- Home
- Nusantara
- Rusuh di Tanjung Balai, Pasal-nya Warga Tionghoa ini Minta Volume Mikrofon Masjid di Kecilkan
Sabtu, 30 Juli 2016 18:08:00
Rusuh di Tanjung Balai, Pasal-nya Warga Tionghoa ini Minta Volume Mikrofon Masjid di Kecilkan
TANJUNGBALAI, SUMUT, - Kabid Humas Polda Sumatera Utara Kombes Rina Sari Ginting menerangkan, aksi anarkis yang dilakukan sejumlah gabungan elemen masyarakat di Tanjung Balai baru berakhir pada pukul 04.30 WIB tadi pagi.
Menurut dia, sejumlah biara dan toapekong dibakar massa yang emosi akan tindakan Meliana untuk mengecilkan volume mikropon masjid.
Kabid Humas Polda Sumatera Utara Kombes Rina Sari Ginting mengatakan, aksi pengrusakan ini terjadi begitu saja.
"Awalnya ada seorang warga Tionghoa bernama Meliana (41) meminta untuk menegur Nazir Almakshum yang ada di Jalan Karya dengan maksud agar mengecilkan volume mikrofon yang ada di masjid. Menurut Nazir, teguran itu disampaikan beberapa kali," beber Rina, Sabtu (30/7).
Lalu sekitar pukul 20.00 WIB, Nazir menemui Meliana di kediamannya. Ketika itu terjadi cek-cok mulut sehingga suasana memanas.
"Saat itu sudah memanas, Nazir diamankan ke kantor lurah setempat dan Meliana dan suaminya dibawa ke Polsek Tanjung Balai Selatan," tutur dia.
Setibanya di Polsek Tanjung Balai Selatan dilakukan pertemuan yang melibatkan Ketua Majelis Ulama Indonesia Tanjung Balai, Ketua FPI Tanjung Balai, Camat dan sejumlah tokoh masyarakat.
"Ketika pertemuan itu massa mulai menumpuk dari berbagai elemen dan melakukan orasi. Tapi sudah diminta untuk membubarkan diri," lanjut dia.
Bukannya membubarkan diri, jumlah massa semakin banyak. Rina menyebutkan hal itu dikarenakan adanya pancingan dari media sosial Facebook.
"Usai bertambah banyak, massa kemudian bergerak ke rumah Meliana yang ada di Jalan Karya untuk membakar. Tapi itu dilarang oleh warga sekitar," sambung perwira menengah ini.
Tapi tanpa diduga, massa yang sudah marah ini kemudian bergerak ke Biara Juanda yang berjarak sekitar 500 meter dari Jalang Karya. Di sana massa berupaya untuk membakar namun dihadang oleh personel Polres Tanjung Balai.
Tapi massa melakukan pelemparan dengan menggunakan batu sehingga Biara mengalami kerusakan," kata dia lagi.
Belum selesai meluapkan emosinya, massa yang begitu banyak itu kemudian melakukan tindakan anarkis di luar kendali polisi. Mereka merusak dan membakar sejumlah tempat ibadah yang ada di kota itu.
Polisi yang jumlahnya saat itu tidak seberapa tak mampu berbuat banyak karena massa begitu brutal dan anarkis di sejumlah titik kota.
"Adapun yang rusak kebanyakan gaharu, lilin, kertas meja dan perabotan di dalamnya," sambung dia.
Ketika itu dengan cepat petugas ke lokasi untuk meredam emosi masyarakat. Sejumlah tokoh masyarakat dan unsur Musyawarah Pimpinan Daerah Tanjung Balai hadir untuk menahan emosi massa.
"Barulah pukul 04.30 WIB warga mulai membubarkan diri dan lokasi terus dijaga," katanya.
Dia juga mengimbau kepada warga agar bisa menahan diri dan tidak berbuat anarkis lagi. Rina sendiri belum bisa memastikan berapa total kerugian yang diderita akibat kejadian anarkis ini.
"Yang pasti ini ratusan juta rupiah. Tidak ada korban jiwa di insiden ini," tutupnya. (jpg/*)
Share
Berita Terkait
Komentar