Selasa, 08 Oktober 2013 06:45:00
Para aktivis BEM se-Indonesia menggelar Rakernas di UIN Suska Pekanbaru
riauone.com, Pekanbaru, Riau - Para aktivis BEM se-Indonesia menggelar Rakernas di UIN Suska Pekanbaru. Salah satu topik bahasan adalah krisis listrik yang terjadi di sejumlah daerah, termasuk Riau. Pemerintah Indonesia di nilai salah dalam melaksanakan tata kelola energi. Hal itu disampaikan Pengamat Ekonomi dan Perminyakan Nasional, Kurtubi dalam Seminar nasional sempena Rakernas BEM se Indonesia yang di gelar di Islamic Center UIN Susqa Pekanbaru Senin (7/10/13).
Menurutnya, ketahaan energi di Indonesia sangat rapuh. Fakta yang tidak bisa dibantah bahwa Indonesia alami kekurangan listrik. Tidak hanya Riau, tetapi seluruh Sumatera juga.
"Dicerminkan oleh konsumsi listrik Indonesia sebesar 700 kwh perkepala, di Malaysia 4 ribu kwh perkepala dan rata rata dunia 3 ribu kwh. Padahal, faktanya Indonesia adalah eksportir batu bara terbesar didunia, bahan baku pembangkit lsitrik. Indonesia juga eksportir gas besar di dunia. Gas juga bahan baku lsitrik yang murah," terangnya.
Kurtubi menambahkan, Gas dan batubara bisa jdi bahan listrik murah tanpa subsidi Rp 300-600 perkwh. Kalo produksi listrik berbahan baku BBM biaya produksinya sebesar Rp 3.000 perkwh.
Sayangnya, tambah Kurtubi, segala gas dan batubara dijual ke luar negeri. Sementara produksi listrik Indonesia khususnya di Sumatera dan Kalimantan tersendat karena minimnya pasokan bahan baku produksio listrik.
Senada dengan Kurtubi, Rektor UIN Susqa, HM Nazir Karim mengatakan bahwa warga Riau ibarat ayam yang mati di lumbung padi. SDA nya berlimpah, masyarakat Riau hanya jadi penonton saja.
"Saya berharap dengan seminar nasional dalam rangka Rakernas BEM se Indonesia ini akan dapat menghasilkan rekomendasi-rekomendasi untuk mengatasi permasalahan di Indonesia khususnya Riau," kata Rektor UIN Susqa.(roc/rtc)
Share
Komentar