- Home
- Opini-Tokoh
- Surat Menggetarkan dari Martin Aleida tentang Jokowi dan Menteri Susi Beberapa Waktu Lalu
Kamis, 06 November 2014 15:29:00
Surat Menggetarkan dari Martin Aleida tentang Jokowi dan Menteri Susi Beberapa Waktu Lalu
riauonecom, - Sastrawan Indonesia, Martin Aleida, menulis semacam surat di dinding Facebooknya, 30 Oktober 2014. Surat tersebut tentang Presiden Jokowi dan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.
Martin memang konsisten menulis status-status panjang di Facebook.Yang membuat unik, ia punya panggilan khas untuk Presiden Jokowi. Rapopo, begitu Martin memanggil Jokowi.
Ia mengabadikan momen demi momen yang Jokowi lakukan lewat cara dia sendiri. Nampaknya Martin memang mengagumi presiden asal Solo itu. Tapi, seringkali ia juga menegur dengan lembut, semacam “dialog imajiner”.
Martin Aleida lahir di Tanjung Balai, Sumatera Utara, pada 1943. Martin pernah menempuh studi linguistik di Georgetown University, Washington D.C, Amerika Serikat. Ia pernah bekerja di Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Juga pernah menjadi wartawan TEMPO.
Berikut surat Martin yang sengaja kami ambil dari dinding Facebooknya;
Wahai Rapopo, kau yang sejak kemarin, bagai seorang kesatria menunggang kuda semberani, datang ke kaki Sinabung memenuhi janjimu saat kau usap kepala korban supaya memilihmu sebagai presiden.
Kesatria! Memenuhi janji, membawa harapan dan bekal hidup buat mereka yang sumber kehidupannya sudah tandus oleh awan, debu panas. Kau tergerak karena empatimu pada mereka yang sedang bergelut dengan kesusahan.
Kucatat juga: ketika kau duduk di kursi yang setengah mati diincar pihak lain, kau berikan sesuatu yang melampaui para pendahulumu.
Kau menganugerahkan kekuasaan kepada begitu banyak perempuan. Kau menampik diskriminasi, juga terhadap perokok dan yang ingin melenggang sonder sebenang bra.
Rapopo, Sukarno silau oleh romantisme wanita. Sedangkan kau memuja kemampuan mereka. Aku sepakat denganmu, kalau berniat menyingkirkan kemiskinan, maka rangkunglah wanita.
Mereka faham benar apa arti kemiskinan yang menyengsarakan. Lelaki bisa lari menghindar bahkan dari peperangan. Merekalah yang bertahan demi anak dan keluarga. Merekalah yang paling menderita.
Ingin kusimpulkan, semua bencana buatan manusia kaumkulah, kaum pria, yang mencetuskannya. Kau datang mencoba menebus kesalahan yang diskriminatif itu.
Rapopo, kemarin aku menonton wawancara orang dekatmu yang cantik: Jeng (maaf) Susi. Kucatat juga kau tidak diskriminatif terhadap kertas yang bernama ijazah.
Susi cuma SMP. Padahal, prof doktor banyak, termasuk yang masuk penjara. Prestasi hidup Susi bikin geleng kepala.
Cuma bahasa Indonesianya seperti ikan dalam keranjang, campur baur. Tak apa, karena suaminya Jerman.
Yang terang lafal Inggrisnya menurutku lebih dari para pejabat terdahulu, termasuk orang nomor satu. Itu menurut aku yang Toefl score nya cuma 300 hehehe…
Salam.. (net/*)
Share
Berita Terkait
Komentar