Kamis, 06 November 2014 06:42:00
Paktor Ekonomi Penyebab Utama Anak-anak Putus Sekolah di Kabupaten Kep Meranti
riauonecom, Selatpanjang, Meranti, roc, - Puluhan anak usia sekolah di Desa Batin Suir dan Desa Lukun, Kecamatan Tebingtinggi Timur, tidak mampu melanjutkan sekolah. Mereka tidak dapat ikut program wajib belajar 9 tahun disebabkan oleh kondisi kemiskinan keluarga.
Kepala Desa Batin Suir, Kecamatan Tebingtinggi Timur, Tarmizi AMa, saat berbincang-bincang dengan wartawan mengatakan, perlu perhatian yang lebih serius terkait pembangunan pendidikan di daerah ini, terutama bagaimana menolong anak-anak usia sekolah di keluarga ekonomi lemah.
"Ada puluhan anak usia sekolah di Desa ini yang tidak lagi bersekolah. Persoalannya, bukan dikarenakan anak-anak tersebut tak mau bersekolah, namun kemiskinan keluarganya yang menyebabkan puluhan anak ini harus berhenti sekolah," ujarnya.
Dikatakannya, sebagian besar anak usia sekolah ini harus berkerja membantu orang tuanya memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka. Sehingga, persoalan kemiskinan di pedesaan kerap menjadi salah satu persoalan yang menyebabkan rendahnya tingkat adopsi masyarakat terhadap program pembangunan, terutama pendidikan.
"Anak-anak itu harus terlibat menanggung beban ekonomi keluarga, mereka terpaksa ikut membanting tulang untuk mencari uang. Persoalan ini tidak hanya ditemukan pada Komunitas Adat Terpencil di Desa kami, tapi juga terjadi pada komunitas masyarakat desa pada umumnya," ujarnya.
Meskipun ada kebijakan program sekolah gratis, tidak lagi harus membayar SPP, ungkapnya, tapi dibagian lain orang tua murid diharuskan mengeluarkan biaya-biaya lainnya. Membeli pakaian seragam, peralatan sekolah dan adanya biaya-biaya lainnya. Ini yang membuat masyarakat miskin menjadi pesimis dengan program wajib belajar 9 tahun.
"Bagi masyarakat miskin di Desa kami, persoalan ini menjadi alasan kuat untuk menarik anak-anaknya tidak bersekolah. Untuk itu, harus ada gerakan penyadaran akan pentingnya pendidikan bagi masyarakat. Dan program ini harusnya menjadi perhatian utama dinas terkait," kata Tarmizi.
Menurutnya, kebijakan pemerintah agar pemerintah daerah kabupaten dan kota wajib mengalokasikan 20 persen dari total APBD untuk program pembangunan pendidikan, ternyata belum mampu mengakomodir seluruh persoalan pembangunan pendidikan di pedesaan.
Dari observasi di lapangan, meskipun pada APBN pemerintah mengalokasikan anggaran pendidikan yang jumlahnya mencapai triliunan rupiah melalui dana BOS, persoalannya tetap sama. Diberbagai pelosok pedesaan masih banyak ditemukan anak-anak usia sekolah tapi tidak bersekolah. (moc/*)
Share
Berita Terkait
Geger di Negeri-ku, Pegawai Komdigi Bekingi Situs Judi Online: Minta Bayaran, Pekerjakan Operator, hingga Sewa Ruko
NASIONAL, - Jajaran Polda Metro Jaya menangkap sebelas oknum pegawa
Hello Arab? Hamas Kecam Media Arab yang Sebut Yahya Sinwar Teroris, Sang Jurnalis Tutup Akun
DUNIA, JAZIRAH, - Gerakan pembebasan P
Penting Bagi Pekerja Pengguna Laptop, Berikut Cara Membersihkan Cache di Laptop agar Tidak Lemot
Pantesan Mahal Kuliah Kedokteran? Ada Uang Iuran tak Terduga, Soal Iuran Bulanan Rp30 Juta, Guru Besar Undip: Hanya 1 Semester
NASIONAL, HUKRIM, - Guru
Komentar
Copyright © 2012 - 2025 riauone.com | Berita Nusantara Terkini. All Rights Reserved.Jasa SEO SMM Panel Buy Instagram Verification Instagram Verified