Senin, 07 November 2016 06:49:00
Kisah Tragis Pemburu Ringgit Belia yang Nyaris Tewas Kecelakaan Speed Boat
BATAM, KEPRI, - Peristiwa tenggelamnya speed boat berisi 101 TKI ilegal dari Malaysia menyisakan kisah pedih. Seorang korban selamat, Nurhalida, nyaris saja meregang nyawa bila tak segera dapat bantuan.
Gadis 16 tahun itu sempat terombang-ambing di lautan selama hampir 2 jam. Mengenang itu Nurhalida tampak trauma.
Aida panggilan akrabnya baru hampir setahun bekerja ke Malaysia sebagai pembantu rumah tangga di Ipoh, Malaysia. Kala itu ia masih sangat belia.
Saat menceritakan mengapa bisa selamat. Ia tampak tersenyum getir. Ia ingat waktu ditengah laut itu rambutnya ditarik oleh temannya, jika tidak mungkin ia sudah menjadi mayat saat ini.
"Iya aku udah mau hampir mati, kalau saja rambutku tidak ditarik, aku sudah mati, setelah itu kami selalu berpelukan, teman yang saya peluk itu nggak bisa selamat," ujar Aida dengan sedih saat ditemui beberapa hari lalu di Batubesar, Nongsa, Batam.
Uang sebesar Rp 11 juta yang ditabungnya selama bekerja, kini sudah hanyut bersama hilangnya harapan Aida untuk menduduki bangku sekolah.
Pengalaman ini sudah sangat membuatnya trauma, sesekali ia memandang dengan tatapan kosong.
Ia memutuskan untuk keluar negeri lantaran bertekad untuk mencari uang demi melanjutkan pendidikan di SMA.
Di bawah umur
Anak ketiga dari 6 bersaudara ini terpaksa memalsukan dokumennya untuk bisa bekerja di luar negeri. Ayahnya yang seorang petani di Lombok tidak dapat membiayai sekolahnya.
"Ya nekat aja waktu itu, ditambahin umurnya biar bisa pergi," ujar gadis berparas cantik tersebut.
Ia sudah mengantungi izin bekerja sehingga cukup sebagai modalnya untuk merantau, setelah hampir setahun ia berpamitan kepada majikannya untuk pulang kampung dan beruntungnya diperbolehkan.
Melalui agen yang memperkerjakan Aida, ia di pulangkan melalui jalur ilegal.
Waktu itu Aida tidak mengetahuinya, maklum ini pertama kalinya ia pulang kampung setelah merantau di luar negeri.
"Tidak tahu kalau dipulangkannya itu ilegal karena saya masuk melalui jalur resmi," kata Aida.
Ia dibawa ke hutan dan ditenpatkan di barak penampungan. Aida tidak tahu tempatnya. Yang ia ingat sempat dua malam di penampungan itu.
Dalam barak tersebut Aida sempat berkenalan dengan teman-teman yang senasib dengannya kerja di luar negeri. (*).
Share
Berita Terkait
Komentar