Jumat, 20 Agustus 2021 21:03:00
Aksi Menyentuh Hati di Tengah Pandemi yang Mendera
MATAHARI perlahan meninggi. Sinarnya tak lagi jatuh miring . Bayangan pohon di jalan semakin mendekat ke batang.
Panas yang gahar dengan angin berhembus kencang di tengah musim kemarau yang landai dipenghujung bulan Maret 2020 tidak membuat aktivitas warga surut. Mereka menjalani kehidupan mejemput takdir masing-masing yang telah ditetapkan "Sang Sutradara".
Seorang pedagang di Pasar Pagi Bundaran yang berlokasi di Jalan Arifin Ahcmad, Kelurahan Bukitbatrem, Kecamatan Dumai Timur, Kota Dumai, Provinsi Riau, sedang membereskan barang dagangannya.
Ya, Silaban -begitu akrab dia disapa. Dibanding pedagang lain, dia terbilang beruntung. Ayah satu putri ini tidak perlu repot-repot seperti pedagang lainnya, memasukan barang ke dalam karung selanjutnya dibawa pulang ke rumah menggunakan Becak Motor (Bentor) atau memasukan ke dalam peti kayu merangkap meja tempat berjualan di lapak mereka.
Lapak miliknya di beranda rumah lebih tepatnya hanya berjarak sekitar dua meter dari bahu jalan.
Lapaknya nyaris tak pernah tutup. Di belakang lokasi tempat menjual sayur-mayur yang berasal dari provinsi tetangga, Sumatera Utara (Sumut). Silaban juga menjual makanan minuman, seperti mie instan, kopi, teh dan lainnya. Untuk yang satu ini, sang istri menjadi komandannya. Tampaknya mereka berbagi tugas dalam mengais rezeki.
Di sana ada meja berukuran sekitar 4 meter berikut bangku panjang. Alih-alih banyak pedagang lainnya singgah atau memesan makanan sambil duduk dan bercakap-cakap sekedar melepas lelah.
Bagi penulis sendiri, pergi ke pasar memiliki kenikmatan tersendiri. Selain memenuhi dapur. Paling tidak memperoleh informasi seputar pembangunan Kota Dumai berikut pernak-perniknya.
Tak hanya pembangunan dan sosial kemasyarakatan semata. Tapi, tak jarang mereka juga membahas masalah politik lokal maupun nasional termasuk isu panas di negeri yang didiami lebih dari 250 juta jiwa ini.
Untuk yang satu ini mereka terbilang kritis tidak kalah dengan para pengamat yang kerap tampil di layar kaca.
Tak jarang mereka terlibat dalam perdebatan sengit dan hangat. Kendati begitu, tidaklah keluar ucapan mengecam atau menghujat lawan yang berseberangan dengan kalimat atau kata-kata kurang etis.
Sebaliknya, usai debat mereka kembali tertawa penuh keakraban. Ya, sadar atau tidak salah satu nilai-nilai demokrasi yakni menghargai perbedaan mereka aktulisasikan dalam kehidupan sehari-hari tanpa perlu banyak retorika.
Ya, jika ada ungkapan bahwa suara rakyat adalah suara Tuhan maka penulis berpendapat -mungkin- salah satu suara itu ada pasar tradisional, karena asa, jeritan, kritikan, protes dan lainnya ada disana.
Menariknya kondisi itu real adanya, bukan rekayasa. Sebab pada dasarnya mereka adalah bagian dari apa yang dinamakan masyarakat akar rumput.
Ketika sudah berada di depan lapak Silaban, lazimnya para pedagang, lelaki berbadan tegap itu menanyakan kepada penulis sayur mayur apa yang akan dibeli.
Sejurus mata penulis tertuju kepada hand sanitizer dan masker yang di taruh dalam wadah tempat menyimpan karet kecil untuk mengikat kertas pembungkus barang dagangan.
Tidak seperti bahan anti kuman yang dijumpai di toko atau mini market, misalnya, tidak ada merek, yang ada lambang Partai Demokrat, bintang mercy begitupula dengan masker .
