• Home
  • Opini-Tokoh
  • Aktivis Peduli Pendidikan Indonesia Serukan Perang Melawan Faham Radikalisme Masuk Sekolah
Rabu, 03 Mei 2017 08:45:00

Aktivis Peduli Pendidikan Indonesia Serukan Perang Melawan Faham Radikalisme Masuk Sekolah

SEPANJANG sepuluh tahun terakhir ini, banyak sekali fenomena-fenomena yang terjadi, khususnya yang terdapat didalam lingkungan sekolah.  
 
Tentunya kita mengetahui bersama, bahwa lingkungan tersebut harus terbebas dari segala kepentingan dan intimidasi tertentu. Sekolah adalah tempat bagi para generasi muda anak bangsa untuk menuntut ilmu, seraya membekali diri guna memiliki karakter yang baik danmenjadi generasi yang handal serta cakap disegala bidang.
 
Sejalan juga dengan program-program pemerintah pusat, yaitu bagaimana ke 9 Nawacita Jokowi-JK dapat diimplementasikan dengan baik, bagaimana mengubah karakter lewat program Revolusi Mental dapat dilaksanakan dengan maksimal, oleh karena itu, tempat pertama dan yang paling terpenting sebenarnya berada didalam lingkungan sekolah,” tutur Larshen Yunus Simamora, S.Sos. Sc., M.Si selaku Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Aktivis Peduli Pendidikan indonesia.  
 
Dalam mensyukuri momentum hari Pendidikan Nasional, kami juga sebelumnya telah melaksanakan berbagai rangkaian kegiatan, yaitu terkait dengan program wajib belajar 12 tahun, langkah pertama yang kami lakukan yaitu mendata seluruh identitas orang tua siswa/i, agar mendukung sistem data base mereka terkait dengan target penyaluran beasiswa bagi siswa-siswi yang butuh dengan bantuan tersebut. demikian pula juga kami telah membuat beberapa tempat untuk dijadikan Homestay Bimbingan Belajar, Les Private dan sarana diskusi antara Pendidik dengan Peserta Didik,” tambah Larshen Yunus.  
 
Mengamati fenomena akhir-akhir ini, kita semua juga dipertontonkan dengan kejadian yang begitu memilukan, seperti adanya siswi yang bunuh diri akibat di intimidasi oleh gurunya disalah satu sekolah negeri di daerah Tapanuli Selatan, Sumut. Ada juga siswa-siswi yang putus sekolah di Provinsi Riau, oleh karena ketidakmampuan dalam membayar uang sekolah, meskipun kita ketahui, bahwa segala macam pembiayaan disekolah negeri dasar hingga menegah atas digratiskan.  
 
Lantas hal tersebut juga semestinya dapat menjadi bahan refleksi kita semua, khususnya bagi mereka yang memiliki otoritas terhadap kondisi tersebut, baik itu  pihak Kemendikbud, Kemenristek, Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota, serta yang lebih penting kepada para Pendidik/Pengajar yang seharusnya berasal dari orang-orang yang berkualitas, berkompeten dibidangnya.  
 
yang paling dikhawatirkan juga, adalah menangkal serta mencegah masuknya faham-faham radikalisme kedalam dunia sekolah maupun kampus.  Karena sesungguhnya Toleransi merupakan sesuatu yang mahal dan sangat berharga bagi dunia pendidikan. Semua pihak harus berperan aktif dalam membangun situasi dan kondisi yang sejuk, dapat menerima suatu keniscayaan, bahwa keanekaragaman adalah rahmat dari sang illahi,  ujar Ketua Umum IAPP ini.
 
Oleh sebab itu dalam rangka momentum perayaan hari Pendidikan Nasional ini, marilah bersama kita ciptakan dunia pendidikan yang elegan, egaliter, terbebas dari segala macam provokatif, intimidasi dan masuknya faham-faham intoleran.  
 
Apa yang selama ini ditanam oleh Ki Hajar Dewantara selaku bapak Pendidikan Republik ini, sebaiknya menjadi renungan dan kiblat bagi kita semua, agar lebih dapat menjadikan dunia pendidikan di negeri ini menjadi  harmoni dan berkebudayaan, sehingga menghasilkan generasi muda yang lulus dan memiliki bekal  kemampuan yang cakap dan bijaksana.  Semoga saja,” tutur  Larshen Yunus. (*).
Share
Berita Terkait
Komentar
Copyright © 2012 - 2024 riauone.com | Berita Nusantara Terkini. All Rights Reserved.Jasa SEO SMM Panel Buy Instagram Verification Instagram Verified