Minggu, 13 Oktober 2013 10:28:00
Masyarakat Cerdas Beralih ke Berita-berita Online Era Digital
riauone.com, Pekanbaru, Riau - Terjadi pergeseran pola media massa. Di era digital saat ini, kesempatan terbuka luas bagi media online. Media onlina (cyber media) mulai berkibar seiring dengan masuknya era digital yang ditandai oleh berkembangnya dunia gadget, smartphone di pasar high-end hingga ke low-end.
Hasil survey yang dilakukan oleh sebuah lembaga survey nasional milik media terkemuka di Indonesia menyebutkan bahwa hampir di semua level strata ekonomi kini memiliki setidaknya lebih dari 1 smartphone.
Untuk strata kelas atas, 48, 3 persen memiliki lebih dari 1 smartphone, menengah atas sebanyak 23,1 persen, menengah 9,2 persen, kelas bawah 3,7 persen dan kelas sangat bawah sebesar 0,8 persen.
Menurut Ketua Aspikom Riau, Nurdin Abdul Halim dalam seminar jurnalis media digital di Riau yang digalar AJI Pekanbaru Sabtu (12/10/13) mengatakan bahwa pengguna internet akan meningkat drastis hingga 2015 mendatang.
Hasil survey APJII 2013 menurut Nurdin Abdul Halim menyebutkan bahwa tahun 2012 lalu, pengguna internet mencapai angka 63 juta, tahun 2013 tercatat ada 82 juta pengguna internet, 2014 diprediksi akan ada 107 juta pengguna internet dan tahun 2015 diprediksi ada 139 juta pengguna internet.
Sementara, anggota Dewan Pers, Nezar Patria menekankan bahwa kendati media TV merupakan media paling banyak diakses, namun media online menjadi pilihan dari 60 persen pengguna mobile phone yang mengkases internet dari gadgetnya.
"Ada peralihan pembaca yang bergeser dari pembaca media konvensional yang kemudian mencari berita lewat internet. Dampaknya adalah pembaca media online membengkak," terang Nezar Patria.
Hal lain yang membuktikan berkibarnya media online di era digital ini menurut Nezar adalah belanja iklan. Data menyebutkan bahwa tahun 2013 ini, total belanja iklan nasional mencapai angka Rp 115 Triliun. Dari jumlah itu, 60 persennya masuk ke media TV, 30 persen masuk ke media cetak sisanya sebanyak 10 persen masuk ke media online.
Disinggung mengenai pengaduan yang masuk ke dewan pers, Nezar mengatakan bahwa wartawan media online menempati posisi kedua terbanyak (18 persen) dibawah wartawan media cetak (65,60 persen).
Hal itu menurut Nezar disebabkan karena kurang mengertinya wartawan terhadap kode etik jurnalistik. Data menunjukkan bahwa 10 persen wartawan belum pernah sama sekali membaca kode etik jurnalistik, 42 persen membaca seluruh isi kode etik jurnalistik. Sisanya sebanyak 48 persen hanya membaca sebagian dari kode etik Jurnalistik.(rtc/roc)
Share
Komentar