• Home
  • Riau Raya
  • Ribuan Ikan Mati di Sungai Kampar, Katanya karena Mikroorganisme, Bisa jadi Air nya Tercemar?
Minggu, 11 Januari 2015 03:54:00

Ribuan Ikan Mati di Sungai Kampar, Katanya karena Mikroorganisme, Bisa jadi Air nya Tercemar?

ikan mati keracunan limbah. (ist)
riauonecom, Pelalawan, roc, - Ribuan ikan-ikan yang mati misterius di Sungai Kampar beberapa waktu lalu ternyata diakibatkan mikroorganisme yang hidup subur di perairan tersebut. Analisis ini diambil dari tanda-tanda morfologis yang terdapat di dalam tubuh ikan, diantaranya dari insang dan kulit ikan yang terserang mikroorganisme.
 
Hal ini terungkap dari ekspose hasil uji sampel ikan dan air yang dibeberkan di Ruang Antartik, Fakultas Perikanan, Universitas Riau, Selasa (6/1). Hadir dalam ekspose yang disampaikan oleh pakar untuk hasil uji ikan yakni DR Windarti dari Fakultas Perikanan UNRI, pakar untuk hasil uji air yakni DR Asmika Imarmata dari Fakultas Perikanan UNRI, juga tampak perwakilan BLH Pelalawan, Dinas Perikanan serta komponen mahasiswa dari Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Kecamatan Pelalawan (IPMKP) yang hadir di kesempatan tersebut.
 
"Ya, jadi analisis kami dari hasil uji atau sampel ikan yang mati di Sungai Kampar itu, dikarenakan mikroorganisme yang ada di sungai tersebut. Ini bisa dilihat dari tanda-tanda morfologi yang ada di tubuh ikan seperti di insang dan di kulit ikan," terang pakar yang menguji sampel ikan yang mati di Sungai Kampar, DR Windarti, pada media ini via selulernya.
 
DR Windarti menjelaskan bahwa untuk faktor non lingkungannya ada kemungkinan di sungai tersebut telah banyak organik-organik yang memungkinkan berkembangnya mikroorganisme-mikroorganisme, yang kemudian pada akhirnya menyerang ikan-ikan tersebut. Karena itu, lokasi kematian ikan tidak berada di sepanjang Sungai Kampar, hanya di beberapa titik-titik saja.
 
"Itulah yang kami dapatkan dari hasil uji atau sampel ikan yang mati misterius di Sungai Kampar," katanya.
 
Sementara itu, Dr Asmika Imarmata yang merupakan pakar untuk sampel air Sungai Kampar, menjelaskan bahwa memang berdasarkan perimeter Biological Oxygen Demand (BOD5), air dimana ikan-ikan tersebut mati melebihi dari baku mutu. Semestinya, untuk Sungai Kampar yang kelasnya 4 seharusnya nilai maksimumnya 20 namun ini mencapai 24.
 
Asmika menjelaskan bahwa BOD sendiri merupakan parameter pengukuran jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk mengurai hampir semua zat organik yang terlarut dan tersuspensi dalam air buangan, dinyatakan dengan BOD5 hari pada suhu 20 °C dalam mg/liter atau ppm. 
 
"Jadi pemeriksaan BOD5 diperlukan untuk menentukan beban pencemaran terhadap air buangan domestik atau industri juga untuk mendesain sistem pengolahan limbah biologis bagi air tercemar. Dengan kata lain, BOD itu menunjukkan jumlah oksigen dalam satuan ppm yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk memecahkan  bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air," ungkapnya. 
 
Intinya, sambungnya, apa yang ada di dalam Sungai Kampar tersebut hingga menyebabkan ikan-ikan menjadi mati dikarenakan air yang tercemar itu melebihi dari beban kemampuan sungai itu sendiri untuk mengurai mikroorganisme. Inilah yang menyebabkan ribuan ikan-ikan mati misterius.
 
Disinggung apakah pencemaran ini diakibatkan oleh limbah perusahaan yang berada di daerah sekitaran sungai yang menyebabkan kematian ribuan ikan itu, Asmika tak mau berasumsi ke arah sana. Menurutnya, banyak faktor yang menyebabkan ribuan ikan itu mati misterius dan itu bukan disebabkan faktor tungggal.
 
"Tak bisa dipaksakan penyebab ini adalah limbah pabrik atau bukan, soalnya semua jenis aktivitas bisa ikut berkontribusi sehingga menyebabkan ribuan ikan itu mati. Artinya, bisa dari perusahaan bisa juga aktivitas masyarakat yang ada di sepanjang Sungai tersebut," ujarnya.
 
Sekjen Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Kecamatan Pelalawan (IPMKP) yang hadir di kesempatan tersebut, Zakaria, menyatakan bahwa pihaknya sudah mendengar semua penjelasan dari pakar terkait hasil uji sampel ikan dan air yang menyebabkan kematian ribuan ikan-ikan di Sungai Kampar.
 
"Dari paparan para pakar, memang penyebab kematian ribuan ikan bisa jadi karena faktor limbah perusahaan dan segala aktivitas masyarakat yang ada di Sungai tersebut. Karena itu, kami saat mengharapkan sikap yang tegas dari Pemkab Pelalawan dalam hal ini BLH Pelalawan untuk kembali meninjau ulang standar baku mutu perusahaan-perusahaan yang ada di sepanjang Sungai Kampar, atau bilamana perlu seluruh perusahaan yang ada di Kabupaten Pelalawan," bebernya.
 
Ditambahkannya, dari hasil uji sampel itu pihaknya tak bisa serta-merta menyalahkan perusahaan yang mengakibatkan kematian ribuan ikan-ikan itu. Hal yang terpenting saat ini adalah mencari solusi dari semua persoalan ini, dengan ketegasan BLH Pelalawan untuk kembali meninjau ulang standar limbah perusahaan yang ada di daerah ini.
 
"Dalam waktu dekat, kami juga akan kembali menggelar aksi demo damai ke BLH dan Dinas Perikanan Pelalawan, untuk meminta ketegasan mereka pada perusahaan agar meninjau kembali standar baku perusahaan," tendasnya menutup. (dpc/roc)
Share
Berita Terkait
  • satu bulan lalu

    Penting Bagi Pekerja Pengguna Laptop, Berikut Cara Membersihkan Cache di Laptop agar Tidak Lemot



    Komentar
  •