Minggu, 28 Mei 2017 08:54:00
Wartawan Senior Pintar Tiga Bahasa Asing Tutup Usia
PEKANBARU,-Innalillahi Wa Innaillahi Rojiun. Kabar duka datang dalam dunia jurnalis. Seorang wartawan senior, H Mulyadi, Sabtu sore (27/5/2017) telah berpulang ke Rahmatullah di RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru.
Almarhum H Mulyadi, lahir di Bandung 18 April 1943, tutup usia 74 tahun, meninggalkan seorang isteri Wan Fauziah, seorang anak laki-laki Muhammad Emille Zola dan dua orang cucu.
Menurut Wan Fauziah, Almarhum H Mulyadi sempat dirawat di Rumah Sakit.
"Besok siang (Minggu,-red) sehabis shalat Dzuhur, dilaksanakan shalat untuk bapak (almarhum H Mulyadi,-red) di Masjid Al-Munawwarah dan dikebumikan di TPU Senapelan," kata isteri almarhum H Mulyadi kepada riausatu.com, Sabtu malam (27/5/2017) di rumah duka, Jalan Garuda-Merpati nomor 11 (depan Masjid Al-Munawwarah) Kelurahan Tangkerang Tengah, Kecamatan Marpoyan Damai, Pekanbaru.
Dimata Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Riau, H Dheni Kurnia, yang berkesempatan melayat langsung ke rumah duka, kepada riausatu.com mengungkapkan rasa dukanya kehilangan sosok wartawan yang tangguh seperti Almarhum H Mulyadi.
"Almarhum merupakan sosok wartawan yang tangguh patut menjadi contoh bagi wartawan-wartawan muda dan memiliki semangat yang luar biasa," ujar Dheni.
Almarhum, kata Dheni, sudah 40 tahun jadi wartawan di Riau.
"Sudah 8 Gubernur dikali 5 tahun berarti 40 tahun menjadi wartawan di Riau. Beliau dikenal sebagai wartawan pejuang. Wartawan yang memperjuangkan Harkat, Martabat, Marwah Wartawan.
Selain itu, sambung Dheni, Almarhum H Mulyadi termasuk orang pintar yang menguasai tiga bahasa Asing.
"Bahasa yang dikuasai beliau yakni Bahasa Inggris, Bahasa Belanda dan Bahasa Perancis. Jarang-jarang wartawan seperti itu, tapi karena beliau suka melakukan perjalanan dalam tugas jurnalistiknya, maka beliau menguasai bahasa itu. Jadi kita, dari PWI Riau merasa kehilangan sosok beliau," jelas Dheni.
Dalam dedikasinya semasa hidup, Almarhum H Mulyadi ternyata juga banyak menoreh penghargaan.
"Iya benar, beliau banyak mendapatkan penghargaan. Yang pertama Press Card Number One. Press Card itu Kartu Wartawan seumur hidup yang diberikan oleh PWI Pusat dan juga mendapatkan Penghargaan Tertinggi dari PWI Riau namanya PWI Riau Award," pungkasnya.
Sebagai sahabat sesama profesi Jurnalistik, Almarhum H Mulyadi ternyata suka berbagi.
"Beliau suka berbagi terutama berbagi ilmu, berbagi suka duka maupun berbagi rezeki," akui H Dheni.
Untuk diketahui, setamat Fakultas Sastra Prancis, UNPAD, almarhum menjadi Wartawan Pikiran Rakyat Bandung. Kemudian, pindah ke Jakarta dan menjadi Wartawan Sinar Harapan.
Setelah menikah dengan Wan Fauziah, Putri Mantan Walikota Pekanbaru, Wan Abdurrahman, almarhum pindah ke Pekanbaru, menjadi koresponden Sinar Harapan.
Ketika Sinar Harapan dibredel dan lahir Suara Pembaruan, Almarhum bertahan di Suara Pembaruan sampai pensiun tahun 2000.
Setelah pensiun, almarhum menjadi koresponden lepas di Suara Pembaruan dan menulis di berbagai media di Riau, Sumbar dan Jakarta hingga akhir hayatnya, almarhum juga telah menulis 5 buah buku tentang perjalanan jurnalistik.
Almarhum selama menjadi wartawan, sudah menunaikan rukun haji sebanyak 6 kali dan berkeliling dunia dalam tugas tugas jurnalistik, antara lain ke wilayah Asia Tenggara, Asia, Eropa dan Amerika.
Almarhum juga pernah menyambangi Makam Sjech Yusuf di Afrika Selatan.
Selain itu, almarhum semasa hidupnya dalam bertugas pernah bertatap muka atau mewawancarai pejabat negara seperti BJ Habibie dan Tri Sutrisno.
Di rumah duka, pantauan riausatu.com tampak hadir Ketua PWI Riau, Sekretaris PWI Riau Eka Putra Nazir, para insan Pers.
Selamat Jalan Pak Mul.... Semoga almarhum Khusnul Khotimah dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan ketabahan, serta almarhum ditempatkan di SurgaNya. Amin..(fat)
Share
Komentar