Tak sadar bahwa Silaban memperhatikan tatapan mata penulis. "O..., itu dari Partai Demokrat. Tadi mereka gelar bakti sosial," terang Silaban seolah-olah membaca apa yang ada di benak kepala penulis.
Tak hanya Silaban yang ketiban berkah dari partai yang pernah berkuasa di negeri ini tepatnya dari 2004 s/d 2014 melalui kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atau akrab dengan inisial SBY. Tapi, dalam kegiatan Baksos kali ini, nyaris seluruh pedagang di pasar itu disasar pengurus, anggota dan simpatisan partai.
Penelusuran penulis dilapangan para pedagang pun menyambut positif kegiatan tersebut dan partai pun menyambut positif kegiatan. Mereka berpendapat dengan adanya virus Covid-19 yang melanda sejumlah negara di dunia dan wilayah di negeri ini sejatinya komponen anak bangsa bergandengan tangan bahu-membahu meminimalisir penyebaran virus yang konon berawal dari Wuhan, Tiongkok itu.
"Kegiatan itu sangat baik, karena dalam kondisi seperti ini yang dikedepankan adalah kebersamaan," kata Jakli pedagang lainnya (wawancara dilakukan sekitar Maret 2020, pen).
Sepintas kegiatan yang dilakukan Partai Demokrat seperti pembagian masker, handsanitizer dan penyemprotan desinfektan kesejumlah rumah ibadah -mungkin- dianggap sebagian publik tidaklah luar biasa.
Eit, tunggu dulu, ternyata pandangan itu keliru. Paling tidak bagi Ony Syahputra kegiatan Baksos itu menyentuh hatinya. Kok Bisa?
Warga Kecamatan Dumai Timur ini mengaku saat awal-awal virus Corona menjangkiti Indonesia yakni sekitar awal tahun 2020 maka masker dan handsanitizer sempat menghilang di pasaran.
Kalau pun ada, lanjut dia, harga membumbung tinggi berkali lipat dari harga biasa.
Ony pun mengisahkan kala itu dia pernah bertanya ke sejumlah toko di seputaran jalan utama di wilayah yang berjarak sekitar 200 kilometer arah utara Kota Pekanbaru, berapa harga masker yang biasa digunakan para dokter saat melakukan operasi. Ayah dua anak ini pun terkejut lantaran harganya membumbung tinggi.
"Ya, bervariasi antara Rp8000 sampai dengan Rp10000 satu lembar, itu pun kata para penjual habis lantaran banyak dioborong. Padahal biasanya Rp1000 sampai dengan Rp2000," katanya.
Setali tiga uang, tingginya harga masker kala itu juga terjadi pada handsanitazer. Alih-alih, dia pun mengurungkan niatnya untuk membeli dua item barang yang sangat diburu pada waktu itu.
"Ya, setelah dipikir total harga bisa mencapai Rp100 ribu, sayang rasanya mengeluarkan uang sejumlah itu. Rasanya lebih penting beli beras untuk makan," terangnya kepada penulis Senin pekan lalu.
Menyoali mahalnya harga hand sanitaizer, misalnya, Ony tidak mati akal. Dia pun mencari lidah buaya. Selanjutnya, daging berwarna putih bening tumbuhan itu dibelender seterusnya dicampur dengan jeruk nipis.
"Setelah itu campuran tersebut dimasukan botol bekas parfum dan sebagainya sebagai pengganti handsanitaizer. Informasi ini saya dapat di media sosial (Medsos). Ya, ibarat kata pepatah tidak ada rotan akar pun jadi," seloroh Ony tertawa kecil.
Entah dewi fortuna menaunginya atau memang peruntungannya lagi baik. Salah seorang tetangga yang juga anggota Partai Demokrat menawarkan masker dan handsanitazer gratis. "Ya, senang betul hati saya," terang Ony seolah-olah terlempar ke masa lebih satu tahun silam yang kala itu sebagian besar warga Dumai panik yang berujung banyak diantara mereka memborong masker maupun handsanitaizer.
Tidak berlebihan, jika Ony menilai Baksos yang digelar Partai Demokrat diawal-awal menyebarnya virus Corona -sebelum berganti istilah menjadi Covid-19, pen- sangat menyentuh hatinya.
