Senin, 14 Desember 2015 19:48:00
Jelang MEA, Riau Andalkan Pariwisata Berbasis Budaya
RIAUONE.COM, PEKANBARU, ROC, - Selain terkenal di sektor migas dan perkebunannya, Riau juga dikenal dengan kekayaan budaya Melayu yang kental. Oleh karena itu, menyambut era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di akhir tahun 2015 ini, Pemprov Riau lebih fokus untuk mengedepankan sektor pariwisata berbasis budaya.
“Kita perlu membuat terobosan baru dalam menghadapi MEA ini. Terobosan yang dirasa tepat adalah dengan mengangkat nama Riau melalui wisata berbasis budaya,” terang Pelaksana tugas (Plt) Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman beberapa waktu yang lalu.
Terobosan baru ini dirasa tepat, karena MEA akan diwarnai dengan puluhan juta masyarakat ASEAN yang akan saling berkunjung.
Selain itu, untuk menyambut MEA, diperlukan identitas yang khas agar lebih menarik wisatawan untuk berkunjung.
“Kita harus optimis. Wisata kita tidak kalah dengan negara lainnya. Riau memiliki keunggulan di sektor pariwisata berbasis kebudayaan. Kita hanya perlu memasarkannya,” tambahnya.
Beberapa situs peninggalan di Riau juga mampu memperlihatkan kejayaan masa lalu. Sekaligus menunjukkan bahwa Riau menjadi bagian dari sebuah peradaban yang besar. Diantaranya adalah Candi Muara Takus di Kampar.
Komplek candi ini menjadi bukti bahwa Riau menjadi bagian penting dari salah satu kerajaan besar nusantara, yakni Kerajaan Sriwijaya.
Pada hari besar agama Budha, situs ini menjadi tujuan para wisatawan lokal maupun manca negara untuk melaksanakan kegiatan religi.
Riau juga memiliki Istana Siak yang merupakan salah satu bukti keberadaan Kerajaan Melayu yang ternama. Kerajaan Siak juga telah menorehkan sejarah besar di awal kemerdekaan Republik Indonesia. Di masa pemerintahannya, Raja Sultan Syarif Kasim II rela menyumbangkan kekayaan dan mahkotanya ke pangkuan RI.
Keberadaan dua situs besar ini sudah jelas menunjukkan bahwa Riau dan masyarakatnya sudah bergeliat sejak lama.
Selain itu, juga ada iven budaya tahunan yang mampu menyedot ribuan bahkan jutaan wisatawan. Diantaranya ada tradisi Bakar Tongkang di Bagan Siapi-api yang identik dengan budaya Tionghoa dan Pacu Jalur di Kuantan Singingi (Kuansing).
Wisata Bono yang ada di Teluk Meranti pun sudah dikenal hingga ke manca negara. Objek ini bahkan masuk dalam Seven Ghosts di dunia yang diburu untuk tujuan surfing para turis asing. Potensi ini bisa makin terangkat, seiring dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan sarana dan prasana objek-objek wisata tersebut.
Masih ada lagi kekayaan budaya di Riau berupa aneka olahan makanan tradisional khas dari berbagai kabupaten dan kota. Begitu juga dengan seni kerajinan Kain Songket dan Batik Riau. Keduanya sangat potensial untuk menjadi produk unggulan.
Bahkan, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kementrian Pariwisata (Kemenpar) RI, Esthy Reko Astuty mengakui keindahan motif Batik Riau.
“Batik Riau memiliki corak yang lembut. Batik Riau juga tidak kalah dengan batik-batik ciri khas dari daerah lain. Ini harus kita kembangkan,“ ujarnya sepekan yang lalu saat menghadiri Pameran Kemilau Sumatera di Pekanbaru.
Berkaca pada sejarah masa lalu serta berbagai potensi wisata yang dimiliki, Pemprov Riau optimis untuk mengangkat sektor pariwisata berbasis budaya. Andi Rachman yakin, Riau mampu menjadi lokomotif perekonomian untuk wilayah Indonesia bagian barat.
Karena itu Plt Gubri berharap semua stake holder saling bekerjasama dan mendukung untuk promosi wisata di Riau. Sehingga tercapai Visi dan Misi Riau 2020, yakni menjadikan Riau The Homeland of Melayu, sebagai tekad untuk menjadikan Riau sebagai pusat ekonomi dan budaya Melayu di Asia Tenggara. (adv/hms/riau).
Share
Berita Terkait
Komentar