu memang memprihatinkan. Warga kampung itu terpaksa bertaruh nyawa demi memenuhi isi perut.
 
Upahnya pun tak sebanding dengan nyawa. Perhari para penambang itu hanya dibayar Rp 35 ribu. Taruhan buat mendapatkan uang itu nyawa. Longsor bisa tiba-tiba saja menghampiri mereka disaat penambang melakukan pekerjaannya.
 
Hanya bermodalkan tali dan pahat, para pria kampung Panyarang melakukan aktivitas penambangan. "Penambang di sini manual enggak pake alat, ya saya akui memang bahayanya. Enggak ada peralatannya," kata ketua RT 07/ RW 07, Desa Ciburayut, Kampung Panyarang Tengah, Muhammad Endang Iskandar ketika ditemui merdeka.com, Senin lalu. 
 
Endang menambahkan biasanya perhari bayaran diterima para penambang tidak menentu. Bisa berkisar Rp 35 ribu sampai Rp 100 ribu. "Walaupun cuma dibayar 35rb-100rb itu pun bukan sehari tergantung hasil yang mereka bawa ke tengkulak," ujarnya. 
 
Area tersebut dimiliki oleh warga yang memang menguasai lahan tersebut. Sudah berkali-kali aparat dan pemerintah setempat melarang untuk tidak melakukan penambangan di area itu. Namun warga tetap tak bergeming, mereka tetap mempertahankan lahan itu sebagai mata pencaharian sehari-hari.
 
"Kalau urusan perut lain urusan, saya sudah melarang warga sini, karena sudah memakan korban tapi tetap saja ini adalah mata pencaharian satu-satunya," kata Endang.
 
Konon, menurut Endang, akibat banyaknya warga khusus kaum pria yang bekerja sebagai penambang menjadi korban tewas di area tersebut, semakin banyak para istri harus menjanda. "Iya memang kebanyakan para suami meninggal akibat tertimpa longsor tapi ada juga yang meninggal karena sakit dan juga jadi janda karena cerai," katanya.
 
Endang menceritakan di kampungnya, para perempuan yang ditinggal suaminya karena menjadi korban longsoran tambang karst rata-rata memiliki banyak keturunan. "Kalau di sini iya, para janda yang ditinggal karena kejadian longsor tertimbun memiliki banyak anak. Paling banyak waktu itu satu janda punya enam orang anak. Tahun terakhir 3-4 orang anak satu janda," tutur Endang.
 
"Kalau di sini ada 6 KK (kepala keluarga) yang menjadi korban longsoran tahun lalu. Tahun kemarin ada 1 korban," kata Endang. Memang, lanjut Endang bukit yang menjadi area tambang itu sangat berbahaya bagi para pekerja tambang. Apalagi mereka melakukan penambangan dengan alat tradisional.
 
Horor di Kampung Janda
Banyaknya penambang galian Loji, tambang karst yang menjadi korban reruntuhan galian di Kampung Panyarang, Desa Ciburayut, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat membuat Muhidin, 40 tahun, tak ingin jadi korban selanjutnya. Lima tahun bekerja sebagai penambang karst, dia pun memilih beralih profesi lain. 
 
Mirda 27 tahun, istri Muhidin mengatakan suaminya berhenti jadi penambang karst demi kedua anaknya yang masih kecil. "Suami saya dulu teman dekat almarhum suami ibu Yati di tempat penambangan, ketika kejadian itu suami saya memilih berhenti, takut istrinya jadi janda katanya," ujar Mirda ketika ditemui merdeka.com, Senin lalu. 
 
Mirda menceritakan, awalnya dia melarang suaminya agar tidak bekerja lagi di tempat penambangan, sebab sudah banyak nyawa pria di kampungnya ikut menjadi korban di lokasi penambangan. Mirda pun memberikan ingin suaminya bekerja dengan nyaman tanpa menaruhkan nyawa demi sepeser uang. "Waktu itu saya melarang karena takut ditinggal suami," kata Mirda yang dinikahi Muhidin ketika umur 17 tahun.
 
Mirda mengatakan takut akan kejadian yang menimpa tetangganya, Yati yang kini sudah ditinggalkan suaminya akibat tertimpa reruntuhan longsor. "Ah, saya mah takut suami saya kaya suami teh Yati. Mana anak saya masih kecil," Tutur Mirda.
 
Mirda menceritakan, sewaktu suaminya bekerja di penambang galian Loji, tambang karst atau bahan baku batako tidak memakai alat pengaman sama sekali. Hal itu yang membuat Mirda resah, lantaran suaminya bekerja tidak menjaga nyawanya untuk anak-anak di rumah.
 
"Setiap kerja saya selalu bilang, 'pak kalau ada kerjaan lain jangan di situ atuh, lebih baik cari pekerjaan lain saja," kata Mirda seraya menyuapi anaknya dengan sepiring nasi. 
 
Suami Mirda pun akhirnya beralih profesi menjadi kuli bangunan. Walaupun menurut Mirda, penghasilan jadi seorang buruh kuli dan penggalian tambang karst sama saja. "Sama aja, jadi kuli bangunan atau tunggal gali tambang gitu. Sama-sama kurang," ucap Mirda sambil tersipu malu.
 
Dia mengakui, pada bulan puasa tidak ada pekerja penggali tambang karst yang berkerja. Selama sebulan mereka berhenti melakukan aktivitas. Suaminya pun, kata dia tidak bekerja di bulan puasa. 
 
"Enggak suami saya kalau bulan puasa enggak kerja, ngandelin dari penghasilan yang dulu saja. Kalau ada serabutan apa yang ringan baru di ambil," kata Mirda. (*/mdk)
Share
Berita Terkait
Komentar
Copyright © 2012 - 2024 riauone.com | Berita Nusantara Terkini. All Rights Reserved.Jasa SEO SMM Panel Buy Instagram Verification Instagram Verified