"Ya, bisa diibaratkan waktu saya masuk toko yang satu ke toko lainnya mencari masker, namun tidak mendapatkannya -kalau ada pun mahal, pen- seperti seseorang musafir di padang pasir yang kehausan dan membutuhkan air. Eee..dalam kondisi seperti itu orang-orang dari Demokrat memberi bantuan, mungkin orang kebanyakan menilai biasa, tapi bagi saya luar biasa, karena momennya sangat tepat dengan apa yang saya sangat butuhkan saat itu," papar Ony panjang lebar.
Saat dilayangkan pertanyaan menggoda, apakah dengan pemberian kecil yang menyentuh hati dari partai yang berusia 20 tahun tepat 9 September tahun ini, dirinya memilih partai itu dalam pesta demokrasi serentak 2024 nanti, misalnya?
Ony tak menyangka mendapat pertanyaan seperti itu. Paling tidak tergambar dari pergerakan mata dan perubahan wajahnya. "Dua kali Pilres 2004 dan 2009 saya memilih Pak SBY, beliau itu orangnya santun, cerdas dan tegas tapi arif bijaksana. Kalau untuk 2024 nanti, ya lihat program kerja yang ditawarkan, apakah membumi dan realistis termasuk figur Caleg maupun Capresnya. Jika memenuhi kriteria saya kenapa tidak," terang Ony balik bertanya.
Tugas Kemanusiaan
Kendati kegiatan Baksos yang digelar Partai Demokrat Kota Dumai pemberian masker, handsatitizer dan penyemprotan disinfekstan gratis bersifat kemanusiaan. Namun tidak serta-merta disambut positif publik. Bahkan sebaliknya ada sebagian yang curiga atau bersikap apatis.
Menyikapi kondisi ini lantas apa yang dilakukan kader partai itu di lapangan? Sugeng salah seorang kader yang tergabung di DPC Partai Demokrat Dumai Kota ini menjelaskan bahwa mereka memberi pemahaman, pengertian terkait tujuan Baksos itu.
Bagi Sugeng hal itu tidaklah menjadi persoalan serius, apalagi besar. Dia mengerti bahwa dalam hal apapun pro dan kontra pasti terjadi, tidak terkcuali acara Baksos tersebut.
" Pro dan kontra, senang atau tidak senang, dalam hal apapun itu biasa. Ya, kami jelaskan baik-baik bahwa Baksos itu tugas kemanusiaan. Tidak ada hubungannya dengan pilihan. Ya, itu soal hati nurani tidak boleh dipaksakan. Hal ini sesuai dengan arahan pimpinan partai. Setelah kami jelaskan panjang lebar, akhirnya mereka berbalik menjadi simpati," paparnya panjang lebar.
Masih kata pria berambut lurus itu. Aksi ini dilakukan oleh 33 pengurus ranting di 7 kecamatan dipecah menjadi beberapa kelompok.
"Saya melakukan kegiatan di Kelurahan Pelintung dan Kelurahan Guntung, Kecamatan Medang Kampai. Ya, kami membawa 3 kotak masker (1 kota berisi 50 pices masker) dan handsanitizer,".
Apa yang dikemukan Sugeng tidak berlebihan. Paling tidak sebelum kegiatan itu digelar dilakukan apel.
Dalam apel yang diikuti puluhan kader partai, Ketua DPC Partai Demokrat Kota Dumai Eko Suharjo mengatakan, gerakan serentak melawan virus Corona atau virus Covid-19 merupakan instruksi Ketua DPP Partai Demokrat dalam upaya membantu pemerintah memutus rantai penyeberan virus Corona di Kota Dumai.
"Kegiatan ini menindaklanjuti instruksi Ketua DPP Partai Demokrat dalam upaya membantu pemerintah memutus rantai penyebaran virus Corona di Kota Dumai," kata Eko Suharjo, Senin (30/3/2020) sore di Jalan Arifin Ahmad, Kelurahan Jayamukti atau sekitar lima bulan sebelum dia meninggal, Rabu (25/11/20).
