• Home
  • Riau Raya
  • Libatkan Masyarakat Dalam Pengelolaan Ekowisata, Balai TNTN Gelar Festival Tesso Nilo
Minggu, 26 November 2017 08:34:00

Libatkan Masyarakat Dalam Pengelolaan Ekowisata, Balai TNTN Gelar Festival Tesso Nilo

F/ilustrasi
RIAUONECOM, PELALAWAN, - Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) yang terletak di Kabupaten Pelalawan dan Inderagiri Hilir Provinsi Riau adalah suatu kawasan taman nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.6588/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 28 Oktober 2014 seluas 81.793 Ha. Sebelumnya kawasan tersebut merupakan kawasan hutan produksi terbatas di kelompok hutan Tesso Nilo.
 
Namun dalam perjalanannya, dari tahun ke tahun luas kawasan tersebut semakin menyusut. Hal tersebut dikarenakan adanya perambahan kawasan hutan yang dilakukan secara ilegal oleh masyarakat untuk berkebun kelapa sawit. Aktivitas tindak pidana kehutanan, mulai dari klaim areal, jual beli areal, illegal logging, pembakaran hutan, penanaman kelapa sawit dan pendidikan atau pemukiman dikawasan tersebut. Diperkirakan saat ini, luas tutupan TNTN sekitar 23.550 Ha atau 28,79% dari total keseluruhannya.
 
Pola perlindungan dan pengamanan telah sering dilakukan selama ini, namun sepertinya tidak menunjukan hasil yang optimal. Untuk itu Balai TNTN perlu terobosan baru. Upaya yang akan ditempuh adalah melibatkan berbagai pihak, seperti masyarakat, akademisi, pemerintah daerah dan penegak hukum lainnya. 
 
Salah satu upaya yang dilakukan Balai TNTN dalam terobosan tersebut adalah mengadakan "Festival Tesso Nilo" yang dilaksanakan pada tanggal 22-24 November 2017 berlokasi dikawasan TNTN, seksi Pengelolaan Wilayah I Lubuk Kembang Bunga, Kecamatan Ukui Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau. Dalam festival tersebut beragam kegiatan dilakukan guna mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap sumber daya hutan melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam hal pemanfaatan jasa lingkungan untuk kegiatan wisata alam (ekowisata) sekaligus memperkenalkan dan melestarikan adat dan budaya masyarakat sekitar kawasan TNTN.
 
Festival Tesso Nilo yang banyak melibatkan masyarakat dan mitra terkait dihadiri langsung Direktur Jendral (Dirjen) Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Ir. Wiratno Msc, Bupati Pelalawan HM Harris, Kapolres Pelalawan AKBP Kaswandi Irwan SIK, Kepala Balai se-Indonesia serta Tokoh Masyarakat dan Tokoh Adat yang berada di Pelalawan. Bupati Pelalawan dalam hal ini bertindak sebagai tuan rumah dan didaulat untuk membuka acara tersebut.
 
Dalam kata sambutannya, Bupati Pelalawan menjelaskan kondisi kawasan TNTN yang saat ini sangat memprihatinkan akibat maraknya perambahan kawasan hutan oleh masyarakat sehingga kawasan tersebut menjadi semakin berkurang.
 
"Sekarang perambahan hutan sudah sangat luas bahkan sudah berpenghuni dan sulit merelokasi warga keluar dari TNTN. Namun saya percaya dengan adanya kegiatan yang melibatkan masyarakat sekitar, kawasan yang tersisa dapat dimaksimalkan guna melindungi keragaman hayati dan ekosistem yang ada di kawasan TNTN ini," terang Harris.
 
Pada kesempatan tersebut, Dirjen KSDAE RI, Ir. Wiratno, mengatakan bahwa Taman Nasional Tesso Nilo menjadi prioritas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk dikembalikan lagi fungsi-fungsi ekosistemnya guna mendukung keberlangsungan keanekaragaman hayati di dalamnya. Untuk itu Dirjen berharap adanya penanganan secara persuasif dalam menangani setiap permasalahan di kawasan TNTN.
 
Sementara itu, Kepala Balai TNTN Suhartono S.hut dalam penjelasannya lebih menekankan Role Model Strategi Penyelamatan Hutan TNTN yang masih utuh dengan melibatkan masyarakat desa sekitar. Ada 3 model strategi yang akan ditempuh yaitu : Kemitraan, Pendampingan masyarakat dan pencegahan perambahan baru.
 
"Diharapkan dengan Role Mode tersebut akan menimbulkan rasa memiliki (ownership) pada diri masyarakat dengan cara memberikan ruang dan peran aktif yang lebih besar kepada mereka yang hidup disekitar kawasan dalam perlindungan, pemanfaatan dan pengawasan kawasan TNTN. Salah satunya adalah pengembangan usaha dan peningkatan ekowisata berbasis masyarakat dikawasan TNTN," jelas Suhartono yang juga pernah menjadi Kepala Bidang Wilayah II Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau.
 
Ada yang menarik dalam acara Festival Tesso Nilo yang pertama kali diadakan ini, yaitu kelahiran seekor gajah jantan yang lahir dua hari menjelang dimulainya festival.
 
Dengan kelahiran gajah tersebut menambah jumlah gajah yang ada dalam penangkaran menjadi delapan ekor. Bahkan Bupati Pelalawan HM Harris didaulat untuk memberikan nama anak gajah tersebut dengan sebutan "Harmoni Rimbo" yang bermakna harapan akan adanya solusi bersama untuk menyelesaikan masalah perambahan dikawasan konservasi itu. (ton/roc).
Share
Berita Terkait
  • 3 tahun lalu

    Gajah sumatera ditemukan mati di area HPK

    RIAU, - Dunia konservasi kembali berduka, Jumat, 10 Desember 2021, seekor Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) ditemukan mati di area Hutan Produksi Konversi (HPK).

  • 4 tahun lalu

    Kementerian Lingkungan Hidup Rehabilitasi Hutan dan Lahan di Tesso Nilo

    RIAU, PEKANBARU - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tengah melakukan kegiatan Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (DASHL) secara massif di seluru

  • 4 tahun lalu

    Warga Desa Rantau Baru Resah, Sekawanan Gajah Liar Masuki Kebun Sawit Warga

    PELALAWAN, - Warga Desa Rantau Baru Kecamatan Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan dalam sepekan ini merasa resah dengan kedatangan sekawanan gajah liar. Kawanan gajah liar ter

  • 4 tahun lalu

    Sindikat Perdagangan Gading Gajah, Polda Riau Amankan 3 Pelaku

    RIAU, Pekanbaru - Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Riau berhasil menangkap tiga orang pelaku perdagangan gading gajah di Jalan Lintas Pekanbaru-Taluk Kua

  • Komentar
    Copyright © 2012 - 2024 riauone.com | Berita Nusantara Terkini. All Rights Reserved.Jasa SEO SMM Panel Buy Instagram Verification Instagram Verified