- Home
- Riau Raya
- Penangkaran Bibit Sawit Sri Wahyuni Dalam Melakukan Praktek Dinilai Sudah Sesuai Oleh Ahli
Minggu, 01 September 2024 23:12:00
Penangkaran Bibit Sawit Sri Wahyuni Dalam Melakukan Praktek Dinilai Sudah Sesuai Oleh Ahli
RIAUONE, Inhu - Tim Mikrobiologi yang dipimpin oleh Ketua umum (Ketum) Masyarakat Perkelapasawitan Indonesia (MAKSI) dari Bogor, Prof Dr Darmono Taniwiryono, melakukan kunjungan Sabtu (31/8/2024) ke penangkaran bibit kelapa sawit Sri Wahyuni milik Dodi Nefeldi SPBU di Jalan Rengat - Pematang Reba.
Dalam kunjungan tersebut, Darmono bersama tim mikrobiologi MAKSI berkeliling melihat penangkaran bibit kelapa sawit paritas "Dami Mas" yang sudah kali kedua dilakukan pembibitan di penangkaran Sri Wahyuni.
Dodi Nefeldi kepada tim mikrobiologi MAKSI banyak menjelaskan pengalaman selama melakukan usaha penangkaran bibit kelapa sawit, pengalaman Dodi Nefeldi dalam melakukan peraktek dinilai sudah sesuai oleh ahli Ganoderma Prof Dr Darmono Taniwiryono yang berpengalaman di perkelapa sawitan tersebut.
"Mulai dari perlakukan saat kecambah, sampai ke pemindahan bibit ke tanah yang sudah diolah dan dimasukan ke polybat besar, bibit Kelapa Sawit Sri Wahyuni milik pak Dodi ini sudah bagus. Tidak ada tampak terserang virus berbahaya untuk tanaman sawit," ujar Prof Dr Darmono Taniwiryono.
Virus genodarma kelapa sawit, disebabkan oleh kontak akar menyerang kelapa sawit yang sedang produktif kata Prof Darmono, antisipasi penyakit genodarma dilakukan sejak pembibitan seperti yang dilakukan Dodi Nefeldi di penangkaran bibit kelapa sawit Sri Wahyuni di jalan Rengat - Pematang Reba.
"Kalau Ganoderma sebagai ancaman virus mikroba jahat, kita berikan antinya yaitu Triko Derma mikroba baik melindungi akar sawit mikroba dari Triko Darma ini musuh alami virus atau jamur genodarma," ujar Darmono.
Seperti yang sudah digunakan oleh Dodi Nefeldi di penangkaran Sri Wahyu, menggunakan DT38 dan DT39 Triko Derma saat di pembibitan, guna melakukan antisipasi munculnya jamur Genodarma disaat kelapa sawit dalam usia produktif.
"Ciri ciri kelapa sawit diusia produktif terserang virus genodarma adalah, munculnya tiga daun tombak, atau dau muda yang tidak melar. Sedangkan pada bagian pelepah tua mudah patah kebawah sehingga terlihat terkulai," jelasnya.
Dengan diberikannya Triko Derma terhadap bibit kelapa sawit, sama artinya bibit kelapa sawit sudah diberikan vaksin. "Tanaman sawit yang diberikan Triko Derma akan menjadi lebih sehat dan tidak mudah diserang virus," kata Darmono seraya mengatakan kalau bibit kelapa sawit penangkaran Sri Wahyuni sudah diberikan vaksin Triko Derma direkomendasikan untuk petani budidaya kelapa sawit.
Dijelaskan Darmono, ada beberapa jenis Triko Derma yang biasanya digunakan untuk menjaga tanaman kelapa sawit dari jenis DT38 dan DT39 yaitu, Humakot (asam lumat,red) bio nensis dan mijoriza. "Mikroba baik dari triko derma hidup dari bahan organisasi seperti tanah campuran abu boiler yang dijadikan untuk pembibitan kelapa sawit milik pak Dodi Nefeldi ini," jelas Darmono.
Prof Darmono yang dikenal sebagai ahli Ganoderma (Penyakit paling berbahaya pada kelapa sawit,red) kembali jelaskan kalau cici ciri kelapa sawit yang terserang virus Genoderma menyebabkan busuk pangkal batang. "Penyakit kelapa sawit ini sifatnya menyebar dan sangat mengkhawatirkan dampak penyakit sawit ini," jelasnya.
Dodi Nefeldi, pemilik penangkaran bibit kelapa sawit Sri Wahyuni, menjelaskan sebelum dilakukan penangkaran dan pembibitan, timnya melakukan pelatihan terhadap sistim kewaspadaan terhadap virus berbahaya tanaman sawit Ganoderma. "Kita upaya pencegahan virus Genoderma dan ini perlu diterapkan oleh para petani sawit di Riau," ujar Dodi Nefeldi.
Dodi SPBU panggilan akrabnya juga mengucapkan terimakasih atas kunjungan tim Mikrobiologi MAKSI Bogor yang langsung dipimpin Prof DR Darmono Taniwiryono, mengunjungi panangkaran bibit kelapa sawit Sri Wahyuni di Inhu. **RD