Kegiatan ini sendiri bertajuk "Demokrat Memberantas Corona" sesuai dengan arahan Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY kepada seluruh jajaran pengurus partai mulai dari DPD sampai ke tingkat DPC.
"Ini merupakan tugas kemanusiaan, semua kader harus terlibat dan ikut serta mensukseskan program pemerintah memutus rantai CovidD-19. Apalagi Dumai daerah rawan karena merupakan gerbang masuk orang dari domestik dan luar negeri," pesan Eko
Usai apel, selanjutnya mereka membawa alat penyemprot melakukan penyemprotan desinfektan disejumlah rumah ibadah serta membagi-bagikan handsanitizer dan masker.
Menyoali aksi Bansos ini, pemerhati sosial politik Kota Dumai, Sani menyambut positif kegiatan Baksos tersebut.
Aktivis ini pun mengutip pendapat pakar politik Mariam Budiarjo dalam bukunya "Dasar-dasar Ilmu Politik" terbitan 2009 terkait definisi partai politik atau Parpol itu sendiri.
"Parpol sebagai suatu kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya memiliki orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Saya rasa definisi itu perlu dipahami," katanya.
Artinya, sambung dia, Parpol dan anggota, pengurus serta simpatisan merupakan bagian elemen bangsa ini. "Ya, kita harus menyambut positif kegiatan itu. Hal ini merupakan bentuk kepudulian sesama anak bangsa," ingatnya.
Sebaliknya, lanjut aktivis yang juga mantan Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Kota Dumai, tidak ada salahnya publik memberikan apresiasi.
Kata dia, tidak terbayangkan betapa indahnya tatkala semua Parpol saling bergandengan tangan di negeri ini dalam menghadapi persoalan bangsa terlebih wabah Covid-19 notabene sudah banyak merenggut korban."Ya, kebetulan wabah Covid-19 yang melanda bangsa kita saat ini. Tentu membutuhkan kerjasama serta rasa persatuan sesams anak bangsa ," katanya.
Terkait rivalitas antara satu Parpol dengan Parpol lainya, Sani menilai hal itu biasa dan lazim dalam dinamika politik dan bernegara.
Karena, sambung dia, tujuan Parpol adalah untuk mendapatkan kekuasaan dan merebut kedudukan dengan cara konstitusional guna melaksanakan program kerja partai.
"Terkait rivalitas ada wadahnya yakni Pemilu disanalah Parpol memaparkan program unggulan agar nantinya dipilih masyarakat. Tapi, terkait kemanusiaan yang menyangkut orang banyak sejatinya setiap elemen bangsa bersatu, melupakan perbedaan. Sebaliknya mengkedepankan persamaan. Apalagi Covid-19 adalah musuh bersama," ingatnya.
Lebih jauh Sani berpendapat bahwa pada hakekatnya Parpol adalah kawah candradimuka bagi calon pemimpin. Apakah dilevel, walikota/bupati, gubernur hingga presiden. "Dengan adanya kegiatan bersifat kemanusiaan atau kepedulian, kita harapkan akan mengasah sikap kemanusian dan kepudulian terhadap sesama anak bangsa yang lebih tajam lagi disetiap lini komponen bangsa terlebih lagi terhadap calon pemimpin di negeri ini," paparnya.
Ya, apa yang dikemukan Sani tidak berlebihan. Paling tidak, menurut sejumlah kalangan salah satu hikmah dari sekian banyak hikmah menyusul pandemi Covid-19 yang melanda negeri ini, yaitu menyatukan kembali rasa persatuan dan kesatuan yang kuat sesama anak bangsa lintas suku, agama dan rasa atau Sara yang mulai meluntur di tengah masyarakat.
Bagi masyarakat kepudulian dari elemen anak bangsa tidak dilihat dari harga atau materi apa yang diberikan. Namun momen yang tepat yang dilandasi rasa tulus mendalam akan menyentuh hati mereka. Dan ini yang dilakukan Partai Demokrat. Memang sederhana, tapi hasilnya tak lagi sederhana. (yonrizalsolihin)